7. KEPUTUSAN (2)

56 4 0
                                    

"masuk!"

"kamu?" ucap El dengan tatapan benci.

"aku ingin bicara denganmu," Emilia menghampiri El yang masih membaringkan tubuhnya di kasur king sizenya dan duduk di sofa berwarna cream dengan menyilangkan kedua kakinya. El yang awalnya terbaring, mengganti posisi dengan duduk di kasur menatap tajam Emilia.

"to the point!" pinta El

"kita ingin mengajakmu liburan, untuk refreshing. Supaya kamu dan calon suamiku hubungannya membaik,"

"cih, jangan mimpi." ucap El ketus

"jika kamu tidak mau... Maka, aku akan membuatmu dalam masalah besar."

"terserah, I don't care." El kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya. Emilia sangat geram saat El tidak mempedulikan perkataanya, Emilia pun pergi meninggalkan kamar El dengan perasaan marah.

__________

"apa itu tidak terlalu berbahaya dengan kondisinya?" tanya seorang wanita paruh baya

"itu adalah kemauannya, bagaimana papa bisa menolak permintaan putri kecilku ma?" hana menatap suaminya dengan gusar.

"bagaimana ia bisa mengijinkan aleena untuk sekolah umum, sedangkan putrinya masih dalam kondisi seperti ini?" pikir hana

"papa akan meminta saran dari psikiater." ucap hasan sambil meraih ponsel yang ada di nakas.

"lalu, apa Aksa dan Arion menerima keputusan papa?" tanya hana lagi.

"mereka belum menjawabnya." jawab hasan dengan wajah datar.

Di sisi lain, Aksa dan Arion tengah memikirkan keputusan hasan untuk menyekolahkan aleena di sekolah umum.

"menurutmu bagaimana?" tanya Arion kepada Aksa

"gue nggak ngerti, kenapa aleena meminta permintaan seperti itu." Aksa bingung untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh hasan tadi.

"gimana kalau kita ijinkan saja? Biar aleena sekolah di SMA samudra, gue bakal jaga dia dari siapapun? Daripada aleena terus murung di kamar, lebih baik dia belajar untuk berada di tempat umum." saran Arion. Aksa tampak menimbangkan saran Arion.

"kita tanyakan sekali lagi kepada aleena," ajak Aksa. Mereka pun melangkahkan kaki ke kamar aleena.

Tok!

Tok!

Tok!

Melihat pintu yang tidak kunjung dibuka, Aksa pun membuka pintu kamar aleena.

"Aleena..." panggil Aksa, aleena yang awalnya berbaring menghadap ke arah kiri, kemudian mendudukkan dirinya di ranjang.

Keadaan Aleena sudah membaik setelah berbicara dengan hasan.

"kita ingin membicarakan keputusanmu untuk sekolah umum," ucap Aksa.

"katakan kak!" ucap Aleena.

"apa kamu yakin, dengan keputusanmu?" Aksa mencoba meyakinkan Aleena. Tanpa terbata-bata, tanpa kegugupan, Aleena menjawab bahwa dia yakin.

"tap-" belum selesai Arion bicara sudah dipotong oleh Aleena.

"aku hanya menginginkan hal kecil. apakah kalian tidak mendukung keputusanku?" tanya Aleena. Aksa dan Arion menghela nafas panjang.

"bukan seperti itu Aleena, kami hanya khawatir kamu memutuskan hal yang salah, sedangkan keadaanmu saja belum benar-benar pulih," ucap Arion.

"aku tidak akan mengubah keputusanku." ucap Aleena tegas.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang