Satu minggu usai, hubungan Adrian dan Fay kian membaik. Walau masih dengan Fay yang cuek, dan Adrian yang semangat membuktikan cintanya. Siang ini, seperti yang sudah direncanakan mereka akan pergi ke taman kota, sekedar refreshing setelah seminggu ini sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ya, Fay masih aktif menjadi model di butik Ayu.
"Faynara," panggil seseorang, Adrian ikut menoleh walau merasa tak terpanggil. Mereka mengernyit melihat Erwin yang berdiri di belakang bangku taman yang mereka duduki.
"Saya boleh bicara denganmu?"
Tentu, hal itu membuat duduk Adrian tak nyaman, lelaki itu bangkit. Membawa tubuh Fay dan menariknya berada di belakang tubuh tegapnya.
"Saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan antara Anda dengan Fay!" tegas Adrian.
"Maaf, Saya tidak sedang berbicara dengan Anda, bisa diam?"
"Bagaimana, Faynara? Lima belas menit saja," mohon Erwin.
Faynara menyembulkan wajahnya dari punggung Adrian. Gadis itu menggeleng pelan. "Gue nggak bisa, kalau mau bicara di sini, saja."
Lekas, gerakan menggeleng Erwin tunjukkan, ia tidak setuju. Bagaimanapun lelaki yang sedang bersama Fay sekarang tidak boleh tahu pembicaraannya yang menuju ranah pribadi. Setelah berdebat sedikit dengan Adrian. Fay mengalah, membiarkan Erwin berbicara. Mereka menjauhi Adrian. Berdiri bersisian di bawah pohon besar yang rindang.
Angin berembus kencang membuat rambut Fay berantakan, semuanya tak luput dari pandangan elang lelaki di sampingnya, Erwin. Adrian mengamati dari jauh. Takut terjadi hal buruk dengan gadisnya.
"Kamu dengan lelaki itu, berhubungan?" tanya Erwin. Iris mata Fay berputar jengah, menghentakkan kakinya pelan dan bersedekap. Pandangannya lurus, tidak sama sekali menatap Erwin.
"Gue rasa, lo nggak perlu tahu, sih. To the point deh, jangan bertele-tele."
"Oke, jadi sebenarnya ... saya juga mencintai kamu."
Pernyataan Erwin membuat Fay menoleh, tersenyum sinis, gadis itu mendekat. "Atas dasar apa, Lo bilang cinta ke Gue? Karena kasihan udah pernah mau lecehin gue, ha?!"
"Bukan, Fay. Saya memang mencintai Kamu, ingat tidak, sebelum kejadian itu, Saya mabuk karena memikirkan Kamu. Saya memutuskan Diana demi, Kamu."
"Gue jadi merasa jahat tahu, nggak, lo?!"
Nada suara Fay mulai naik beberapa oktaf, tak jarang beberapa pasang mata menoleh ke arah mereka. Fay mundur, gadis itu terduduk di atas rumput hijau. Erwin mengikutinya, memandang lekat ke arah Fay.
"Gara-gara gue, Mbak Diana jadi patah hati. Atau mungkin ... lo ngomong cinta ke gue karena dengar kabar bahwa Mbak Diana sudah tunangan? Lo pengin bales dendam?"
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...