Haruto mengusak rambutnya kasar. Pikirannya berkecamuk dengan perasaan yang gundah.
Melihat kepergian Junkyu tadi membuat hatinya terenyuh dan memunculkan secercah rasa bersalah. Bagaimanapun ia masihlah mencintai perempuan itu.
Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya, melangkah segera ia menuju ke kamarnya untuk mengambil benda pipih yang sedari pagi tak tersentuh olehnya.
Jari jemarinya kini mulai mengetik sesuatu di atas layar HP, lalu tak lama ditempelkannya ponsel itu pada telinganya.
"Halo?" Jawab orang di seberang sana
"Gue mau ketemu. Bisa?"
"Pagi banget dah"
"Bisa?" Tanya Haruto lagi, kali ini dengan sedikit penekanan
"Iya bisa, kirim aja lokasinya. Eh tapi mau bahas apa sih? Penting banget kay-"
Haruto memutuskan sepihak panggilan tersebut. Hemat pulsa.
Ia kemudian menghela nafas kasar. Dalam keadaan seperti ini, ia memang perlu meminta pendapat dari sahabat dekatnya.
........
Pria ber-hoodie abu-abu itu menyesap americano yang baru saja ia pesan.
Tangan kirinya yang bebas ia gunakan untuk bermain ponsel, sekedar melihat perkembangan dunia melalui postingan orang-orang di media sosial.
"Udah lama?"
Suara sapaan yang tentu saja ia kenali, membuat pria berhoodie abu itu menoleh.
"Banget, sampai pantat gue berakar"
"Ck, lebay"
Pria bersuara deep itu, siapa lagi jika bukan Haruto segera mendaratkan pantatnya dan mengambil tempat duduk di depan sahabat lamanya, Park Jeongwoo
"Tumben ngajak ketemuan, ada masalah lo?"
Haruto mengangguk mengiyakan.
"Soal Junkyu lagi?"
Lagi-lagi Haruto mengangguk "Junkyu hamil"
"HAH?" Jeongwoo hampir saja menyemburkan minumannya jika saja belum sempat ia telan.
"Junkyu hamil dan gue ga tau harus gimana"
"Si goblok, ya lo tanggung jawab lah" omel Jeongwoo
"Tapi gue ga siap"
"Ya terus? Masa lo lepas tanggung jawab gitu aja sih?"
Jeongwoo kembali meminum americanonya yang tinggal separuh. Sedangkan Haruto memilih bungkam
"Lo udah berbuat, maka lo harus bertanggung jawab juga To. Lo bukan pengecut yang berbuat terus pergi gitu aja kan?"
Haruto menggeleng "Yakali"
"Lagi pula kalian saling mencintai. Kasian juga sama anak lo yang nantinya lahir tanpa sosok ayah."
Jeongwoo menepuk pelan bahu sahabat dari masa kecilnya itu. Ia tersenyum menguatkan sebelum ia berujar kembali "Kalau lo belum siap, engga apa-apa kok To. Masih ada gue yang siap gantiin lo"
Haruto mendelik kaget "Sialan, langkahin dulu mayat gue baru lo nikung gue" ucap Haruto tak terima
"Hahaha, siapa yang tau To. Bisa aja Junkyu kecewa sama lo dan memilih buat nikah sama cowok lain. Saran gue, segera buat keputusan. Nikahin Junkyu, atau melepaskan dia."
"Gue dilema Woo"
"To, inget gimana lo dulu menggebu-gebu cerita ke gue soal malam indah kalian. Gimana lo merayakan kelulusan dengan mantap-mantap. Terus lo juga cerita gimana Junkyu yang terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat keringetan. Ingat To, dia cewek pertama yang lo cinta. Dia juga cewek pertama yang memberi lo pengalaman tak terlupakan. Lo udah ngerusak dia, jangan sampai masa depannya juga rusak karena ke-egoisan lo" ceramah Jeongwoo panjang lebar yang membuat Haruto tertampar mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat Me Better, Please (GS)✅
Romantizm"Lo emang yang pertama, tapi bukan berarti lo satu-satunya Kim Junkyu" "Tolong perlakukan gue dengan baik, setidaknya untuk terakhir kali, Watanabe Haruto" . . . . WARNING : Gender Switch (GS) Dimohonkan untuk menjadi pembaca yang bijak 8 Janua...