Keesokan paginya, Shasa yang jarang sekali bangun pagi, ternyata sudah rapi dengan memakai kemeja yang kebesaran milik Fero serta celana pendek diatas lutut. Shasa turun dari lantai 2 kamar orang tua Fero dengan wajah ceria dan senyum yang tidak pudar dari wajah cantinya.
Sesampainya di meja makan, raut wajah ceria Shasa berganti dengan raut wajah bingung. Dimana dirinya melihat seorang laki-laki duduk di meja makan dengan papi Elang. Melihat Shasa dengan wajah bingung yang berdiri di depan meja makan, membuat Elang terkekeh pelan.
"Shasa ngapain diam disitu kayak patung?" Ucap Elang dengan sedikit kekehan.
"Shasa bingung papi, kakak ini siapa?" Jawab Shasa dengan memiringkan kepalanya, mencoba melihat wajah laki-laki tersebut dengan seksama.
"Nanti papi kenalin, sekarang Shasa duduk dulu sini deket papi". Mendengar apa yang diucapkan oleh papinya, Shasa melangkahkan kakinya dan duduk disebelah kanan Elang, dan di sebelah kiri meja ditempati oleh laki-laki tersebut.
"Papi, kok kakak itu duduk di tampatnya kakak Fero?" Shasa semakin bingung dengan apa yang terjadi, pasalnya Fero tidak suka jika ada yang duduk ditempat duduk nya. Bahkan mami nya sekalipun tidak berani duduk ditempat Fero.
"Nggak papa, nanti papa yang ngomong sama Fero ya." Elang berusaha meyakinkan Shasa agar tidak perlu cemas dengan masalah tempat duduk tersebut.
"Tapi kak Fero nggak suka kalo ada yang duduk ditempatnya". Shasa merasa akan terjadi hal besar jika papinya ini masih kekeh untuk memberikan izin laki-laki yang ada di depan nya ini tempat duduk Fero.
"Nanti papi bakal bilang kalo....". Ucapan Elang terputus ketika kedatangan Fero di meja makan. Melihat tempat duduk nya ada yang menempati, membuat Fero mengepalkan tangan nya, laki-laki tersebut berhasil membangkitkan kemarahan Fero dipagi hari.
"Ngapain lo ada disini?". Ucap Fero dengan nada dingin serta tatapan tajam yang diberikan pada laki-laki yang duduk ditempat duduknya, dan sialnya malah berhadapan dengan gadis mungilnya.
"Gue kesini karena Dad manggil untuk sarapan bareng, dan juga gue beli rumah didepan rumah ini." Laki-laki tersebut menjawab pertanyaan Fero dengan wajah dingin dan dengan rahang tegasnya.
Melihat akan terjadi sesuatu hal yang buruk, Shasa dengan cepat berdiri dari duduknya, dan menarik Fero agar duduk disamping nya.
"Kakak kenapa lama banget turun nya?". Shasa berusaha mencairkan suasana agar tidak terjadi keributan yang mengakibatkan pertengkaran besar.
"Tadi aku mampir kekamar mami buat bangunin kamu, eh ternyata kamu udah bagun." Fero menatap wajah Shasa dengan intens, wajah itu tidak berubah dari dulu selalu cantik dan mampu membuat nya menggila karena nya.
"Heheh...., nggak tahu kenapa tadi Shasa bangun pagi, mungkin karena sudah lapar." Shasa tersenyum lebar dengan memperlihatkan gigi putih dan rapinya.
"Ya udah, kita tunggu mami dulu ya baru makan, atau kamu mau makan dulu?".
"Nunggu mami aja dulu, soalnya aku mau minta suapin sama mami, hehehe....". Mereka terus mengobrol tanpa menghiraukan keberadaan kedua laki-laki tersebut. Melihat hal itu Elang hanya bisa menghembuskan nafas berat. Semua ini adalah kesalahnya dimasa lalu yang berakibat fatal sampai saat ini.
Berbeda dengan Elang yang merasa bersalah, laki-laki yang duduk di samping Elang memandang Shasa dengan tatapan memuja, dirinya mengutuk Fero yang bisa dengan mudahnya mendapatkan semua kebahagian didalam hidupnya. Kemudian dirinya menoleh kesamping
"Dad, aku mau sesuatu". Mendengar suara laki-laki yang ada didepan nya, membuat perhatian Fero yang awalnya fokus dengan gadinya, harus mengalihkan perhatian nya.
"Apa yang kamu inginkan." Balas Elang dengan dingin.
"Aku menginginkan gadis itu untuk menjadi tunangan ku Dad, bisakah kau mengabulkan nya?". Mendengar apa yang permintaan itu membuat emosi yang ada didalam diri Fero kembali naik. Laki-laki yang ada di depan nya terlalu berani bertindak didaerah kekuasaan nya.
"Tidak bisa, gadis itu milik Fero, aku tidak bisa memberikannya pada mu. Dan yang harus kau tahu dia bukan barang yang bisa di berikan bergitu saja". Elang tidak akan mengambil langkah yang salah kali ini, cukup dimasa lalu saja dirinya mengambil langkah yang salah hingga membuat anak semata wayang nya memandangnya dengan sorot mata terluka dan kecewa.
"Aku tidak pernah meminta sesuatu padamu Dad, dan sekarang untuk pertama kalinya aku meminta agar kau mau membuatku bertunagan dengan nya". Tangan nya terkepal dengan erat, dirinya tidak dapat menerima penolakan yang diberika oleh pria paruh baya yang di panggilnya Daddy.
"Hahahaha......, rupanya kau tuli ya, papi sudah mengatakan bahwa kau tidak bisa memiliki gadis ini karena dia adalah milik ku". Mendengar segala penuturan laki-laki tersebut semakin menyulut emosi Fero. Jika tidak ada Shasa saat ini mungkin wajah yang didepannya ini sudah dia hancurkan denga pisau lipat yang ada di saku celananya.
"AKU TIDAK TULI, DAN AKU TETAP MENGINGINKAN GADIS ITU MENJADI TUNAGAN KU". Laki-laki tersebut berteriak dengan keras serya berdiri dari duduknya. Matanya menyiratkan kemarahan yang besar, tangan nya terkepal dengan erat hingga terlihat otot-otot ditangannya menonjol.
Setelah mengucapkan hal itu laki-laki tersebut keluar dari rumah dengan membating pintu depan dengan keras.
Melihat dan mendengar semua ini membuat Shasa bingung apa yang terjadi, kenapa semua nya menyebut namanya. Padahal dirinya mulai tadi ada di sini dan tidak kemana-mana.
"Papi kenapa kakak itu marah-marah sambil berteriak." Mendengar pertanyaan gadis kecil itu membuat Elang sedikit terhibur, ternyata gadis itu tidak mengerti bahwa kedua iblis yang sialnya berwajah tampan itu sedang memperebutkan nya.
"Bukan apa-apa Sha, sekarang kamu panggil mami dulu sana, kita mau sarapan bersama".
"Oke papi, tapi ayam goreng Shasa jangan dimakan ya..., itu punya Shasa soalnya." Mendengar hal tersebut Elang hanya bisa menganggukkan kepala nya dengan tersenyum.
Setelah itu Shasa pergi ke kamar mami dan papi Fero dengan bernyayi, dan sedikit meloncat-loncat.
Sedangkan di meja makan kedua laki-laki tersebut saling berpandangan. Yang satunya melihat dengan sorot mata tajamnya, sedangkan satunya dengan sorot mata penyesalan.
"Ini semua gara-gara papi membawa laki-laki itu kedalam kehidupan kita."
"Papi minta maaf akan hal itu, baik dimasa lalu atau sekarang. Maaf sudah pernah membuat kamu dan mami kamu kecewa sama sikap papi.
Nada bicara yang terdengar lirih membuat Fero sedikit merasa sedih."Tidak apa pi, itu bukan salah papi. Tapi itu salah kakak papi. Dan juga aku ingin papi memperingatkan laki-laki itu untuk menjauh dari Shasa atau aku akan membuatnya bertemu dengan tuhan lebih cepat dari yang dia pikirkan". Mendengar hal itu Elang hanya menganggukkan kepala dengan menghela nafas berat , dirinya tahu sekali bahwa anaknya tidak akan main-main dengan apa yang katakan. Dan hal ini sangat tidak baik, akan ada pertumpahan darah jika keadaan ini terus di terjadi.
"Kamu ingin bertunangan dengan Shasa?". Mendengar perkataan ayahnya yang membahas pertunangan nya membuat dia tersenyum senang.
"Apakah tidak masalah aku bertunangan sekarang ?". Ucap Fero dengan raut wajah bahagia
" tentu saja jika kau mau papi akan mempersiapkan pertunangan mu 2 minggu lagi bagaimana?.
"Baiklah aku setuju." Mendengar dirinya akan bertunangan dengan Shasa membuat nya bahagia semakin cepat semakin baik. Dimana dirinya akan terus terikat kuat dengan Shasa.
"Kamu akan terus menjadi miliku Shasa, dan tidak ada yang boleh mengambil mu dari ku." Batin Fero.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tasya
Romance🐣 " kak, shasa boleh nggak pacara?" 🐶 " nggak boleh?" 🐣 " kenapa kok nggak boleh, emang kalo punya pacar shasa dosa ya?" 🐶 " iya sha, pacaran itu nggak boleh, tapi kalo kamu sama kakak pacaran ya gak papa." 🐣 " kan katanya dosa, kok sama kakak...