MULAI MENCARI #12

388 66 1
                                    


.

.


Di ruang kerjanya, Ann dari pagi tidak melepas laptop dan ponsel dari tangannya. Ia tengah memeriksa, melihat dan membandingkan beberapa teman wanita yang ia kenal dan belum di media sosialnya. Astrid dan Keyla yang berada satu ruangan dengannya hanya menyaksikan bagaimana raut wajah Ann ketika focus pada benda elektronik di depannya. Mereka hanya saling melirik dengan bingung.

Ann menghela napas, menyandarkan punggungnya dengan tatapan yang tidak lepas dari layar monitor. "Apa gue harus nyari di pencarian jodoh ya?"

Keyla menggeleng. "Ann..."

"Ayolah Key, bantu gue. Apa gue harus membuat pengumuman di media sosial gue? Biar mereka bisa kirim cv dan identitas mereka sebelum kita ketemu sama orangnya?"

"Ann, kita ini bukan mau buka lowongan buat nyari karyawan." Astrid berdecak kesal.

"Kita nggak ada waktu Astrid."

Astrid dan Keyla benar-benar tidak mengerti dengan yang dilakukan Ann sekarang. Dia pikir mencari calon istri yang sesuai kriterianya mudah. Lagipula, Ann seperti sudah merasa ia akan meninggal besok saja. Apa ia tidak terlalu terburu-buru mencari perempuan yang Ali sendiri mungkin akan menolaknya mentah-mentah.

"Lo harus percaya kalau lo bisa sembuh Ann." Ujar Astrid.

Ann menyatukan kedua tangan menyentuh keningnya, lalu memejamkan mata. Tidak, ia tidak ingin ada pengganti dirinya untuk Ali sebenarnya. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan suaminya itu hidup sendiri setelah kepergiannya. Ann harus kenal lebih dulu, siapa yang akan menjadi istri Ali nanti.

Semua yang ia lakukan sekarang adalah demi mencari yang terbaik, demi Ali. Ia sungguh tidak rela bila pendamping Ali nanti tidak memiliki sikap yang baik sebagai seorang wanita muslim. Mengaca kepada pengalamannya sendiri, ketika dirinya masih menjadi perempuan yang bertolak belakang dengan Ali. Ia tidak ingin pengalaman itu terulang lagi, Ann benar-benar ingin mencarikan perempuan yang sudah baik dari lahir dan dari keluarga yang terjaga iman dan taqwanya.

Keyla menghampiri Ann dan meletakkan obat-obatan di meja, sedikit memaksa sahabatnya itu untuk menerima segelas air darinya. "Lebih baik, lo minum obat dulu."

Ann terpaksa menghentikan kegiatannya, ia mengambil obatnya dan meminumnya dengan cepat.

"Ya ampun, pelan-pelan Ann." Keyla hanya membuang napas.

"Makasih ya." Ann kembali menatap layar laptopnya dan melanjutkan membuka beberapa media sosialnya.

Keyla dan Astrid tidak bisa melakukan apa-apa, mereka hanya diam menemani Ann yang seharusnya mengerjakan sesuatu untuk yayasan dan sekolah. Misalnya memeriksa data keuangan yayasan dan hal lainnya.

Ada yang mengetuk pintu dan oma muncul bersama Sita. Mereka bergabung dengan Keyla dan Astrid duduk di sofa setengah lingkaran itu. Di tangan Sita ada beberapa berkas untuk diperiksa Ann. Tapi melihat wanita itu seperti sedang tidak bisa diganggu, Sita menjadi tidak enak untuk menyodorkan benda di tangannya itu.

"Apa yang sedang dilakukan Ann?" Oma bertanya dengan heran. Ann seperti tidak peduli dengan sekitarnya, bahkan salam darinya pun tidak dibalasnya.

Astrid menarik napas. "Aku tidak tahu lagi bagaimana harus bicara dengannya oma, dia tidak mendengar siapapun."

"Dia seperti bukan Ann." Tambah Keyla, membuat oma hanya menatap prihatin melihat cucu tersayangnya itu.

Oma sudah tahu tentang permintaan Ann, yang ingin mencari sosok calon istri untuk Ali. Ann benar-benar sudah kehilangan akal hanya untuk mencari pengganti dirinya. Oma paham sekali bagaimana perasaan Ann saat ini. Tapi tidak seharusnya dia bertindak diluar kuasa Allah. Kita tidak tahu kapan Jodoh dan mati akan menghampiri. Ann seperti memaksakan mencari jodoh untuk Ali dengan pilihannya sendiri. "Untuk saat ini biarkan dia seperti itu, oma yakin Ann akan menyadari tindakannya itu nanti."

ANA UHIBBUKA FILLAH BAGIAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang