Di Balik Kebetulan

481 30 4
                                    

Aku memang sudah pernah bertemu denganmu di pertandingan basket antar sekolah kita, SMU Hybe dan SMU Decelis. Kau adalah salah satu pemain yang juga menjadi lawanku. Sejak pertama kali melihatmu kau sempat menarik perhatianku, walau hanya sedikit. Wajahmu mungkin terlihat manis, tapi permainan basketmu juga sangat bagus. Permainan anggota yang lain di timmu juga lumayan bagus, tak heran kalau sekolah kalian sering disebut sebagai saingan berat sekolahku.

Kita memang pernah bertemu, tapi tidak saling bicara. Selama pertandingan itu meskipun aku sempat tertarik padamu, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memperhatikan sosokmu karena fokusku adalah pada pemain andalan timmu. Rasanya aku cukup menyesalinya karena belum tentu kita akan sering bertemu. Begitulah pikirku selalu ketika mengingat wajahmu. Aku berharap suatu saat kita dapat bertemu kembali.

Di musim gugur ini aku kembali dipertemukan olehmu. Saat itu aku berpikir ini hanyalah suatu kebetulan karena jujur saja di saat pertemuan pertama aku tidak merasakan perasaan apa pun padamu, hanya sekedar tertarik saja sebagai sesama pemain basket. Tapi aku bersyukur karena pertemuan di musim gugur itulah yang menjadi awal kedekatan kita.

Mungkin sebaiknya kuceritakan kisah pertemuan itu. Saat itu aku tengah duduk seorang diri di bangku taman sambil memainkan gitar kesayanganku. Keberadaanku di sini adalah untuk mencari ketenangan dan melepas lelah dari latihan keras yang diberikan pelatihku. Tapi, tampaknya usahaku sia-sia karena sejak tadi banyak yang memperhatikanku terutama para gadis yang mulai berbisik-bisik mengenaiku. Aku mencoba mengabaikan keberadaan mereka dan tetap fokus pada permainan gitarku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara halusmu yang membuatku menoleh kepadamu.

"Bukankah kau Lee Heeseung? Sedang apa kau di sini?" tanyanya.

Aku terkejut dengan kemunculanmu sedangkan dirimu terlihat menanti jawaban dariku. Aku menghentikan permainan gitarku dan menatapmu. Seharusnya aku tidak kaget bertemu dengannya di taman ini karena taman ini terletak tidak jauh dari sekolahnya.

"Ah, kau anggota tim basket dari SMU Decelis, 'kan?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya tadi. "Siapa namamu?"

"Ah, iya. Namaku Park Sunghoon," jawabmu disertai senyum yang manis.

"Hm, kau kelas berapa?" Tanyaku.

"Aku kelas 2. Jadi, sedang apa kau di sini? Apa SMU Hybe ada keperluan dengan SMU Decelis?" Tanyanya.

"Kau bisa lihat 'kan aku sedang bermain gitar? Ini tidak ada hubungannya dengan keperluan antar sekolah. Ini murni urusan pribadiku," jawabku sambil menunjuk gitarku.

"Oh, begitu. Tapi sepertinya kau jadi pusat perhatian semua orang," ujarmu menatap ke sekeliling.

Aku melakukan hal yang sama dengannya dan sepertinya banyak yang mempertanyakan hubungan di antara kami berdua. Terutama para gadis yang terlihat iri padanya yang dapat berbicara santai denganku. Aku segera bangkit dari bangku taman sambil menenteng gitar kesayanganku dan berdiri di hadapannya. Kutatap matanya dan ia balas menatapku dengan wajah kebingungan.

"Tidak ada lagi yang perlu kau bicarakan, 'kan?" tanyaku. Ia hanya diam dan kuanggap itu sebagai jawaban. Mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, namun diurungkannya. "Kurasa memang tidak ada."

Kami memang pernah bertemu, tapi kami tidak pernah berinteraksi secara langsung. Kurasa wajar jika ini kuanggap sebagai pertemuan yang kebetulan dan wajar jika tidak ada hal yang ingin kami bicarakan. Aku segera berlalu dari hadapannya dan menghilang di balik guguran daun musim gugur.

"Bye, Park Sunghoon," kataku sambil mengangkat sebelah tanganku gestur melambai singkat.

Aku tidak tahu apa yang akan dipikirkannya dari pertemuan ini. Ini hanyalah kebetulan dan mungkin tidak akan sering terjadi. Setelah sampai di rumah aku langsung merebahkan diriku di tempat tidur. Kutatap langit-langit kamarku dan sesaat wajahnya terlintas dipikiranku. Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha untuk memejamkan mata. Aku pun berhasil tertidur.

Cerita Singkat-Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang