"Mm.. Maaf.." Ujar Kageyama.
Untuk sesaat ruang kamar itu hening sekali, sampai-sampai mungkin keduanya bisa mendengar degupan jantung masing-masing.
"Siapa orang itu?" Tanya si pria ikal.
"Atsumu.."
Sakusa memutar malas bola matanya. "Aku tidak butuh namanya. Siapa dia buatmu?"
"Namanya Miya Atsumu, dia mantan kekasihku.."
Kening Sakusa mengerut. Ia terduduk membuat Kageyama menatapnya heran. "Kepalamu sudah tidak sakit Yoomi?" Ia menyusul duduk dengan dua alis terangkat cemas.
"Jauhi dia." Raut wajah Sakusa terlihat serius dan sorot matanya menjadi tegas. "Jangan bertemu dengannya lagi. Kau dengar yang ku katakan?" Rahangnya mengeras.
"Atsumu sedang butuh pertolongan, dia—"
"Itu masalahnya bukan masalahmu!! Apa kau kurang urusan sampai mencampuri urusan orang lain?!"
Kageyama sedikit tersentak saat suara Sakusa meninggi. Ia meremat selimut kemudian menunduk. Sakusa yang kelepasan pun mengendurkan alis dan keningnya.
"Maaf.. Aku tidak akan membuat masalah lagi.." Dia sadar diri sedang tinggal di rumah siapa. Semua berkat Sakusa juga kakaknya sebentar sembuh. Kageyama pun kembali berbaring, membelakangi Sakusa.
Kening Sakusa mengerut. Kenapa jadi dirinya yang terlihat jahat disini, padahal niatnya baik agar Kageyama tidak jatuh kebualan mantan kekasih sesatnya itu. "Kau tau, yang diucapkan pria itu omong kosong. Dia berhutang bukan untuk kakakmu ataupun kau. Dia hanya membodohimu, aku mendengarnya sendiri." Ujar Sakusa sedikit membela diri. Ia menatap punggung Kageyama dan bibirnya sedikit mengerucut takut yang lebih muda sungguhan sakit hati.
"Mm.. Aku tau.." Kageyama mengangguk kecil. Dia menyadari hal itu saat menatap Atsumu tadi.
Sakusa mendecih. Ia semakin sebal dan cemburu. Sudah tau dibohongi kenapa masih mau bantu? Masih sayang ha?
"Tapi meskipun aku mau membantunya aku tidak bisa.. Aku tidak punya apa-apa, semuanya milikmu." Kageyama berbalik menghadap Sakusa yang masih duduk.
Itu kau tau. Sakusa mengomel dalam hati dan menatap kearah lain.
"Yoomi tidurlah.." Si raven menggenggam punggung tangan Sakusa.
"Lalu apa? Kau mau diam-diam keluar menemuinya lagi?"
Kageyama menggeleng. "Aku tidak akan kemana-mana.. Ayo sini.." Ia menepuk-nepuk kasur. Sakusa mendengus tapi menjatuhkan dirinya juga. Wajah mereka saling bertatapan.
"Maksud ucapanku tadi, bukan aku tidak suka dengan sikap pedulimu." Netra Sakusa menunduk. "Aku menyukainya, hanya jika padaku, tidak yang lain. Itu saja." Ia mendengus.
Tangan Kageyama terangkat, mengusap pelan kepala Sakusa. "Kau bilang saat di mobil tadi.. Kau cemburu.." Netranya menatap pada perban disana. "Itu tidak perlu.. Aku sudah jadi milikmu. Aku tau tempatku. Aku tidak akan membuatmu repot."
Mata Sakusa melebar. Usapan tangan Kageyama berhenti. Matanya juga ikut melebar menyadari apa yang sudah ia katakan.
"A-ANO itu maksudnya aku— bukan begitu— aku tidak menyebut diriku kekasihmu atau yang seperti itu! Maksudnya itu aku—"
"Milikku." Sakusa tersenyum miring.
Pipi Kageyama memerah sampai ketelinga dan dirinya tambah panik. "M-maksudku aku milikmu karena kau menjamin kakakku sehingga saat aku tinggal disini aku akan menuruti semua yang kau mau, bukan aku kegeeran menyebut diriku kekasihmu, aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...