6.

6 2 0
                                    

Aku memilih, memalingkan wajah, fokus pada kaca jendela yang tertutup rapat [satu-satunya upaya agar tetap terlihat tenang adalah dengan cara berpura-pura tidak tahu atau menjadi orang yang bodoh] melihat tanpa berkedip sampai sesuatu terlihat dari kejauhan, begitu jaraknya semakin dekat, ku condongkan badan untuk bisa terlihat dari sela kaca jendela depan. Itu, mungkin sekumpulan para panitia, sepertinya begitu jika membaca dari pakaian mereka yang seragam mulai dari atasan sampai bawahan.

Tiba-tiba dia menarik lengan, " Kenapa dengan sebelah punggung tanganmu? Kamu menggaruk itu sejak tadi. "

(Kurang lebih seperti gejala alerginya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kurang lebih seperti gejala alerginya)

Dengan cepat, aku menarik itu. Lalu memperhatikan dengan seksama – merenggangkan jari-jari. Terdapat beberapa bintik kecil merah yang muncul di sela jari kelingking juga area pergelangan. " O, ini mungkin dikarenakan udara. Aku alergi terhadap dingin atau bisa juga karna kandungan udara kering disini sedikit lebih rendah jadi mempengaruhi pada kondisi tubuh. Begitu suhunya kembali normal dan aku mulai beradaptasi, semua reaksi ini akan menghilang dengan sendirinya. " aku terdiam, mulai terasa gatal di bagian bawah ketiak dekat Queen P, sepertinya reaksi dari alergi itu mulai muncul di titik area intim wanita. [Augh, kenapa harus muncul sekarang?!!] aku sangat tertekan, mulai terasa tidak tahan dan ingin segera ku sentuh, belum selesai dari sana muncul lagi di bagian sebelah kiri pada posisi yang sama, kemudian di bagian jari manis sebelah kanan.

Bus berhenti dan guru meminta kami semua keluar dengan tertib. mister Purple menarikku sampai aku yang sudah berdiri, kembali mendaratkan bokong ku lagi. Aku bereaksi tersinggung, namun ia langsung menyela. " Duduklah dengan tenang, ada obat antihistamin di dalam tas ku. Aku akan meminta ijin pada guru untuk memberi waktu padamu – " ucapnya, tanpa sadar aku mulai mengusap di bagian leher, pangkal leher dan wajah.

" Pergilah. " aku mendesaknya. Dia lekas pergi, bahkan sampai menerobos anak-anak yang lain, secepat mungkin ia kembali. Dengan gesit mengeluarkan salep pereda alergi dingin.

" Cepat pakai itu. " aku membuka penutupnya, ku usapkan pada bagian-bagian luar. Pergerakan ku mulai melambat, terdengar nyanyian dan tepukan sambutan dari luar. " . . .tapi, aku perlu ruangan tertutup, sepertinya reaksi alergi ku ini sudah menyebar sampai ke bagian dalam di tubuh ku. " Dia menatap tidak percaya, dan tubuh ku bergerak menahan gatal. " aku sudah ga tahan, kalau mau membantu ku, lakukan dengan maximal! " desakku lagi. Dia kembali mewakili untuk meminta ijin, setelah itu mengajakku pada salah satu panitia untuk mengantar pada tempat terdekat.

Obat pereda ini mengandung cetirizine, loratadine, atau desloratadine. [Ahhh, akhirnya, lega juga. Aku keluar dengan wajah puas, ke khawatiran ku hilang.] dia setia menunggu di luar sambil berbincang dengan panitia yang mengantar.

Mister menyadari kehadiran ku, menoleh. " Selesai? Kamu pakai itu dengan merata, kan? " tanyanya tanpa merasa malu. Sampai membuat orang yang dalam jangkauan mengira yang bukan-bukan.

Gratitude Journal (The Landlord Of Tightly Stored Memories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang