"Bayangan tentang orang yang dikasihi akan selalu menemani dan takkan tergerus oleh waktu meskipun itu sekedar imajinasi."
-Agaraya-
Gadis ini melepas helmnya lalu berjalan menuju kelasnya. Kebiasaan Raya kebut-kebutan di jalan masih ada sampai sekarang, mungkin ini menjadi pelampiasan atas rasa sepinya selama ini. Bahkan Rain pun sudah memperingatinya berkali-kali tetap saja takkan bisa merubah perilaku sahabatnya.
Seperti biasanya banyak tatapan mengarah kepadanya. Namun, dia tak menghiraukannya. Lagi pula hal ini bukanlah masalah baginya.
Yang terpenting adalah caranya menghadapi kenyataan ini. Biarkan mereka melakukan yang diinginkan.
"Raya." Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Pagi Ray," sapa Rain.
"Pagi Ren," balas Raya.
"Ray, semalem elo kok tiba-tiba lupa waktu belajar sama Aga?" tanyanya mengintimidasi apakah mungkin gadis itu hilang ingatan?
Sudah kesekian kalinya Raya sering lupa akan sesuatu.
"Ga tahu Ren, dah lah lupain aja," katanya mengalihkan pembicaraan.
"Ren," panggilnya membuat sang empu mengerutkan keningnya.
"Kenapa Ray?"
"Gak tahu kenapa gue rasanya nanti akan hal tidak mengenakan akan terjadi," curhatnya.
"Masa, sih? Gak mungkin. Palingan cuman perasaan elo aja deh Ray," elak Rain.
Gadis itu terdiam, dia menatap lekat wajah sahabatnya.
'Entah itu feeling atau apa gue takut hal buruk akan terjadi. Gue ga ingin kehilangan elo, Ren' batinnya cemas.
Rain mencubit pipi Raya. "Gak usah dipikirin Ray. Mending kita berpikir positif aja."
"Rain," murka Raya lalu mencubit pipi sahabatnya.
"Gitu dong Ray, senyum. Gue gak suka elo murung atas hal yang belum tentu terjadi," ucapnya.
"Ya udah. Kita masuk ke kelas aja," ajaknya di balas anggukan kecil sahabatnya.
Mereka berdua kini sudah duduk di bangkunya masing-masing.
"Sampai kapannya gue selalu kebayang sosok dia," gumam Raya tanp sengaja di dengar oleh sahabatnya.
"Dia siapa sih Ray? Gue penasaran banget," celetuknya memincingkan matanya.
"Ahh, bukan siapa-siapa," alibinya.
Gadis itu menyesal tanpa sengaja membicarakan sosok dia. Entah sampai akan Raya selalu memikirkannya. Ternyata waktu tak bisa menghapus kenangan atau setidaknya jangan sampai terbayang-bayang membuatnya halusinasi tentangnya.
Sosoknya sudah tak ada dalam hidupnya tapi segala cerita tentangnya membekas dalam ingatan. Makin dalam menjadikannya rindu tanpa ada obatnya.
Penyesalan di masa lalu tetap akan melekat dalam hidupnya. Dulu gadis itu belum sempat mengutarakan perasaannya pada laki-laki itu. Menyekat ruang kalbu menyusung sembilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...