Sejak malam itu Sakusa jadi sering di rumah. Ia lebih memilih membawa pekerjaan ke kediamannya daripada menyelesaikan di kantor. Bahkan kalau meeting tidak terlalu penting, ia akan melakukan meeting dari rumah juga.
Semuanya tidak lain dan tidak bukan karena Tobio. Lelaki mungil itu membuatnya betah di rumah. Si raven akan bangun pagi menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam. Tobio sering mengunjungi Miwa, atas seijin Sakusa dulu tentunya. Sisanya ia akan menemani Sakusa di ruangannya.
"Yoomi.. Nanti malam mau makan apa?" Kageyama yang duduk di pangkuan Sakusa mendongak. Pria yang sedari tadi menatap layar laptopnya pun balas memandang inner Kageyama. "Nanti malam? Nanti malam aku ada urusan."
"Oh.. Urusan pekerjaan?" Mata Kageyama mengerjap polos.
Sakusa menggeleng. "Urusan keluarga. Kau juga harus siap-siap."
"Aku ikut?"
Sakusa mengangguk membuat jantung Kageyama berdebar-debar. Acara keluarga katanya. Akan bertemu orang tua Kiyoomi juga berarti? Kaki Kageyama terasa lemas entah mengapa.
Sakusa mengecup bibir Kageyama, raut wajah khawatir itu sangat mudah ia baca. "Tidak usah memikirkannya terlalu berat. Itu cuman acara biasa."
Setelah bibirnya dikecup, Tobio jadi tersenyum tipis. Tangannya melingkar di leher Sakusa, kepalanya masih mendongak. "Mm.." Kalau sudah Sakusa yang menenangkan dan mengatakan dia tak perlu khawatir, berarti memang artinya dia tidak perlu merasa khawatir.
Lelaki manis itu menangguhkan dagunya pada pundak lebar si pria. Tangannya mulai mengelus-elus rambut belakang Sakusa.
"Stop.." Sakusa sedikit menggeram.
"Hm?" Kageyama memundurkan kepala. "Ada apa Yoomi?"
Bagaimana Sakusa mengatakannya. Dia sudah benar-benar jatuh cinta pada Kageyama sampai-sampai hanya dibelai halus rambutnya saja, dirinya jadi keras.
Sakusa menggeleng. Ia menarik kepala Kageyama agar kembali bersanggah padanya. "Bukan apa-apa.. Mrggh- jangan banyak bergerak."
"Maaf Yoomi.. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dibawah.." Kageyama menunduk. Tangannya masih lanjut mengelus-elus rambut Sakusa. "Apa ada sesuatu di kantung celanamu? Yoomi?" Kageyama mendongak. Kepalanya miring ke samping melihat Sakusa yang mendongak dengan wajah merah sambil menggigit bibir. "Yoomi?"
"Berhenti menggodaku."
"Aku tidak menggoda."
Sakusa mendekatkan wajahnya seraya nangkup dagu Tobio. "Oh ya? Kalau begitu lakukan sesuatu untukku."
Ia pun mengangkat tubuh ringan si raven kemudian mendudukkannya di lantai. Kageyama masih tak mengerti kenapa Sakusa meletakkannya di bawah meja, sampai pria itu melepas ikat pinggang dan membuka celana.
"Bunny loves carrot, aren't they? Now take your carrot."
Tobio menelan ludah. Pipinya memerah memandang pada sesuatu yang tengah mengacung tegak di depan matanya. Dia belum pernah memasukkan milik Sakusa ke mulutnya.
"Yoomi kurasa tidak akan muat.."
"Tidak akan tahu kalau belum dicoba. Cepatlah, aku mau mulai rapat kau jangan bersuara."
Kageyama mengangguk. Ia memegang batang itu dengan tangan kanannya, belum apa-apa Kiyoomi sudah mendesis. Tobio menjulurkan lidah, menjilati ujung kepala, sesekali ia kecup.
"Stop teasing bunny.." Ia mendesah pelan sambil menatap ke kolong.
Tobio mencoba membuka mulutnya lebar dan mengulum ujung. Liur dimulut nya menetes saat dia mundur. Ia mencoba memasukkannya lagi, kali ini lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...