Bagian 4 full

96 14 2
                                    

"Halo Uta, kamu menungguku kan?"

"Tunggu... aku bawa oleh-oleh dari amerika, semua barang untukmu sengaja aku pilih tahu. Tunggu ya, kamu sama Suguru kan? Tungguin jangan kabur"




5 menit kemudian...

Utahime memeluk tubuh teman lamanya begitu erat, dia senang melihatnya kembali pulang.

"Lo agak kurusan sekarang" ucap Suguru terlalu jujur.

"DIEM LU NYET, MAU LU APA... GUE KURUS DI OMONG, GUE GEMUK DI OMONG," caci Yuki tanpa ampun.

"Ampun nyai." Kata Suguru dengan nada bercanda.

"Lama tidak melihatmu, Uta. Loh? Kok kamu kurusan, terakhir kali aku liat tubuhmu ideal banget" tanya Yuki.

Utahime hanya bisa memasang senyum getir, tidak tahu lagi harus memberitahu apa pada Yuki.
.
.
.
Beberapa menit kemudian...

"DEMI APA!??" Kejut Yuki.

Mereka bertiga tengah berada di kafe dekat bandara Tokyo, melepas peluh perjalanan panjang dengan secangkir De au Coffee kesukaan Yuki semenjak di amerika--terlalu tergila-gila dengan kopi ala francis.

"Kamu ngga bohongkan Suguru? Bukannya Shoko sahabat baik Utahime. Kenapa kejam banget"

"Mau bagaimana lagi... nasi sudah menjadi bubur" ucap Suguru.

Yuki mengelus punggung Utahime sangat lembut, meskipun Utahime tidak memperlihatkan kesedihan di depan Yuki--karena dia teman baik.

Yuki langsung tahu kesedihan yang tengah di alami Utahime. Dia wanita mandiri, tegar, masih bisa berjalan lurus, masih tetap kuat meski mental di hajar habis-habisan, dan satu hal yang Yuki tahu dia memilih hati selembut sutra dia sangat baik--meski ada yang menyakitinya Utahime tidak pernah membalasnya dengan kejahatan.

"Kamu hebat, Uta. Masih bisa berdiri, kalau aku jadi kamu--lebih baik aku cerai,"

Senyuman di wajah cantiknya memudar cahaya pancaran matanya perlahan redup, dan sosok Utahime sekarang baru terungkap oleh Yuki.

"Uta.. aku tidak bermaksud"

Utahime hanya mengangguk pelan dan memasang senyuman yang di paksa, matanya berkaca-kaca ingin sekali menangis, tapi Utahime buru-buru pamit dari pertemuan-mengambil acak barang miliknya dan bingkisan Yuki untuknya.

"Uta..." Suguru menahan Yuki untuk tidak mengejar Utahime.

"Jangan di kejar, Uta lagi sensitif sekarang. Hatinya terluka tentu saja" ucap Suguru meneguk wine miliknya.

~♡♤♡♤~

Di rumah besar itu tidak ada kehangatan yang di terima Utahime- yang hanya bisa dia lakukan hanya menangis dan menangis, sakit memang jika tidak punya teman untuk menjadikannya tempat curhat, sakit mengetahui sahabat paling dia sayangi malah menikungnya, dia butuh orang tuanya--tapi Utahime bisa apa.

Orang tuanya sudah lama tiada, waktu itu di usianya baru menginjak 3 tahun. Tidak mengenal orang-orang yang menyelamatkannya, bahkan keluarga ibu dan ayahnya tidak mengakui keberadaan Utahime--mereka mementingkan harta di bandingkan aset berharga kedua orang tuanya, yaitu Utahime.

Masa lalunya sangat suram, di jauhkan oleh orang-orang di panti asuhan tidak punya teman mengobrol. Sampai dia berusia 18 tahun lulus dari SMA yang di pilih pemilik panti asuhan, dia memilih kuliah di Universitas waseda.

Dan disana Utahime bertemu Shoko, ketika ospek Utahime selalu bersama Shoko, demi hari ke hari Utahime mulai menganggap Shoko sahabatnya sedemikian dia juga menganggap sama. Membagi kamar, terkadang makan satu piring yang sama, minum satu cangkir yang sama.

Persis seperti adik-kakak bukan sahabat, Utahime selalu memberi waktu luang untuk Shoko mengajaknya main, belanja, dan belajar. Impian mereka sama--menjadi orang sukses di kemudian hari.

Shoko memilih pokus ke mapel kedokterannya, sementara Utahime pokus ke mapel DKV. Mereka berdua sama-sama siswi kampus pintar dan terpelajar termasuk di sayangi kajur, dan rektor di kampus mereka.

Tapi... ketika sosok pemuda bersurai putih dengan wajah rupawannya mampu menyihir gadis siapapun di sekitar mereka, termasuk dirinya. Suatu ketika penitia ospek meminta bantuan Utahime untuk mengambil beberapa alat-alat kebersihan untuk calon maha siswa/siswi, dan disana dia mulai jatuh hati pada Satoru karena pemuda itu menolongnya.

Dia hampir tertimpa anak tangga di atas lemari peralatan kebersihan, suara halus dan pantulan mata biru lautnya mampu membuat Utahime terdiam. Tapi sedetik kemudian otaknya kembali normal dan berterima kasih pada Satoru yang telah menyelamatkannya.

Dia sempat bercerita pada Shoko mengenai Satoru yang menyelamatkannya, sahabatnya malah khawatir sama Utahime yang hampir tertimpa.

.
.

5 bulan setelah berkenalan dengan Satoru, pemuda itu cukup pendiam dan lebih memilih-milih kawan. Yang dia pilih: Suguru, Shoko, Mei dan Yuki. Sementara Utahime? Dia tidak pernah menyapanya.

Aneh bagi Utahime tidak mengingat sebetapa dekatnya Shoko waktu itu dengan Satoru, dan anehnya sahabatnya tidak bercerita kalau dia pacaran dengan laki-laki yang dia sukai. Cukup kecewa mengingat perkataan Suguru, sekarang dia cukup tahu apa yang terjadi.

"Aku bodoh" bisiknya pada angin sore di perkarangan rumah mereka.

"Kenapa aku bodoh, tidak tahu kalau Shoko memang menyembunyikan hubungannya... dan bodohnya aku masih mempercayainya? Apa aku pernah berbuat kesalahan padanya, sampai Shoko mengkhianatiku" kata Utahime pelan.

Dia benar-benar lelah, tubuhnya seperti baru saja di remukan sampai tulang. Jiwanya frustrasi dan capek menghadapi ini semua, dia menyadari Satoru mulai berubah setelah pesta anniversary mereka yang ke satu tahun.

Awal pernikahan Satoru bersikap biasa masih ramah mau mengobrol dengannya bahkan sampai akrab, tapi ketika anniversary pernikahan mereka yang ke 1 tahun. Semua berubah entah mungkin memang nasib Utahime.

Dulu dia berharap mendapatkan seseorang yang mengerti dia, mencintainya, memeluknya kalau dia sedih, atau selalu ada di sampingnya siap untuk mengajak curhat.

Kali ini Utahime kesulitan tersenyum, air mata terus menerus membasahi pipinya, tubuhnya makin melemah mungkin efek menangis terlalu banyak dan sakit kepala mulai menghantuinya.

Dia tidak punya saudara untuk di ajak curhat, dia tidak punya siapa pun yang memahaminya.

"Mau tiga tahun... hidupku denganmu masih sama seperti tinta yang di tumpahkan pada kertas putih."

.
.
.

Satoru kembali ke Tokyo tapi dia malas kembali pulang ke rumahnya, karena dia tahu Utahime menunggunya. Dia begitu kurang suka melihat wanita lain mencoba cari perhatian padanya, dia selalu menyalahkan takdir konyol yang menimpa hidupnya.

Salah kedua orang tuanya yang tidak merestui wanita pujaannya, salah orang tuanya yang memilih menjodohkan dia dengan wanita lain, dia selalu menyalahkan kedua orang tuanya. Satoru pernah memperkenalkan Shoko hampir setiap weekend tapi apa? No response.

Dia selalu memperingatkan ibu dan ayah untuk tidak menikahinya dengan wanita lain, tapi apa? Sekarang status wanita yang dia cintai menjadi pelakor, tapi pelakor sebenarnya adalah Utahime. Karena dia yang merusak semuanya, karena dia wanitanya selalu bersedih.

.
.

Satoru memarkirkan mobilnya di perkarangan rumahnya, dia berjalan masuk tapi pandangan matanya tertuju pada seseorang yang tengah duduk di bawah kursi taman perkarangan rumahnya.
Satoru memilih mengecek siapa dia, baru jalan empat langkah dia mendengar suara isak tangis yang begitu menyakitkan. Dia terlihat melamun--bahkan tidak sedang menunggu kedatangannya, tampilannya begitu kacau riasan wajahnya yang luntur karena menangis dengan wajahnya yang terlihat lelah.

Ada sengatan aneh yang di rasakan Satoru melihat pemandangan di depannya, seakan hatinya ikut sakit. Tapi dia menggeleng kepala tidak mau memikirkannya memilih melenggang menjauhi Utahime.


-BERSAMBUNG

8-01-2022

Look at me (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang