17

278 62 12
                                    

Sorry for typo!


************




Pagi itu gerimis, Saint memandang langit yang masih setia meneteskan airnya membasahi bumi. Menengadahkan tangannya, Saint mencoba menyentuh tetesan air hujan yang membuatnya sedikit ragu untuk melangkah pergi ke sekolah. Rumahnya cukup jauh dari halte bus terdekat, dan mau tidak mau dia harus menembus rintikan air hujan, agar tidak terlambat ke sekolah.

Payung, benda satu-satunya di rumah itu telah digunakan oleh adik kesayangannya untuk pergi ke sekolah. Dan jas hujan pun telah digunakan sang ayah pagi-pagi sekali untuk pergi bekerja.

"Huufftt~ "

Menepuk-nepuk jaketnya, Saint mencoba membersihkan sisa air hujan yang menempel pada jaketnya. Memang tidak sepenuhnya melindungi dari air hujan, tapi jaket itu mampu melindungi seragamnya dari kebasahan.

"Perth?"

Saint terkejut, matanya menatap seseorang yang amat ia kenali sedang berjalan menghampirinya menembus hujan, dengan Hoodie yang sama, yang dulu pernah Saint berikan padanya.

Musim penghujan, musim dimana keduanya bertemu, tanpa sapaan, tanpa perkenalan, hanya seulas senyum Saint dan rasa kepedulian Saint terhadap pemuda yang menggigil kedinginan karena kehujanan.

"Kenapa kau disini?" tanya Saint heran.

"Ini hujan pertama di tahun ini, aku ingin bertemu orang baik itu, yang sudah menolongku." jawab Perth tersenyum antusias pada Saint.

Saint tersenyum, dia masih ingat jelas kejadian itu, dan mungkin saja Perth saat itu tidak mengenalinya.

"Kau tahu siapa namanya?"

Gelengan yang Saint dapatkan dari pertanyaannya.

"Jadi bagaimana kau bisa berterima kasih padanya?"

"Aku masih ingat seragam yang dia pakai, dia bukan dari sekolah kita. Tangannya terasa hangat meski hujan turun deras sekali." jelas Perth mengenang masa itu.

"Seperti ini?" Saint memegang tangan Perth.

Hangat, yah, sentuhan hangat ini sama persis seperti yang ia rasakan waktu itu. Perth tertegun, menatap mata Saint tak percaya, seulas senyum Saint membuatnya percaya jika pemuda itu adalah orang yang sama, yang membuat hidupnya lebih berarti, dan lebih berwarna.

Memeluk Saint begitu erat, Perth merasa senang karena malaikat penolongnya masihlah orang yang sama, orang yang membuatnya berdebar dan tersenyum sendiri kala mengingat wajah rupawan itu.

"Terimakasih."

"Hm? Untuk apa?" Saint menepuk pelan punggung Perth.

"Terimakasih sudah menjadi malaikatku, terimakasih bertahan dengan orang sepertiku. Jangan pergi, jangan tinggalkan aku, hanya Saint yang ku punya selain Mommy."

"Aku tidak akan kemana-mana, kau masih bisa menjangkau ku."

Perth melepaskan pelukannya, tersenyum lebar menatap Saint dengan mata bulan sabitnya. Tak lama kemudian sebuah bus berhenti di hadapan mereka, Saint menyeret tangan Perth mengikutinya masuk ke dalam bus, yang akan mengantar mereka ke sekolah.

**********

Saint menelan ludahnya gugup, dia hanya tidak menyangka jika Gun, akan benar-benar mempertemukannya dengan Kakek Gun, orang yang paling ditakuti oleh kesayangannya. Entah dia harus bersyukur atau mengumpati Gun nanti, yang jelas saat ini Saint merasa kecil didepan orang tua yang keberadaannya masih cukup disegani di kota itu.

"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang