42.

8.6K 694 106
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.

Spam komennya sangat aku tunggu❤️
________________________________________

"Apa kalian mau bantu gue?" tanya Aksa pada ketiga temannya yang tak lain adalah Satya, Gio, dan Cesario. Kini, ketiganya sedang berada di markas, tempat biasa mereka berkumpul untuk bersantai atau membicarakan sesuatu.

"Tunggu deh, kenapa Luna sampe segitunya ngefitnah lo, Sa? Apa lo punya salah sama dia?" tanya Satya sembari berjalan mondar-mandir di samping Aksa.

"Karena dia ngira gue yang udah nabrak nyokapnya sampe meninggal," balas Aksa sembari mengusap wajahnya gusar. "Dia punya dendam sama gue, padahal bukan gue yang nabrak nyokapnya."

"Emangnya siapa yang udah nabrak nyokapnya Luna? Lo tau kan siapa orangnya?" Kini Gio yang bertanya, ia menatap serius ke arah Aksa. Jika sedang di situasi yang seperti ini, Satya dan Gio memang tidak pernah bercanda, mereka berdua akan serius dalam menyelesaikan permasalahan sahabatnya.

"Syander. Dia yang udah nabrak nyokap Luna, tapi gue nggak punya bukti kalau Syander-lah pelaku sebenernya!"

"Oke, semuanya udah jelas. Lo tenang aja, Sa. Kita bertiga bakalan bantu lo," ujar Cesario yang mendapat anggukan kepala dari Satya dan Gio.

"Thanks, Bro." Aksa mengembangkan senyumnya ke arah mereka bertiga.

Akhirnya, Aksa, Satya, Gio, dan Cesario pun menyusun siasat untuk menjebak Luna, pun agar dia mau mengaku jikalau Aksa tidak bersalah dalam hal ini.

"Semuanya sepakat ya? Besok gue akan jalanin rencananya," tutur Aksa tersenyum smirk.

°°°°°°

Sudah berbulan-bulan lamanya Luna tak menampakkan diri di sekolah, dan baru hari ini ia kembali menampakkan dirinya. Semua orang yang melihat Luna datang begitu terkejut, mereka mengira Luna sudah pindah sekolah. Tetapi ternyata, ia masih sekolah di sini.

Tanpa ada rasa malu, Luna mendekat ke arah Aksa dan teman-temannya. Dengan senyum yang senantiasa tercetak jelas di wajah perempuan itu, ia langsung mendekap tubuh Aksa begitu saja.

"Aksa, aku kangeeenn! Padahal baru aja kemarin kita ketemu," ucap Luna. "Mungkin ini keinginan bayi kita."

"Sa, kita bertiga ke kelas dulu ya," ujar Cesario sembari menepuk bahu Aksa. Sedangkan Aksa, ia hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.

Setelah ketiga temannya sudah pergi, Aksa mengepalkan kedua tangannya, ia muak dengan semua drama ini, akan tetapi ia tidak boleh gegabah. Sekarang adalah saat yang tepat untuk Aksa menjalankan rencananya tadi malam.

"Gue juga kangen sama lo, Luna." Aksa membalas pelukan Luna.

Di lorong koridor sekolah, tepat sekali saat Cia sedang berjalan menuju kelas, ia melihat suaminya tengah memeluk seorang perempuan yang tak lain adalah Luna.

Hatinya sakit bagai ditusuk seribu duri. Mengapa Aksa tega menyakitinya? Bahkan di depan matanya Aksa berani memeluk perempuan itu.

Dengan mata berkaca-kaca, Cia pergi dan tak ingin melihat adegan tersebut lebih lanjut. Benar kata Ziad, Aksa memang laki-laki berengsek.

Sebenarnya, Aksa tahu Cia tadi melihatnya. Ia pun merasakan sakit seperti apa yang dirasakan oleh Cia. Tetapi mau bagaimana lagi? Mengaku tidak bersalah atas tuduhan Luna di hadapannya percuma, dia tak akan percaya. Sungguh, Aksa perlu mengumpulkan banyak bukti dan mengatakan jika ia tak bersalah atas kehamilan Luna pada istrinya. Tunggu saja saatnya tiba.

"Ka--kamu kangen sama aku?" tanya Luna tak percaya, ia melepas pelukannya lalu menatap manik mata Aksa dengan alis saling bertaut.

Aksa menganggukkan kepala dan tersenyum manis ke arah perempuan itu. Senyuman yang mampu membuat semua kaum hawa terpana melihatnya.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang