1. Bonus

4.7K 484 49
                                    

Yoon Jaehyuk, anak kelas 3-1 dari jurusan IPA. Tampan, tinggi, dan pintar. Ramah terhadap semua orang. Hingga beberapa di antara mereka menganggap itu sebagai perhatian yang lebih.

Pemain utama di tim sepak bola. Ketua kelas. Wakil ketua osis. Kebanggaan guru. Sederhana. Ya intinya idaman banget.

Sayangnya dia jomblo.

"Jae!"

Sedang asiknya melamun di kantin, suara cetar tiada tara justru membuatnya tersadar. Jaehyuk tersenyum ke arah sahabatnya tersebut. Kim Junkyu namanya.

Lelaki paling manis dan-

Brak! -Bar bar. Meja di gebrak oleh Junkyu, membuat atensi semua orang mengarah pada meja Jaehyuk.

"Kenapa, Kyu?" Tanya Jaehyuk lembut.

Tak lama Junkyu langsung menangis histeris. Dia terududuk lemah di depan sahabatnya. "Huwaaa gue patah hatiiii!"

Jaehyuk kelabakan sendiri. Masalahnya semua pasang mata mengarah padanya. Nanti kalau dia dikira yang menyakiti Junkyu bagaimana?

"Suttt... kyu. Udah ya? Ini di kantin bukan di rumah."

Bukannya berhenti Junkyu malah semakin histeris, menolak setiap tangan sahabatnya menenangkan dirinya. Dia mau nangis doang pokoknya, dia tuh sakit hati tau! Masa lelaki semanis dirinya di sakitin!

"Duh.. jangan nangis. Nanti gue urus deh orang yang bikin lo sakit hati. Seriusan deh." Jaehyuk kembali berucap menenangkan.

Junkyu yang sesenggukan, menatap mata sahabatnya dengan tajam. "Bener ya lo?! Awas aja hiks kalo boong gue kebiri lo!" Ancamnya.

Jaehyuk cuma bisa mengangguk pasrah. Ini demi mendiami sahabatnya. Semoga saja nanti lelaki yang berani menyakiti Junkyu paham keadaan.

Dia akan berkelahi yang ke sekian kalinya cuma demi Junkyu. Ia berharap ini yang terakhir, asli dia pernah berujung wajahnya yang bonyok karena lawannya lebih besar dari tubuhnya. Mengerikan.

"Oh iya Jae?"

"Apa?" Sahut Jaehyuk pelan. Matanya kembali fokus pada buku yang tadi ia bawa dari kelas.

"Malem ini ada kencan buta lagi buat lo."

Reflek Jaehyuk menatap sahabatnya lagi. Ekspresi Junkyu berbeda sekali dari pas datang tadi. Sekarang balik lagi ke Junkyu yang suka sekali membuatnya kesal setengah mati.

"Gue gak mau, Kyu."

"Ini terakhir deh, Jae."

"Itu kalimat yang ke sekian kalinya, dan ujungnya gak ada terakhir terakhir sampe sekarang."

Junkyu berdecak. "Yaelah seriusan deh ini terakhir! Gue jamin malem ini lo bakal dapet yang bener!"

Pada akhirnya Jaehyuk hanya bisa menghela nafas dan menghembuskannya pelan. Dan mengangguk tanda menyetujui.

Entah ini sudah berapa kali ia melakukan kencan buta dengan beberapa perempuan dan lelaki manis. Yang pasti semuanya tak akan bertahan selama tiga hari.

Bahkan tak sampai dirinya untuk pendekatan sedikit pun. Seperti kutukan saja.

"Good! Entar sore gue bakal anter lo ke toko baju kalau gitu!"

"Terserah deh Kyu."

•••

Jaehyuk sudah berada di pusat perbelanjaan di dekat rumahnya. Dirinya tengah menunggu sang sahabat yang katanya akan menemani.

Sejujurnya dirinya tak butuh membeli baju lagi. Tapi, ini paksaan Junkyu, katanya biar gak kelihatan monoton kalau kencan buta seperti ini.

Iyain aja. Suka suka uke lah!

Tak lama notif pada ponselnya berbunyi. Ada sebuah pesan masuk.

Junkyu
Sorry Jae gak bisa nemenin
Gue ada janji sama bunda hehe

Jaehyuk berdecak kesal. Kalau tau begini dia lebih baik pulang. Belum sampai keluar dari pusat perbelanjaan ia justru mendapatkan pesan lagi dari Junkyu.

Yang mengatakan dirinya harus tetap membeli setelan pakaian untuk nanti malam atau nanti Junkyu akan mengebiri dirinya.

Mau tak mau dia hanya menghela nafas sabar, memilih berjalan ke toko baju yang berada di lantai bawah, biar cepat selesai.

Toko baju yang jadi tujuannya sedikit aneh sih suasananya. Tapi, mari kita coba saja. Siapa tahu baju yang di jual bagus-bagus.

Banyak manekin yang terpajang. Ada juga sebagian baju yang di gantung saja. Jaehyuk malah jadi gagal fokus sama salah satu manekin.

"Persis banget kayak manusia asli." Gumamnya ketika melihat manekin tersebut.

Setelan baju dan celananya bagus sih. Kayaknya cocok untuk digunakan dirinya malam ini.

"HAI KAK!"

Jaehyuk terlonjak kaget. Ia hampir ngejengkang kebelakang ketika seorang lelaki dengan tubuh lebih pendek menyapanya.

Tokonya sih suram. Berbeda dengan si pemilik tokonya ini. Terlihat jelas jika lelaki di depannya ini pasti pemilik tokonya.

"Emm.. ini di jual kan?" Tanya Jaehyuk.

"Oh! Jelas dong! Kakak mau beli yang ini? Boleh banget loh! Saya kasih diskon mau gak?!"

Ini yang jualan kayaknya gak tau cara jualan yang baik di dalam pusat perbelanjaan megah seperti ini. "S-saya beli ini aja kalau gitu." Balas Jaehyuk gugup.

Habisnya yang jualnya hyperaktif sekali. Dia kan jadi bingung menjawab seperti apa. Dan juga tak mungkin ia main pergi saja tanpa membeli di sini.

"Oke kak! Kalau begitu bawa saja ke manekinnya juga gapapa loh! Mengambil manekinnya, sama dengan kakak mendapat diskon gede-gedean loh!" Jelas lelaki si penjual.

Jaehyuk diam tak menjawab. Kalau dia beli manekinnya juga mau di taro dimana? Dia kesini bawa motor. "Kayaknya gak usah, bungkus pakaiannya aja mas."

"Loh kenapa? Ini gratis kok manekinnya! Ayo dong mao!" Paksa si lelaki yang lebih pendek itu.

Terpaksa deh, dia manah bisa menolak jika sudah di paksa oleh seseorang dengan antusias seperti ini. Positif thingking saja jika si pemilik toko lagi kepenuhan manekinnya.

"Oke, saya beli deh."

Lelaki pendek itu langsung memekik kesenangan. Dengan segera dia menjabat tangan Jaehyuk, sambil berulang kali mengucapkan terima kasih.

Aneh sekali.

•••

Hiyaa.... maaf ya ini first story aku, semoga suka:)









Salam Gami!

Manequin | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang