"Baiklah Jimin-ah saatnya menyaksikan pertunjukan kecil dariku"
Chaeyoung meraih tangan kanan Jimin. Menggengamnya dengan tangan kanan pula.
Chaeyoung menutup matanya. Bayangan hitam mulai keluar dari tubuh Chaeyoung.
Seketika tangan Chaeyoung yang berada digenggaman Jimin mendingin layaknya es.Telapak tangan kiri Chaeyoung terbuka diatas pangkuan wanita itu.
Perlahan tangan kirinya bergerak menyentuh dada sebelah kanan Jimin. Tiba-tiba nafas Jimin memberat akibat tekanan yang diterima didadanya.
Bayangan hitam merambat dari tangan, menembus dada bidangnya dan Jimin merasakan tulangnya akan membeku jika Chaeyoung melakukannya melebihi 10 menit.
Bayangan yang menembus dada Jimin bergerak keatas. Menuju peluru yang sedang bersarang lalu mendorongnya untuk keluar.
Dengan sekali tepukan tangan Chaeyoung pada dada Jimin membuat peluru itu sepenuhnya keluar dari bahu Jimin.
"Shh" rintihan pelan Jimin membuat Chaeyoung membuka mata.
"Bagaimana?" tanya Chaeyoung.
"Aku tidak apa-apa" jawab Jimin.
"Ck bukan itu. Bukankah tadi aku terlihat keren?" tanya Chaeyoung semangat.
Jimin terdiam. Dalam hati mengakui bahwa Chaeyoung termasuk salah satu makhluk langka yang hidup dibumi. Apakah bernilai jutaan dolar jika dijual?
"Kau punya handuk lain?"
Tanpa menunggu lagi Jimin langsung mengambil handuk kecil dan menyerahkannya pada Chaeyoung.
"Bukankah kau bisa mengelap badanmu sendiri?" kata Chaeyoung.
Jimin merasa sedikit malu sekarang. Kenapa lelaki itu berpikir bahwa Chaeyoung akan melakukannya juga. Tapi saat Jimin akan mengelap dirinya sendiri Chaeyoung menahannya.
"Aku hanya bercanda. Kemarikan" Chaeyoung mengambil handuk ditangan Jimin.
Dengan telaten membersihkan sisa darah pada bahu Jimin.
"Apa sakit?" tanya Chaeyoung.
Jimin menggeleng.
"Jika begini?"
"I-itu sakit" jawab Jimin saat Chaeyoung menekan lukanya.
Chaeyoung tertawa. Menggoda Jimin ternyata menyenangkan
Jimin mengamati Chaeyoung yang berjarak sangat dekat dengannya. Lelaki itu berpikir mengapa Chaeyoung bisa semudah itu akrab dengan orang yang baru dikenalnya.
Meskipun Chaeyoung sedikit kasar dan bar-bar tapi wanita itu easy going.
"Aku tau aku cantik. Berhentilah menatapku seolah kau akan memperkosaku ditempat" kata Chaeyoung.
Benarkan kata Jimin. Chaeyoung itu bar-bar dan tidak terkontrol.
Chaeyoung yang bar-bar tapi Jimin yang malu.
"Nah sudah selesai. Kau mau aku balut dengan perban?"
Jimin menggeleng.
"Kenapa? Itu akan membuat lukanya cepat mengering"
"Aku menyukainya" balas Jimin.
Dahi Chaeyoung mengernyit, "Menyukai apa? Jika menyukaiku maka aku sudah mengetahuinya"
"Bukan itu"
Chaeyoung sedikit berpikir, "Jangan bilang kau menyukai sensasi rasa sakitnya?"
Dan Jimin mengangguk.