BAB 17: Ternyata Suamiku...

136 9 4
                                    

"Kebiasaanmu memang melamun ya?"

"Ha?"

Aku mengerjab memandang Nugraha yang menyodorkan selembaran kertas. Meraihnya pelan sembari tersenyum tipis. Lelaki berjas almamater itu langsung hilang dalam pandanganku. Ia kembali berkeliling memberikan lembaran lain. Sebenarnya, aku malas membuka kertas ini. Paling paling promosi buka outlet. Huh! Diriku masih tidak percaya atas perkataan Mas Fazwan kemarin.

Dia masih waras kan?

Tanah seluas itu akan diberikan padaku. Apa yang ada dipikiran Mas Fazwan?

Ditengah lobi kelas ini aku bisa merasakan semburat angin yang memihakku. Hawa sejuk disebabkan basahnya bumi. Bahkan sisa sisa rintik itu masih menyapaku. Namun tak ku hiraukan sama sekali. Dari sini, aku melihatnya berpegangan tangan lantas berpelukan dengan perempuan lain. Disana! Tepatnya 4 meter dari tempatku berdiri.

"Mas Fazwan?" batinku tergelak.

Tak jelas, akan tetapi aku yakin. Bahwa pemeran laki laki itu adalah suamiku. Ternyata benar apa yang dikatakan Liliana tempo lalu. Mas Fazwan tak bisa menjaga pandangannya. Aku ingin lari sekuat mungkin. Tapi tubuhku seolah tidak mau bergerak dan diam ditempat. Membiarkan mata ku melihat sendiri ia mengusap geraian rambut itu.

Sudah aku bilang dari dulu. Jangan berharap lebih. Aku saja yang ngeyel memaksanya untuk tinggal. Padahal mustahil. Karena nyatanya...

Aku yang jatuh dalam pesona Mas Fazwan.

Ting!

Oke sudah! Aku merogoh mengambil hpku. Membuka notifikasi chat, dan nama Nugraha terpampang jelas diatas.
Nugraha,

Buka brosur yang aku kasih sekarang! Jangan menangis lagi. Aku disini.

Perlahan aku mematuhi Nugraha. Selembaran kertas yang tadi sempat mau kubuang. Aku menghapus air yang jatuh dari kelopak mataku. Beraninya aku menangis hanya karena melihat suamiku. Bahkan sampai saat ini. Mereka belum beranjak dan tengah tertawa haru bersama. Apakah benar, jika Mas Fazwan benar benar mempunyai 2 istri?

Disudut kanan Haura, Nugraha diam menggenggam kuat casing hpnya. Melayangkan pandang tepat pada sosok perempuan pertama yang dikenalnya disini. Matanya berair namun tidak sampai jatuh. Berbeda dengan perempuan itu, Nugraha berkali kali melihat tetesannya menyatu dengan hujan.

Cinta macam apa yang selalu membutuh air mata seperti ini? Beritahu aku, tak sepantasnya hatiku dipaut oleh orang salah. Sekali ini aku mohon. Biarkan hatiku sendiri memilih dimana tempat seharusnya kulabuh. Hingga tak ada lagi syarat air mata untuk mencintai. Hanya tawa dan bahagia.

Lowongan pekerjaan!

Dibutuhkan karyawan/karyawati toko "Asahan
Bakery"

Dalam sekejab, aku menoleh kesamping menyadari ada seseorang. Dan benar saja! Disana, Nugraha tengah tersenyum lebar menatapku. Tapi ada satu hal yang mengganjal dihatiku. Mengapa dia meneteskan satu air mata?

---

Daripada berlarut larut, lebih baik aku menuju kelas. Untuk apa melihat sesuatu yang menimbulkan penyakit. Semakin kesini aku semakin sadar. Bahwa apa yang ditunjukkan oleh Mas Fazwan selama ini, hanya sebatas saling menghargai.

Lorong demi lorong aku lewati dengan menyeringai tipis. Allah! Apa ini akibat dari mengharapkan manusia melebihi-Mu?
"Haura!"

Langkahku terhenti, suara familiar itu membuatku membalikkan badan. Mengusap kasar pipiku yang basah. "Hai! Liliana."

"Lama nggak bertemu kan?" Liliana menghampiriku lantas merangkul bahuku yang sedikit bergetar. Dengan jailnya, ia menoel hidungku. "Kok basah?"

"Ha? Eng-enggak kok. Emm, kamu kemana aja? Ga ada kabar."

Merindu Kalam Surga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang