嘘 - Trust

1.5K 139 7
                                    

"Ap-ahh istrimu tidak akan marah?"

"Suth, jangan pedulikan yang tidak penting."

Tangan yang sudah menyentuh gagang pintu dibuat gemetar, ruang kerja Obito memang kedap suara tapi tidak dengan kamar mereka. Kakashi menggigit bibirnya kala mendengar suara-suara laknat yang terdengar dari dalam ruangan.

Oh, Kami-sama. Ini bukan hal yang asing ataupun terjadi sekali dua kali, tapi kenapa hatinya masih tetap sakit, terlebih mereka berani-beraninya melakukan hal bejat tersebut di kamarnya. Ya, di kamar Obito dan Kakashi, tepat diatas ranjang mereka.

Tak ayal ia sering mendapati sisa-sisa hasil hubungan intim seperti cairan dan noda lengket yang masih tercetak jelas. Jangan lupakan bekas pengaman yang tidak dibuang. Parahnya lagi Kakashi juga yang harus mencuci sprei hasil kelakuan tak pantas dari seorang pria yang sudah berkeluarga dan jalangnya.

Bagus saat mereka melakukannya di ruang tertutup ketika ada Hotaru atau Lin, Namun jika dua anaknya itu sedang tidak ada. Sungguh Kakashi dengan mata kepalanya sendiri bisa melihat bagaimana panasnya mereka bergumul di ruang tamu.

Pagutan mesra, decak saliva, dan lenguhan panjang. Kakashi takkan pura-pura buta atau tuli untuk sekedar menghibur diri.

Biasanya Kakashi akan bersikap bodo amat dan bertingkah seolah tak ada yang terjadi. Namun saat ini, dimana fisik dan mentalnya sedang letih, ia memilih untuk membuka pintu, melihat dua insan yang sudah terkapar tak berdaya. Sprei yang tak terpasang dengan benar juga bantal yang terlempar membuat Kakashi menatap dingin pada keduanya.

Oh, jangan lupakan bau sperma dan hawa panas keringat yang memenuhi ruangan.

Siapa yang membuat kekacauan? Obito.

Siapa yang membereskan? Kakashi.

Tapi siapa yang marah? Obito.

"Em.. ano Kakashi-sama,"

Meski pakaiannya belum terpasang benar, dilihatnya wanita tersebut masih punya nyali untuk berdiri di hadapanya, wajahnya bahkan berani ia angkat untuk menatapnya. Entah apa gunanya membungkuk berkali-kali.

"Kamu tidak perlu memikirkan kesopanan saat bertatapan denganku, kamu bahkan melewati batas dari sebuah etika ketika di belakangku, Nona."

Tak ada balasan atas pernyataannya, wanita tersebut segera melarikan diri guna menghindari atmosfer berat yang mengambil alih. Pria raven yang masih telanjang dada berjalan menghampiri, "Apa?"

"Apa, kau bilang?"

Obito memperhatikan Kakashi yang terdiam menatapnya.

"Kau gila Obito,"

Obito tersenyum, "Memang,"

"Aku.. tidak tahu lagi, yang kau lakukan selama ini hanyalah menghancurkan hidupku."

"Lalu bagaimana denganmu yang sudah menghancurkan duniaku Kakashi, Sampah sepertimu mengharap perlakuan seperti apa?"

Obito mencengkeram dagu Kakashi hingga pria Hatake kesusahan berbicara, dilepasnya masker yang menghalangi. Pria Uchiha menciumnya secara kasar dan tak sabaran, lidah lihainya bermain-main di dalam sana, Bibir yang awalnya semerah cherry menjadi semerah darah. Kakashi memukul-mukul dada bidang Obito tanda kehabisan nafas, Obito menjilat darah segar yang mengalir dari bibir yang digigitnya.

Perlahan didorongnya Kakashi ke tepi tangga. "Jawab, Kakashi! Kau ingin diperlakukan seperti apa? Percaya diri sekali merasa dirimu pantas mendapatkan kehidupan bak ratu di istana."

"Lepas,"

"Lepaskan peganganku lalu kau akan jatuh ke bawah sana?"

Kakashi menahan air matanya, rasa sakit dan sesak atas cekikan di lehernya kian mendera, Obito sendiri terlihat menikmati wajah kesakitan Kakashi yang memerah.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang