"Maaf, saya menolak pernikahan ini."
Sebaik apapun seseorang di dunia ini, pasti memiliki setidaknya rasa benci yang ditujukan pada satu atau dua hal. Begitu pula dengan Arienna.
Arienna Oretha merupakan keturunan pertama Raja Democles yang dikenal sebagai putri dengan paras cantik dan berhati baik. Adabnya yang santun serta kepintaran yang dimilikinya juga menjadi salah satu alasan mengapa ia digadangkan menjadi calon ratu.
Namun dari kebaikan-kebaikan yang telah disebutkan tadi, sebenarnya Arienna menyimpan benci pada kedua orang tuanya. Ia benci bagaimana Raja dan Ratu itu selalu merendahkannya di depan orang karena ia adalah wanita, bukan pria yang diinginkan bisa menjadi Raja.
Arienna juga benci ketika Raja dan Ratu selalu membuat keputusan mengenai jalan hidupnya tanpa memikirkan persetujuan dirinya dahulu. Tiba-tiba belajar di luar negeri, tiba-tiba tinggal di asrama, tiba-tiba dijodohkan. Arienna benci semua itu. Rasanya seperti ia tidak memiliki hak untuk bersuara dan hanya membiarkan orang tuanya mengatur hidupnya.
Arienna paham bahwa seorang putri pasti memiliki banyak aturan yang mengikatnya. Dan ia menerima semua itu dengan lapang dada karena dirinya memang ingin menjadi seorang ratu. Tapi menikah dengan putra mahkota dari negeri seberang, bukanlah hal yang bisa ia terima begitu saja.
Terlebih, itu adalah Evander Javernick.
Arienna ingat bagaimana pria itu menyikapinya saat mereka kecil dulu. Memori itu masih tersimpan rapi di otaknya. Saat itu keluarganya berkunjung ke Elenio. Raja dan Ratu membiarkan keduanya bermain di halaman istana bersama para dayang.
Saat itu, Arienna kecil menawarkan cookies yang dibuatnya untuk dimakan bersama Evander dan para dayang. Namun tiba-tiba lelaki itu mengembalikan cookies yang sudah digitnya kembali ke dalam keranjang.
"Ugh, tidak enak!" katanya.
Arienna merasa tidak dihargai. Gadis kecil itu kesal, dan akhirnya memilih membaca buku dan mengabaikan celotehan Evander.
Ketika para dayang mengajak mereka untuk kembali ke dalam istana, tanpa sengaja Arienna kecil terpeleset tanah yang licin dan jatuh mengenai lumpur. Seluruh tubuhnya hingga wajahnya kotor. Namun bukannya membantu, Evander malah menertawakan dirinya keras-keras. Karena perilaku itu, beberapa dayang juga terlihat menahan tawanya sedangkan yang lain berusaha menolongnya berdiri.
Harga diri Arienna langsung jatuh. Ia menangis dan sakit hati. Sejak saat itu Arienna membenci Evander. Sebaik apapun namanya di mata rakyat, Evander tetap menjadi lelaki nakal bagi Arienna.
Maka tatkala Arienna menyuarakan penolakannya begitu saja di hadapan mereka, Democles sontak menukikkan alisnya marah. Begitu pula dengan istrinya dan semua yang ada dalam perjamuan itu. Beberapa nampak tak terima, sedangkan Evan malah terlihat lebih lega kendati ia merasa heran.
"Apa maksudmu??" bisik Democles penuh penekanan terhadap sang Putri.
Arienna menatap tenang. "Saya mau menjadi ratu. Tapi tidak dengan menikah bersama pria itu."
"Apa yang baru saja kau katakan? 'Pria itu'?" Ratu Elisium menimpali dengan kening berkerut. "Jaga bicaramu, Arienna. Pangeran Evander adalah─"
"Tidak perlu diceritakan lagi, Bu. Saya sudah sering mendengar kebaikannya. Namun saya tidak peduli. Saya tidak akan menikah dengannya. Saya yakin Pangeran juga memiliki pikiran yang sama," sela Arienna lalu tiba-tiba beranjak berdiri. "Saya sudah selesai. Maaf karena sudah lancang. Saya pamit undur diri."
Setelah berkata begitu, Arienna lalu meninggalkan ruang tersebut bersama dengan orang tuanya yang terdiam tak menyangka.
꒰ C h a m è n o s ꒱
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐁𝐄𝐑𝐈𝐀: Chamènos
FanfictionKisah tentang sang putra mahkota─Evander, yang jatuh cinta dengan Edlynne─wanita pelukis dari negeri seberang. Apa yang dapat terjadi ketika Anda meletakkan cinta pada orang yang benar, di tempat yang salah? Saya menyebutnya... Chamènos. "𝘗𝘢𝘥𝘢 �...