DIA ORANG YANG KUCINTAI?

20 6 0
                                    

Melihat Yorala yang baru saja keluar dari mobil kakaknya, Ragafa pun segera menepikan motornya. Ia berlari kecil untuk menyusul gadis itu. Setelah Yorala ada di dekatnya, laki-laki itu langsung mencekal tangannya.

Yorala melirik tangan yang tengah memegangnya, lalu menatap sinis sosok yang tengah tersenyum padanya. Gadis itu berdecak sebal. Saat ini ia sedang tidak ingin bertemu Ragafa, tapi laki-laki itu malah sudah ada ada di depannya. Tangannya yang lain pun bergerak menepis tangan Ragafa.

Ragafa sedikit terkejut melihat sikap Yorala yang berbeda dari biasanya. Gadis itu biasanya selalu menjadi periang saat bertemu dengannya, mengapa sekarang terlihat berbeda? Ia terlihat sangat dingin. Dingin yang mampu membuat hatinya seketika membeku. Dingin yang membuat lidahnya terasa kelu, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apa pun.

“Dia pake topeng!”

Mata Ragafa memanas mengingat ucapan Alisya. Apa yang dibilang Alisya bener?

“Ngapain, sih, lo muncul di depan gue?!” protes Yorala.

Alis Ragafa mengerut. Ini pertama kalinya gadis itu menggunakan lo-gue saat berbicara dengannya. Yorala benar-benar berbeda dengan Yorala yang ia kenal.

“Ra ... kok, lo beda banget?” tanya pelan Ragafa.

“Beda gimana?!” Yorala nyolot. “Ini emang gue!”

Ragafa terus menatap tegang Yorala. “Ini sifat asli lo?”

“Kalo iya, kenapa?!” Yorala emosi. “Udahlah! Ngapain, sih, lo ngintilin gue?! Lo bukan siapa-siapa gue lagi, Ga!”

“Ra, maksudnya apa, sih?” Ragafa benar-benar tidak mengerti maksud Yorala. “Kita ini masih tunangan, ‘kan?”

“Tunangan pala lo, Ga!” sentak Yorala. “Lo sendiri, ‘kan, yang udah mutusin hubungan itu?! Lo, ‘kan, yang nyuruh nyokap lo dateng ke rumah gue buat akhirin semuanya?! Gak usah pura-pura bego, deh, lo!” cecarnya tak tahan.

Mama? batin Ragafa. Mama yang akhirin hubungan gue sama Yora?

Laki-laki itu menggeleng cepat. Ia harus segera menyingkirkan kata-kata yang akan membuatnya berpikiran negatif tentang mamanya. Ia harus mengganti topik agar tidak terlalu memikirkan Fidya.

“Ra, lo, kok, kasar banget, sih?!”

“Yang kasar siapa?!” Yorala menunjukkan wajah menantangnya. “Gue, ‘kan?!”

Jantung Ragafa berpacu cepat. Ini beneran perempuan yang gue cintai?
“Udahlah! Lo gak usah urusin hidup gue! Mau gue kasar atau nggak itu bukan urusan lo!” lanjut Yorala masih murka. “Urus aja diri lo sendiri! Hilangin, tuh, sifat lo yang suka selingkuh!”

Tidak ingin berlama-lama melihat wajah Ragafa, Yorala pun mulai melangkah untuk meninggalkan laki-laki itu. Namun, belum beberapa langkah ia berjalan, Ragafa sudah kembali menahan tangannya.

“Ra, gue pengen ngomong sesuatu sama lo.”

Yorala menarik tangannya. “Ya udah, buruan! Gue gak mau liat muka lo lebih lama lagi!”

Mata laki-laki itu memburam beberapa saat. Semua ucapan Yorala benar-benar menyesakkan dadanya. Ia tidak melihat lagi cinta di mata gadis itu. Yang ia lihat hanyalah kebencian, kebencian yang sangat dalam padanya.

“Gue cinta sama lo, Ra.”

“Terus? Gue harus bilang ‘waw’ gitu?!” Yorala tertawa hambar. “Wawww.”

“Ra, lo kenapa beda gini, sih?” Ragafa tidak mengerti dengan perubahan Yorala yang sudah sangat jauh. “Sekalipun ini sifat asli lo, awal kita ketemu lo gak sekasar ini, Ra!”

Dia dalam Karya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang