Dela kembali memeriksa tasnya untuk yang kesekian kalinya. Sial,Ia lupa tidak memasukkan dompetnya ke dalam tas. Bagaimana ini?. Kasir supermarket ini sedari tadi memandangnya dengan tatapan jengkel."Gimana mbak?." Tanya petugas supermarket itu masih dengan tatapannya.
"Aduh mbak maaf. Saya bener-bener lupa gak bawa dompet."
" Mangkanya mbak lain kali dicek dulu sebelum belanja."
"Berapa totalnya mbak?" Tanya seorang pria bermasker disamping Dela pada mbak-mbak kasir itu.
"Totalnya 89 ribu,pak."
Pria itu mengangguk dan mengeluarkan 2 lembar uang seratus ribuan.
"Loh,pak. Ini kebanyakan." Ujar mbak-mbak kasir itu sok mendramatisir. Padahal dalam hatinya Ia senang akan mendapat uang lebihan.
"Buat bayar punya mbak ini ya. Terus kalau ada kembaliannya ambil aja gak papa." Ujar pria itu lalu pergi meninggalkan Dela dan mbak kasir itu yang melongo ditempat.
"Loh,mbak itu tadi siapa?"tanya Dela heran. Pasalnya Ia benar-benar tidak melihat orang itu tadi. Karena pria itu juga sedang memakai masker.
"Ya mana saya tau,mbak. Saya kan gak kenal. Saya cuma taunya dia ganteng." Jawab mbak-mbak kasir itu sambil senyum-senyum sendiri.
"Yeee mbak mah kalo ada yang ganteng aja langsung dilirikin."
"Namanya juga perempuan. Ya pasti gitu lah. Emangnya mbak sendiri gak gitu?" Tuduh mbak-mbak kasir itu curiga. Jangan-jangan wanita didepannya ini tidak bisa suka ke cowok.
"Gak,mbak. Soalnya lagi jaga hati buat seseorang."
"Wahh ternyata mbak nya setia juga ya."
"Enak aja. Ya harus setia lah mbak. Soalnya emang udah takdirnya harus bareng."
Mbak-mbak kasir itu hanya membalas dengan ber-oh ria saja. Lalu kembali menghitung belanjaan Dela karena tadi Ia lupa setelah melihat pria yang tadi.
~~~"Tanggal berapa sekarang?"
"Tanggal 7,pak." Jawab salah satu mahasiswa diruangan itu.
"Baiklah,saya minta tolong buat yang absen 7,tolong antarkan buku-buku ini ke ruangan saya. Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum." Pamit pria itu lalu segera pergi ke luar dari ruangan itu.
"Eh,Del. Sana pergi. Lo kan absen 7." Ujar Syiva yang langsung melihat perubahan wajah Dela begitu dosen itu meminta tolong.
"Iya Del,Buruan. Ntar kita tungguin kok pasti. Tenang aja." Sambung Elya penuh semangat.
Fyi:Dela,Syiva,sama Elya itu sejurusan guys. Cuma Nisa yang beda. Dia jurusan Sastra.
"Diem aja lo pada. Gue lagi pusing malah disuruh nganterin buku." Ujar Dela lalu segera bangkit untuk mengambil buku dimeja lalu melenggang pergi keluar dari ruangan itu.
Tok tok tok"Masuk." Suara yang terdengar tiap kali Dela mengetuk pintu ini kembali terdengar.
Dela membuka pintu pelan dan melangkah masuk. Ia melihat dosennya sedang fokus bermain handphone disana.
Enak aja dia main handphone sedangkan Dela harus mengangkat buku-buku yang berat ini. Pikirnya dalam hati.
"Kamu masih betah ngangkat buku berat itu?" Tanya pria itu yang sekarang sedang menatapnya.
Dela buru-buru menggeleng dan meletakkan buku-buku itu diatas meja.
"Terima kasih." Ujar pria itu lagi.
"Emm. Baik,pak. Kalau begitu saya permisi dulu pak. Assalamualaikum."
Dela lalu berbalik dan berjalan menuju pintu. Tapi gerakannya yang sedang membuka pintu terhenti begitu saja ketika suara pria itu kembali terdengar.
"Lain kali kalau mau belanja dilihat dulu dompetnya."
Dela melotot seketika begitu mendengarnya. Ia berbalik dan kembali berjalan ke arah pria itu.
"Jadi yang kemarin di supermarket itu bapak?" Tanya Dela memastikan.
Pak Afkar hanya menghembuskan nafas pelan. Ternyata gadis didepannya ini tidak melihatnya kemarin. Karena memang Ia kemarin memakai masker dan langsung pergi begitu saja dari supermarket.
"Bukan saya. Saya hanya melihat." Alibi pak Afkar.
" Masa sih,pak?"
"Kamu emangnya lihat siapa orang yang kemarin itu?"
Dela hanya menggeleng. Menggemaskan sekali,pikir Afkar dalam hati.
"Ya sudah. Jadi kamu jangan menyimpulkan sendiri tanpa tau kebenarannya."" Emm, ya sudah pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum."
Dela kembali melangkah ke arah pintu dan keluar dari ruangan pak Afkar.
Afkar kembali menghembuskan nafasnya untuk kesekian kalinya. Entahlah,baru kali ini Ia berbicara banyak dengan seorang wanita. Afkar menenggelamkan wajahnya disela-sela lipatan tangannya diatas meja.
" Kan udah gue prediksi,lo pasti ada apa-apanya sama tuh cewek,Af." Ujar Edwin yang entah kapan masuknya.
" Apaan sih lo. Udah kagak salam,main nuduh lagi. Sembarangan aja."
"Eh,Af. Lo tuh gak usah bohongin perasaan lo sendiri deh. Gue tau kalo lo itu nyimpen rasa buat tuh cewek."
"Kagak ada ah ngarang aja lo." Sarkas Afkar tak terima.
" Buktinya kenapa kayaknya dia tiap hari kesini? Pasti lo kan yang alesannya mau urusan ini urusan itu,padahal cuma biar bisa ketemu dan bicara sama tuh cewek,kan?"
Afkar hanya diam tak menjawab. Apa yang dikatakan Edwin tidak sepenuhnya salah. Ia memang sengaja menyuruh Dela untuk melakukan ini itu agar Ia bisa bicara dengannya.
" Kalo lo suka cepetan ngomong,Af. Kayaknya tuh cewek banyak yang lagi nyukain. Awas keduluan sama orang. Mampus lo." Ujar Edwin sebelum akhirnya Ia pergi meninggalkan Afkar sendirian disana.
Afkar suka sama Dela? Mungkin sih. Tapi apa Ia bisa mendapatkan hati Dela? Ia saja tidak yakin dengan hal itu. Ia takut bahwa nanti Dela akan menolaknya dengan berbagai alasan yang Dela miliki.
Tapi Ia tidak tahan dengan semua ini. Gadis itu. Gadis yang baru beberapa kali ditemuinya ini benar-benar sudah menghantui pikirannya.
*
*
**
WAAHH KAYAKNYA BENTAR LAGI KISAHNYA AFKAR SAMA DELA BAKAL NGEBUT NIH.
SOALNYA KEMUNGKINAN PHARMACY LOVE STORY GK UP SELAMA 3 BULAN KEDEPAN GUYSS😌😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharmacy Love Story
RomanceAzkiya Dela Ananta. Gadis cantik pecinta buku. Tidak suka membahas tentang cinta ataupun lelaki. Sedang mengejar mimpinya untuk menjadi apoteker di jurusan farmasi. Tidak menyangka bahwa Ia telah mengubah hidup seorang dosen tampan. Afkar Alfa...