45.

107K 10.1K 587
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini semua orang tengah menunggu di depan ruang ICU. Axelia terus memeluk adiknya yang sedang menangis karena mengkhawatirkan kondisi orang tuanya. Tiba-tiba pintu ICU terbuka dan menampilkan seorang pria yang mengenakan jas putih.

Axelia segera berdiri. "Bagaimana keadaan orang tua saya, dok?"

"Maaf, kami sudah berusaha. Namun Tuhan berkehendak lain. Nyawa Pak Lukman dan Ibu Wulan tidak dapat kami selamatkan." Dokter itu menundudukan kepalanya.

Axelia langsung jatuh terduduk ketika mendengar ucapan sang dokter. Rasanya sangat sakit sekali. Meskipun orang tuanya tidak terlalu baik kepadanya, tetapi Axelia tetap menyayangi mereka. Sebelumnya ia telah kehilangan 2 temannya, dan sekarang ... ia harus kehilangan orang tuanya.

Tangisan Aqiela semakin mengeras. Irna pun menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Aqiela. Kemudian ia memeluk Aqiela dan membiarkannya untuk menangis di dalam pelukannya, karena ia tahu bahwa Axelia tidak akan sanggup untuk menyalurkan kekuatannya kepada adiknya. Irna tahu bahwa kini Axelia pun sangat hancur saat ini.

Sarah berjongkok di samping Axelia dan memeluknya. Axelia menatap lurus ke depan. Ia tak menyangka bahwa orang-orang yang ia sayangi akan meninggalkannya secepat ini.

"Ma, kayaknya bener deh aku anak pembawa sial. Buktinya orang-orang yang aku sayang ninggalin aku semua." Axelia menatap lurus ke depan.

Sarah menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak, kamu bukan anak pembawa sial. Semua ini terjadi karena takdir Tuhan. Semuanya sudah ditentukan. Kamu gak salah apa-apa sayang."

Axelia tersenyum hambar. "Ma, aku gapapa deh selalu dimarahin sama mama papa, tapi tolong kembalikan mereka. Mungkin aku akan terbiasa tanpa mereka, tapi Aqiela gimana? Apakah aku bisa merawat Aqiela sendirian, tanpa mereka? Sebagai seorang kakak aja aku udah merasa gagal, apalagi harus meranin semuanya."

"Enggak, kamu gak sendirian, sayang. Mama akan rawat kalian berdua. Kalian berdua adalah anak-anak mama, ya? Kamu gak usah khawatir tentang itu ya?!" Sarah mengelus-elus punggung Axelia.

"Oh iya, tadi sebelum Pak Lukman kehilangan kesadarannya, ia menitipkan ini kepada saya." Dokter itu mengambil sesuatu di dalam sakunya. "Ini, sebuah cek yang ia titipkan untuk putrinya, Aqiela."

Irawan mengambil cek itu dari tangan sang dokter. "Terima kasih, dok!"

"Baiklah, kami akan mengurus jenazah almarhum dan almarhumah."

"Baik, saya akan segera mengurus semua administrasinya juga," ucap Irawan. Dokter itu pun pergi dari sana.

***

2 bulan kemudian

Kini keadaan mereka telah kembali seperti semula, semuanya sudah baik-baik saja. Teman-teman Axelia dari Bandung telah kembali bersama Gerry, Irawan dan Hartono. Sementara, Sarah, Irna, dan Nenek Tuti tinggal bersama Axelia dan Aqiela di rumah keluarga Axelia. Tidak selamanya, hanya sementara saja, sampai Axelia lulus dan mereka pun akan kembali ke Bandung. Aqiela pun akan ikut dan pindah sekolah.

I'm Not Clarissa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang