Chapter 35 - Hening

7K 416 8
                                    

"Lihatlah kapal-kapal itu Hanah." Pram mengucapkan kalimatnya seolah sedang bersenandung. Dalam genggaman tangan kanannya, dia memegang pergelangan tangan kiri Hanah. Laki-laki itu berjalan menuntun arah tujuan. Namun jika dilihat lebih dekat, laki-laki itu terlihat sedang menyeret paksa Hanah.

Hanah berjalan terhuyung mengikuti langkah Pram. Akibat obat tidur yang tadi, badannya masih terasa lemas, namun jika dia tidak ingin terjatuh, dia harus tetap mengikuti langkah laki-laki itu. Hanah berulang kali berusaha menarik tangannya, tetapi Pram menggenggam pergelangan tangannya sangat erat. Hanah mengernyitkan dahi merasakan genggaman itu semakin kencang. "Sa-sakit..." rintihnya pelan.

Tiba-tiba langkah kaki Pram berhenti lalu laki-laki itu membalikkan badannya dan menatap Hanah. Sebuah senyum lebar terukir di wajahnya. "Akhirnya keinginanmu untuk naik kapal sebentar lagi terkabul! Kamu pasti senang, kan?" Laki-laki itu sama sekali tidak menggubris rintihan gadis yang sedang berdiri di hadapannya.

Kedua mata Hanah membelalak lebar mendengarkan pertanyaan itu. Dia menatap Pram dengan napas sedikit tersenggal. Perlahan, gadis itu pun membuka mulutnya. "Kak, aku nggak pernah bilang ingin naik kapal..."

Mendengar respon itu, sontak Pram mengangkat sebelah alisnya. "Dasar pembohong, jelas-jelas kamu bilang ingin naik kapal pada saat itu."

Hanah cepat-cepat memejamkan matanya begitu melihat tangan kiri Pram terangkat seolah hendak memukulnya. Dia menundukkan kepalanya dengan kedua bahu yang terlihat bergetar. Di saat dia menunggu-nunggu sengatan rasa sakit itu, dia dikejutkan dengan sebuah sentuhan di pipi kanannya. Rupanya, Pram bukan hendak memukulnya, namun dia justru membelai pipi gadis itu dengan lembut. Kali ini Hanah merasa bulu kuduknya berdiri sebab senyuman di wajah Pram terlihat sangat menakutkan. Mata pria itu memandang ke arahnya dengan tatapan aneh. Itu seperti pemandangan seseorang pembunuh berantai yang sedang melihat ke arah korbannya. Wajah laki-laki itu begitu jelas memperlihatkan rasa posesifnya terhadap Hanah.

"Kak, he-hentikan... aku takut..." Hanah memohon dan tanpa sadar meneteskan air matanya. Cairan bening itu turun ke pipi lalu membasahi tangan Pram yang mengusap lembut pipinya.

"Kenapa kamu berbohong Hanah? Kakak tahu segala kesukaanmu. Kamu suka melihat semua ini kan?" Pram melepaskan genggamannya lalu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar di udara.

Apa yang dimaksud kakak tirinya itu? Pemandangan laut? Semakin berpikir, Hanah mengerutkan keningnya. Bukan laut, dia justru suka memandang bintang di langit ketika malam hari.

"Kamu mau kopi? Kakak yakin kamu haus," kata Pram menawarkan. "Aku masih ingat dengan jelas kamu suka menyeduh kopi tiap malam-malam begini..."

Hanah kembali menoleh ke arah laki-laki itu. Kedua alisnya masih mengernyit dalam. Semakin dia mendengarkan racauan Pram, semakin Hanah merasa laki-laki itu berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengannya. Sejak kapan aku suka minum kopi malam-malam? Boro-boro kafein yang pahit, dia pasti akan memilih strawberry milkshake atau meminum minuman manis lainnya.

Gadis itu mengamati gerak-gerik Pram yang terlihat sedang menengok ke sekitar. Sepertinya laki-laki itu sedang mencari tempat yang menyediakan kopi seduh saat ini. Di pelabuhan kapal feri, tepatnya di sisi tempat mereka berhenti sambil menunggu kapal tiba, kebetulan tidak ada terlihat satu pun kios buka atau pedagang asongan yang lewat. Lagipula malam memang sudah larut sekali, situasinya juga sangat sepi, bahkan yang menunggu kapal hanya ada mobil Pram saja. Angin dingin dari laut berhembus keras serta deru ombak menghantam karang membuat jantung Hanah semakin berdegup kencang.

Sekarang atau tidak sama sekali. Hanah menggigit bibir bawahnya cukup keras. Dia melakukannya demi menyadarkan dirinya sendiri. Dengan satu hentakan, Hanah membalikkan badan lalu mulai berlari. Kedua tangannya terkepal erat, sementara deru napasnya mulai memburu.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang