Chapter 36 - Pengadilan (1)

9.9K 410 0
                                    

"Aku langsung masuk begitu mendengar suara gerakan dari dalam," jelas laki-laki itu ketika sudah mengambil posisi duduk di kursi samping ranjang tempat gadis itu berbaring. Sam berharap suara yang ia dengar menandakan Hanah sudah siuman. Rupanya harapannya betul-betul terkabul saat ini. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"

Hanah menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kacau. Aku hampir menyerah. Kukira Pram akan membawaku pergi ke tempat yang sangat jauh..." jawab Hanah. Saat ini air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Benar saja, tak lama kemudian cairan bening itu menetes ke samping, membasahi kedua pipinya yang mulus.

Sam mengambil botol air mineral yang masih tersegel di atas meja. Sesudah memutar tutupnya hingga terbuka, dia memberikannya pada Hanah. "Minum dulu," ucapnya pelan.

Gadis itu menerima botol air mineral itu lalu meneguk isinya perlahan. Kerongkongan yang terasa tidak nyaman karena kering kini mulai terasa basah. Beberapa saat Hanah hanya memperhatikan selang infusnya, dan sesekali menatap ke arah Sam. Suaminya itu tampak diam dan enggan menanyakan sesuatu padanya. Ia yakin Sam pasti punya banyak pertanyaan saat ini.

"Aku sudah nggak apa-apa," ucap Hanah pelan. Akhirnya dialah yang memecah keheningan di antara mereka. "Maaf sudah membuatmu khawatir..."

Sam langsung menggelengkan kepalanya. "Aku yang harusnya minta maaf padamu." Kerutan di dahi laki-laki itu semakin dalam. "Aku sudah janji pada diriku sendiri bahwa aku akan melindungimu, tapi aku selalu gagal..."

Tertegun, Hanah menatap Sam dengan perasaan campur aduk. Dia mengulurkan tangannya lalu menangkup pipi laki-laki itu. Kedua matanya masih meneteskan air mata, sama dengannya, Sam pun juga menangis.

Sentuhan ringan itu membuat Sam membalas tatapan Hanah. Kedua iris berwarna hitam itu saling bertemu. Tidak ada kata-kata yang terucap, tetapi tatapan itu seolah sudah cukup mewakili perasaan mereka masing-masing. Dua insan itu diam dalam posisi itu selama beberapa saat sebelum akhirnya pengacara Sam masuk melalui sela tirai penutup.

"Maaf mengganggu. Saya ingin berbicara dengan Anda, pak Sam," ucap si pengacara dengan nada tegas.

Usai mengusap air mata dari pipinya, Sam mengangguk lalu berpamitan dengan Hanah. Kemudian dia mengikuti langkah si pengacara keluar dari ruangan itu. Sementara itu, Hanah tersenyum lembut menatap kepergian Sam. Gadis itu menghembuskan napas panjang sebelum memejamkan matanya lagi. Rasa kantuk itu kembali mendatanginya sehingga tak butuh waktu lama, Hanah sudah kembali ke alam mimpi.

***

"Haa..." Desah napas panjang itu terdengar dari sebuah ruangan berdekorasi modern classic. Dinding dengan warna broken white itu dihiasi beberapa pigura lukisan yang tergantung rapi. Di tengah ruangan, terdapat area duduk beralaskan karpet berisi sofa dan dua lounge chair. Sofa dan lounge chair itu dipisahkan meja rendah terbuat dari kayu mahogany berwarna gelap. Dari tengah-tengah plafon ruangan, tergantung sebuah chandelier kristal yang kelihatan elegan. Pada belakang area sofa, ada meja berukuran cukup besar. Tampak tumpukan berkas-berkas dan kertas berisi berbagai macam informasi memenuhi permukaan sebuah meja yang terbuat dari kayu tebal berwarna hitam itu. Sedangkan, di kursi berbahan kulit dengan warna senada meja di hadapannya itu, sebuah siluet terlihat sedang berpikir sambil membaca sebuah berkas dokumen di tangannya. Keningnya yang sudah dipenuhi garis-garis usia, terlihat semakin jelas ketika dia mengerutkan kedua alisnya.

Seorang pria yang berdiri di samping terlihat sedang saling meremas kedua tanganya. Tiba-tiba terdengar suara hentakan pena membentur permukaan meja. Suara itu terdengar begitu nyaring hingga membuat pria yang sedang berdiri itu tersentak. Kedua mata pria itu terbelalak, memandang penuh perhatian ke arah sosok pria tua yang sedang duduk di kursi. Tanpa sadar dia menahan napasnya, menantikan kata-kata yang akan keluar dari bibir yang perlahan terbuka itu.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang