Empat

3K 474 15
                                    

Lagi, Lagi, Hilang Lagi.

Sayangnya setelah kejadian tadi Jeongwoo balik jadi manusia dingin seperti biasanya. Ia tak membicarakan apapun yang terjadi di taman tadi. Bicaranya juga jadi irit lagi. Tapi Haruto juga tidak peduli sih. Dipeluk dan dicariin tadi sudah merupakan berkat dan keajaiban.

Malamnya Haruto dan Jeongwoo kembali ke kamar. Mereka berencana mengintip lagi malam ini. Jeongwoo penasaran apa lampu mercusuarnya masih digunakan malam ini, terlebih lagi lampu itu pasti digunakan untuk mengirim pesan. Jeongwoo hanya penasaran saja. Apa ini ada kaitannya dengan anak-anak yang hilang atau bagaimana.

Haruto pun setuju-setuju saja. Dia bahkan mengusulkan cara paling tepat untuk mengintip. Yaitu dengan tidak membuka seluruh tirai seperti semalam. Itu terlalu riskan. Apalagi mereka mungkin hampir ketahuan ketika semalam lampu mercusuarnya mendadak mengarah ke kamar mereka.

Jadi kali ini mereka menunggu waktu. Kemarin malam itu kira-kira jam sebelasan. Sengaja dinyalakan di jam tidur para siswa.

Bengong, bengong, bengong tiba-tiba ada sesuatu yang kedap-kedip. Jaraknya lebih dekat dari yang sebelumnya. Haruto menyibakkan tirai kamarnya.

"Mercusuarnya ga nyala."

"Seseorang lagi kirim sinyal dari sini," balas Jeongwoo.

"Sebentar kasih gue ruang biar gue liat sandinya nanti lu yang catet. Catetenya nurun ke bawah ya," perintah Haruto.

Jeongwoo mengangguk setuju. Ia langsung mengambil pensil dan kertas, bersiap mencatat.

"Mulai."

"Titik. Titik. Titik."

"Titik. Titik. Garis."

"Garis. Titik. Titik "

"Titik. Garis."

"Titik. Titik. Titik. Titik."

Jeongwoo terus mencatat seperti yang didiktekan Haruto. Meskipun ia tak begitu hafal sandi morse, ia yakin pesan ini sangat penting. Ia yakin ada hubungannya dengan siswa-siswa yang hilang berturut-turut dua hari ini.

Oh kabarnya yang hilang hari ini dari kelas sebelah asrama lantai atas. Haruto dan Jeongwoo gak kenal orangnya. Lihat juga jarang. Maklum kan saking banyak orang di asrama ini.

"Selesai," kata Haruto.

"Lo bisa bacanya?"

"Ga bisa." Haruto menggelengkan kepalanya.

"Mungkin di perpus ada bukunya, nanti kita cari."

"Oke. Sekarang tunggu dulu siapa tau yang di mercusuar bales."

Tapi setelah menunggu kira-kira lima belas menit, balasan tak kunjung datang. Hingga mereka berdua mengantuk dan malah banyak mengobrol.

"Jeongwoo."

"Hmm?" Jeongwoo yang daritadi menaruh kepalanya di atas tangannya yang dilipat di atas meja itu menengok ke samping kiri. Ke arah Haruto yang duduk di meja belajarnya sendiri.

"Makasih udah mau lebih banyak ngomong sama gue."

"Sama-sama."

Sebenarnya Haruto mau bilang terima kasih karena sudah mengkhawatirkannya tadi. Ia mau bilang terima kasih untuk pelukan tiba-tiba yang bikin perut Haruto serasa dikocok-kocok. Tapi entah kenapa ia tidak berani mengungkapkannya.

Jadi dia memutuskan untuk berterimakasih sudah lebih banyak mengobrol saja. Yah,walaupun masih terbatas sekali. Jeongwoo masih cuek tapi tatapan sinisnya berkurang. Dia masih jadi cowok sok dingin tapi setidaknya ia bisa mengobrol lebih dengan Haruto walau topiknya hanya seputar hal-hal yang terjadi di sekitar sekolah ini. Selain itu dia agak diam.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang