Prolog

14.7K 1.6K 235
                                    


Kala itu langit sudah berganti warna menjadi warna yang lebih gelap. Banyak bintang yang bertaburan dan satu bulan yang entah mengapa terlihat sangat terang. Padang rumput luas itu pun masih terlihat hijau meski langit sudah gelap.

Seorang perempuan tengah duduk berselonjor dengan kedua tangan menumpu badannya diiringi dengan wajah cantiknya yang menengadah. Mata cantiknya tertutup seakan membiarkan sinar terang bulan menyapa paras indahnya.

"Bunda!"

Sang perempuan yang dipanggil bunda itu membuka mata dan menemukan anak laki-lakinya berlari menujunya dan langsung memeluknya erat.

"Bunda."

Tangannya terulur memeluk putra bungsunya itu, kekehannya keluar saat mendengar isakan yang keluar dari anak dipelukannya.

"Kenapa nangis?"

"Kangen hiks, Bunda ...."

"Kok bisa ke sini hm?" tanya bunda seraya mengurai pelukannya.

Paras anak laki-laki di hadapannya sangat indah, sungguh. Sinar terang dari bulan dan bintang berpadu dengan mata kucing yang bercucuran air mata. Entah mengapa, anak laki-lakinya berkali lipat lebih manis saat ini.

"Jangan di sini ... pulang ya?" ucap bunda lembut.

Anak laki-laki itu menggeleng sedangkan kedua tangannya sibuk mengusap air matanya yang terus turun, persis seperti anak kecil.

"N-nggak mau."

Tangannya terulur mengusap surai bungsunya yang sudah lepek dengan lembut. "Sini tidur di paha bunda," ucapnya yang langsung dituruti.

"Mau Bunda nyanyikan lagu?"

"Bintang Kejora?" ucap si anak dengan lugu.

Perempuan itu tersenyum manis, anak bungsunya ini tetap menyukai lagu Bintang Kejora hingga sekarang.

Ku pandang langit
Penuh bintang bertaburan

Anak laki-laki itu refleks memandang langit saat dua baris lirik lagu Bintang Kejora dinyanyikan.

Berkelap kelip
Seumpama intan berlian
Tampak sebuah
Lebih terang cahayanya
Itulah bintangku
Bintang kejora yang indah selalu

Hingga baris terakhir selesai dinyanyikan, anak laki-laki itu beralih menatap wajah bundanya. Tersenyum manis dengan pancaran mata yang begitu bahagia.

"Pulang ya? Ada Kakak sama Ayah yang nungguin kamu," ucap bunda.

Anak laki-laki itu menggeleng sedih. "Jahat, Ayah pukul aku," adunya.

"Kan ada Kakak, ya?"

"Nggak mau. Mau ikut Bunda."

Si anak langsung bangun dan bergerak memeluk bundanya dengan erat. Wajahnya ia sembunyikan di perpotongan leher sang bunda dan perlahan isakannya kembali terdengar.

"Mau ikut Bunda hiks," isaknya.

"Pulang ya? Banyak orang yang nunggu kamu, ada mimpi yang harus kamu kejar. Ikhlas ya? Bunda cuman sebentar di sini karena tiba-tiba anak Bunda ada di sini. Bisa, ya?"

"Sayangi diri kamu sendiri dulu, baru orang lain ya, Nak? Inget, kamu itu berharga dan anak bungsu Bunda yang manis ini berhak bahagia."

Saat pelukannya dilepas paksa, anak itu memberontak. Namun tetap sia-sia karena kini ia tidak bisa bergerak, sedangkan bundanya mulai menjauh hingga terlihat bercahaya dan perlahan menghilang dengan senyum yang menunjukkan kedamaian. Anak laki-laki itu menjerit dan terus berteriak meneriakkan bundanya.

Sekarang terjadi lagi dan tanpa disadari, dalam tidur yang cukup terasa lama itu Park Jungwon kembali meneteskan air mata.

---

Hai? Seneng nggak? Hehe. Semoga nggak mengecewakan ya S2 nya nanti 💗 Siap mulai dari awal lagi sama aku dan Jaywon? Hehe

Jangan lupa vote dan komennya ya ❤❤

Epiphany • Jaywon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang