Time Lapse

546 50 24
                                    

Song Joong Ki || Jeon Yeo Bin

.

.

Senja itu hujan turun membasahi bumi sama seperti dulu. Kali ini ia tak datang sendirian, ada angin yang senantiasa bersamanya.

Mereka tertawa di tengah tetesan air yang turun dan terkadang petir yang turut mengisi. Saat melihatku yang sedang berdiri di tepi jalan, mereka bertanya mengapa aku tak ikut menari juga.

Hari ini aku berencana untuk menunggu seseorang. Bisikku kala itu. Mereka tersenyum dan menyingkir sejenak agar orang yang kutunggu tak terlalu basah karena air yang mereka bawa.

Dalam hati ada perasaan lega ketika tahu betapa baiknya hujan dan angin kepadaku. Aku mendongakkan kepala dan tertawa saat melihat matahari yang merengut kesal karena tugasnya untuk menyinari bumi hari ini harus lebih pendek.

Entah sudah berapa kali hujan dan angin datang untuk bermain di tengah waktu kerjanya. Namun aku tahu, sesering apapun hujan dan angin mengganggu, matahari tak pernah benar-benar marah meski terkadang suka menggerutu tak jelas.

Hari itu seperti tahun-tahun sebelumnya aku melihatmu kembali ke tempat ini di tanggal yang sama. Kakimu bergerak dengan kecepatan konstan di tepi jalan yang dulu sering kita lewati sepulang dari membeli es krim.

Langkahmu begitu ringan menapaki bumi yang keras. Seolah hanya dirimu satu-satunya manusia yang diizinkan untuk melayang. Sekali lagi kau membuatku terpesona.

Namun kembali aku harus melihat, langkahmu yang ringan masih sering bergetar tiap kali kau datang ke sini.

Entah gemetar karena dingin atau memang karena hatimu yang terlalu rapuh hingga kau terus seperti itu. Tahun sudah sering berganti rupa, namun sepertinya belum cukup untuk menyembuhkan luka hatimu yang terkadang masih bernanah.

Apakah kau belum menemukan laci yang pernah kujanjikan? Ataukah kenangan yang ingin kau buang terlalu banyak hingga laci yang kau punya sudah terlalu penuh? Aku tak pernah tahu.

Rambutmu pendek. Itu membuatku menaikkan alis dan berasumsi kau ke manakan rambut panjangmu yang indah berkilau bak kain satin mahal?

Mungkin aku adalah satu dari sekian banyak pengagum rambutmu di luar sana. Itu juga salah satu alasan mengapa aku mau menunggumu di sini.

Aku ingin melihat rambut panjangmu bergerak lembut di udara dengan aroma semangka lembut seperti biasanya. Bau yang khas.

"Yeo Bin!"

Tiba-tiba seseorang meneriakkan namamu dari kejauhan dengan suara keras. Aku menyipitkan mata berusaha untuk melihat siapakah yang berani memanggil namamu selain aku.

Dia mendekat dan akhirnya aku bisa melihat rupa wajahnya. Ah, aku ingat. Dulu kau pernah mengenalkan lelaki itu padaku saat kita masih di tahun terakhir sekolah.

Lelaki bermata teduh yang kau bilang orang paling tenang kedua setelah aku. Lelaki bernama Lee Jong Suk, bukan?

Bola mataku berputar dan kulihat kau masih berdiri dengan kepala memandang ke arah jalanan. Aku memang hanya bisa melihat dari samping, namun senyummu merekah begitu sempurna.

Aku tak menyangkal itu. Bahkan kali ini lebih merekah daripada senyum mentari yang mengintip dibalik awan. Aku tahu dia cemburu.

Jong Suk berjalan mendekat sembari membawa payung untukmu. "Kapan kita akan pulang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About Love (Oneshoot Collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang