Bab II: 2017, Penasaran

399 62 10
                                    

Disclaimer!

- cw // harsh word

Selain itu aman. Dah yuk silakan baca :)

______

We all had our little secret right?

And we keep that quiet,

carefully,

in our own brankas

But "he's" too obvious

And it makes him curious


______


Genggaman Dimas tak merenggang ketika ia menarik Janu menjauhi kerumunan. Semua siswa dan guru masih memandang mereka, takut kalau-kalau pertengkaran terjadi di saat krusial seperti ini.

Hafi, salah seorang panitia MOS yang Dimas kenal, berjalan menghampiri mereka. Menerobos berpuluh siswa di sekelilingnya lalu berhenti di hadapan dua manusia yang entah sedang meributkan apa.

"Dim, dim, what's wrong?! Tolong jangan di sini, dim..." bisik Hafi agak malu. Pasalnya semua orang tengah mengamati mereka, termasuk guru-guru yang ikut serta dalam sosialisasi kali ini.

"Dia sakit, fi. Gue bawa dia ke UKS." Setelah berucap demikian, Dimas kembali melangkahkan kaki sembari menarik pergelangan Janu.

Berpuluh pasang mata mengamati mereka. Janu merinding, tak menyangka siang ini dia mendadak jadi pusat perhatian. Berbeda dengan Dimas. Ia tidak peduli dengan sorot mata di sekelilingnya. Yang terpenting adalah keselamatan adik kelasnya.

Sadar penuh kondisi kali ini tidak memungkinkan baginya untuk teriak, Janu ikuti kakak kelasnya kemana pun ia melangkah. Menampik rasa malu yang menyusup di sela seragam biru putihnya.

Setibanya di pinggir lapangan, Janu hentakkan pergelangannya, melepaskan diri dari cengkraman erat kakak kelasnya.

Berhasil!

Ia tatap kesal pemuda yang kini berjarak beberapa senti darinya, lalu membuka suara.

"I'm not sick and who the hell are you?!"

Merasa dirinya masih ditatap oleh banyak pasang mata, Dimas tarik kembali pergelangan Janu untuk benar-benar menjauhi kerumunan, menuju UKS.

Pemilik nama keluarga hadinata itu kembali meronta, meminta kakak kelasnya untuk melepas cengkramannya yang kian mengerat.

"Stop it! You hurting my wrist..."

Koridor kelas 7 tampak lebih sepi dari pinggir lapangan. Ia putuskan untuk berhenti sebentar, mengabulkan permohonan Janu, sebelum lanjut mengantar adik kelasnya ke UKS.

Kali ini Janu tidak mau pergelangannya kembali di cengkram sebegitu erat. Ia peluk pergelangannya sembari memundurkan tubuh 5 cm dari posisi awal, menjauhi kakak kelasnya.

Sumpah demi apapun sakit banget! batin Janu. Sakit di pergelangannya merambat hingga ke sekujur tubuh. Janu ingin menangis, tapi tubuhnya terlalu lemas.

"Sorry.." gumam Dimas. Ia tatap sosok kurus di hadapannya, pergelangannya merah, sosok itu tampak lelah dan kesakitan. Dimas jadi merasa bersalah.

"What's wrong with you? You lost your mind aren't ya?!"

Kilatan amarah dapat Dimas lihat dari kedua manik almond-nya. Jelas sekali Janu sedang marah besar. Tapi sayang, suaranya yang lemah tak pantas bersanding dengan kalimat kasar yang meluncur dari bibirnya.

Di Balik Panggung HadinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang