Prolog

9 3 1
                                    

I know it isn't good to write another story while I'm not finished with 'The Bride' yet. But I've been writing this 一only 1 chapter lol一 for a long, long time. Yea, a long WIP lololol.

I hope you enjoy this prologue, guys.
Jangan lupa vote dan komennya ya :v
Ssst, ngegantungin rasa penasaran pembaca itu seru loh.

Chapter 1

Nathan menghela napas, memperhatikan tumpukan cucian piring yang belum ia kerjakan. Di sebelahnya, Robert sedang membereskan bahan-bahan makanan dan menatanya kembali ke rak.

"Aku pulang duluan ya Nath," ucap Robert saat pekerjaannya sudah selesai.

"Hati-hati di jalan," ucap Nathan. Pemuda itu kembali menghela napas, dan mulai mencuci tumpukan piring yang menggunung.

Selesai mencuci, ia membereskan dapur dan mengunci pintunya. Tak lupa ia juga mengunci ganda pintu kafe tempat ia bekerja. Sudah pukul sepuluh ketika ia pulang ke rumah. Stasiun sepi penumpang, hanya ada dirinya dan beberapa pegawai kantoran lainnya di situ. Kereta datang, dan membawanya pulang.

Pukul 10.18

Hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk berjalan kaki dari stasiun ke rumahnya. Jalanan juga lengang, hingga akhirnya Nathan sampai dirumah. Nathan mengetuk pintu. Beberapa saat kemudian, seorang pemuda berambut merah membukakan pintu dengan senyuman yang berseri-seri. "Akhirnya kakak pulang!" Ucapnya girang. Nathan ikut tersenyum. Pemuda itu adalah Niel, adiknya yang usianya hanya terpaut dua tahun.

Begitu Nathan masuk, Niel langsung memeluknya. Ia balas memeluk adiknya, dan mencium keningnya. Niel balas memeluknya. Hal itu membuat Nathan makin gemas. "Kenapa kau bisa menjadi seimut ini?" Gumamnya seraya menangkupkan tangannya pada pipi Niel.

Niel menggenggam tangan kakaknya, "Supaya bisa selalu menghibur kakak, kan?"

Nathan tertawa, dan Niel menarik tangan kakaknya, "Kakak belum makan kan? Aku sudah memasak sup ayam untuk kakak!"

Di dapur, Niel segera menyuruh kakaknya agar duduk dan memanaskan sup ayam. Nathan tersenyum, memperhatikan Niel yang sedang menyiapkan teh untuknya. Ada perasaan senang yang aneh, yang muncul tiap kali melihat Niel bahagia. Tapi apa?

"Kak," suara Niel membuyarkan lamunan Nathan. Pemuda berambut merah itu menaruh mangkuk dan segelas teh di hadapan kakaknya, "Makan sudah siap."

"Oh iya, makasih ya, Niel." balas Nathan.

Niel hanya tersenyum. Ia menarik kursi di seberang posisi kakaknya, dan memperhatikan Nathan yang mulai makan. "Hm, ada apa?" tanya Nathan yang menyadari hal tersebut.

"Nggak... nggak apa-apa." Niel terdiam sejenak, lalu bangkit dari kursinya. "Aku mau tidur duluan ya Kak. Jangan lupa gosok gigi sebelum tidur!" ucapnya. Nathan pun mengiyakan perkataan adiknya itu. Setelah selesai makan, ia segera membereskan dapur dan mandi.

'Waktunya belajar,' pikir Nathan saat melihat jam yang menunjukkan pukul 11.28. Ia mengambil peralatan belajarnya. Nathan ikut program Paket C dari sebuah lembaga bernama St. Diana, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan nonformal. Paket C yang ia ambil merupakan paket persamaan sekolah setingkat SMA. Nathan sengaja mengambilnya karena waktu belajar di Paket C cenderung lebih fleksibel, sehingga ia juga bisa sambil terus bekerja.

Sebelum mulai belajar, Nathan memastikan apakah adiknya itu sudah tertidur atau belum. Ia melihat kepala Niel yang menyembul dari balik selimut. Ia melangkah ke arah Niel, lalu berlutut di sampingnya. "Sleep well, Sweetie." bisiknya seraya mencium puncak kepala Niel. Niel hanya menggumamkan sesuatu, dan Nathan kembali ke meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Wrong Love from My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang