Bab 8

2.2K 361 4
                                    

"Dia hanya akan menghambat misi kita!"

"Hinata!"

Dengan sigap Shino menangkap tubuh Hinata yang hampir jatuh menyentuh tanah.

"Ck!"

Sasuke segera melesat pergi untuk mencari jejak pemilik jarum cakra yang menyerang mereka. Hal yang membuatnya gusar adalah kenyataan jika ia tidak dapat dengan jelas merasakan keberadaan si penyerang tersebut.

"Shino kau jaga Hinata. Aku dan Akamaru akan menyusul Sasuke!"

Shino hanya mengangguk pada Kiba yang segera pergi untuk menyusul Sasuke. Sementara dirinya tetap di sana untuk menjaga Hinata. 

Perlahan, Shino membaringkan tubuh Hinata di atas tanah beralas rumput, menyelimuti tubuh yang mulai terasa dingin itu. Shino lantas merasa khawatir karena ia ataupun Kiba tidak menguasai cakra penyembuhan untuk memberikan pertolongan pertama pada Hinata.

Lima belas menit berlalu. Shino mendengar suara rintihan yang keluar dari mulut Hinata. Terkadang gadis itu seperti terisak, namun tidak ada airmata-nya yang keluar, hanya peluh terlihat mulai membasahi wajahnya.

"Hinata bertahanlah!"

Shino menatap iba pada sahabatnya yang terus merintih, memanggil nama Neji, Hiashi dan Naruto.

Hinata yang selama ini terlihat tegar, siapa sangka memiliki hati yang serapuh kaca. 

"Bertahanlah Hinata, seperti yang kau lakukan selama ini." bisik Shino lebih kepada dirinya sendiri.

"Shino!"

Shino berbalik, melihat pada Kiba dan Sasuke yang telah kembali.

"Kalian sudah kembali?"

"Ya, kami tidak berhasil mengejarnya!" jawab Kiba cepat, seraya langsung menghampiri Hinata, "Bagaimana keadaannya?"

Shino menggeleng pelan, sebelum berkata, "Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!"

Tangan Kiba terulur untuk menyeka peluh sebesar biji jagung yang menghias kening gadis itu. Sementara Akamaru menjilati lengan Hinata yang tertusuk jarum cakra.

"Sekitar dua hari lagi kita tiba di Suna."

Shino melihat pada Sasuke yang sedang menatap lurus pada Hinata.

"Dia tidak akan bertahan jika tidak mendapatkan pertolongan pertama lebih dulu." suara Shino terdengar seperti bisikan.

"Argh! bagaimana ini. Kita tidak bisa mengobatinya!" 

Wajah Kiba memerah. Ia merasa gelisah karena keadaan Hinata. Biar bagaimanapun ia dan Shino telah berjanji untuk selalu menjaga gadis itu. Dan sekarang Hinata malah pingsan, mungkin juga koma.

Di tengah rasa frustasinya, Kiba melihat Sasuke mendekati Hinata. Pria itu lalu duduk bersila dengan jarak kurang dari satu meter dari wajah Hinata.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Kiba saat melihat Sasuke meletakkan telapak tangannya yang besar di atas kening Hinata. 

Sasuke tidak menjawab pertanyaan Kiba. Hingga tidak lama kemudian, Kiba dan Shino melihat cahaya ungu kebiruan berpendar dari tangan Sasuke.

Uchiha tampan itu mengatur napas, sebelum memejamkan mata.

Berkonsentrasi memberikan cakra perlindungan miliknya pada Hinata. 

Sasuke memang tidak menguasai ninjutsu medis. Namun Uchiha memiliki cakra perlindungan yang selalu bisa melindunginya dari berbagai serangan senjata atau racun mematikan. Setidaknya cakra itu dapat menangkal lebih dulu sebelum mendapat pertolongan dari Iryo-nin. 

"Ot-tou-s-sama." 

Lirih suara Hinata terdengar memanggil Hiashi.

"Hinata bertahanlah!"

Kiba menggenggam tangan sahabatnya yang terkulai lemas. Hanya mereka yang paling tahu apa yang telah dan sedang Hinata alami. Hanya mereka yang selalu melihat harapan di wajah cantik Hinata ... harapan Hinata untuk dapat melanjutkan hidupnya yang sejak dulu seperti selalu berjalan di tempat.

Kiba dan Shino hanya ingin Hinata bahagia setelah apa yang gadis itu alami. Dan pemikiran itulah yang membuat Kiba tanpa sadar menitikkan air mata. Hingga Sasuke yang peka -meski tanpa ia membuka mata- tergelitik untuk sedikit mengintip apa sebenarnya alasan gadis itu pergi jauh dari Konoha untuk jangka waktu yang cukup lama.

Sasuke telah berhasil memberikan cakra perlindungan untuk Hinata. Cakra miliknya yang berada dalam tubuh gadis itu pun mulai melawan penyebaran racun meski secara perlahan. Namun begitu, Sasuke tidak lantas menarik tangannya dari kening Hinata. Ya, karena ada hal lain yang masih ingin ia lakukan ... Sasuke membuka mata, melihat pada wajah Hinata yang terlihat seperti sedang tertidur, sepertinya gadis itu sudah tidak terlalu merasa kesakitan.

"Kau terlalu lemah Hinata-sama!"

"Kau tidak pantas untuk menjadi seorang Ketua Klan!"

"Kau kalah dari Hanabi!"

"Kau memalukan!"

"Aku membebaskanmu Hinata, kau tidak harus menjadi seorang bunke."

"Aku tidak takut mati karena melawannya, semua ini aku lakukan karena aku mencintaimu, Naruto-kun!"

"Sakura, menikahlah denganku!"

"Berikan misi ini padaku, Hokage-sama!"

"Aku mohon jangan mengasihaniku!"

"Kau berhak mendapatkan pria yang lebih baik daripada Naruto."

'Guk-Guk!'

Suara Akamaru membuat Sasuke terkesiap.

"Kau sudah melihatnya?"

Sharingan-nya masih aktif saat pandangannya beralih pada kedua mata Shino yang terlindungi oleh kacamata hitam.

Tidak menjawab pertanyaan Shino, Sasuke memilih untuk berdiri seraya berkata, "Ayo kita pergi!"

.

.

.

-tbc-thankiss♥


UnintendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang