SESUATU YANG TERUNGKAP #14

423 82 6
                                    


.

.


Ann semakin menggila, ia terus mencari sosok perempuan untuk menggantikan dirinya. Tidak lagi mendengar perkataan yang mengingatkannya untuk berhenti. Astrid dan Keyla, terutama oma sudah lelah. Mereka sudah tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata untuk menyadarkan Ann bahwa apa yang dilakukan Ann hanya akan sia-sia.

Setelah menemui beberapa diantaranya, Ann tetap kesulitan untuk mencari perempuan yang pantas untuk Ali. Belum benar-benar ada yang cocok di hatinya.

Tubuh Ann semakin ringkih, berat tubuhnya menurun drastis. Dan Ali menyadarinya.

Ketika makan malam di rumah, Ann hanya bisa menyuap beberapa sendok. Ali memperhatikannya dengan bingung.

"Sayang, kamu sakit? makannya kok sedikit?"

Ann meletakkan sendok di piringnya. "Aku tidak apa-apa, di yayasan aku makan cemilan banyak sebelum pulang jadi mungkin masih kenyang."

Ali sebenarnya ingin menanyakan kenapa Ann terlihat sangat kurus sekarang. Tapi ia takut menyinggung tentang berat badan yang sangat sensitif untuk ditanyakan kepada perempuan. Tapi ia sangat khawatir dengan perubahan pada istrinya itu.

"Aku suapin ya."

Ann menggeleng cepat."Tidak usah kak," Ia berdiri, membereskan piring-piring kosong dan dibawanya ke wastafel.

Ali menyusulnya."Biar aku yang nyuci piringnya."

Ann hanya terdiam ketika piring-piring kotor itu beralih ke tangan Ali. Wanita ini kemudian membiarkan dan berjalan ke kamar tidur. Ia duduk di pinggiran ranjang, menyentuh dadanya yang terasa sesak, lebih sakit dari sebelumnya.

Ini, belum saatnya, Tuhan, tolong biarkan dirinya menyelesaikan dulu apa yang sudah direncanakan untuk suaminya itu. 

Bahu dan punggungnya terasa nyeri, Ann terbatuk. Ketika ia menarik napas, seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa. Tidak, ia harus bertahan.

Ali masuk dan terkejut dengan keadaan Ann yang terengah-engah. Ia menyentuh bahu dan memegang pipi Ann.

"Sayang, kamu kenapa?"

Pandangan Ann mulai kabur dan ia pun terkulai lemah di pelukan Ali, tanpa sempat menjawab pertanyaan suaminya.

.

.

Ali mengepalkan tangannya kuat, dadanya terasa dihantam batu yang sangat besar. Ketika uraian penjelasan dari dokter Widia masuk ke dalam telinganya. Berkas-berkas hasil pemeriksaan masih di pegang tangannya yang mulai bergetar.

"Saya minta maaf, telah menyimpan informasi ini dari ustad Ali. Karena permintaan Ann sendiri yang tidak ingin anda tahu tentang penyakitnya. Tapi, sudah waktunya ustad tahu, bahwa istri anda sedang berada dalam keadaan sakit parah."

Ali memejamkan kedua matanya, membuat dokter wanita itu ikut larut dalam kesedihan pria di depannya. Ali berdoa dalam hati meminta kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan yang mungkin tidak akan sanggup untuk ia terima.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk Ann, Insyaallah." Dokter Widia memasang senyum, setidaknya menguatkan Ali dalam menerima berita tentang penyakitnya Ann yang tiba-tiba seperti ini.

.

Ali merasa kedua kakinya tidak lagi berpijak di lantai saat ia berjalan menuju ruang rawat Ann. Mulutnya tidak berhenti berdoa dengan pikirannya yang terpecah belah. Ia berhenti di depan pintu kamar itu, tidak siap untuk melihat istrinya yang sedang berada di ambang kematian.

ANA UHIBBUKA FILLAH BAGIAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang