❣️Bangtan 27❣️

988 95 3
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf ke para readers karena kelamaan update kalian jadi lupa alur ceritanya. Maaf bangettt yaaa.

Aku usahain update deh tiap Minggu kalau ga sibuk yaa, soalnya belakangan ini aku sibuk belajar sama ujian hehehe.

~mianhae~

Langkah kaki penuh penekanan milik Yoongi menginjak-injak genangan air hujan yang tenang. Air yang terus berjatuhan dari langit juga tak tau kapan akan berhenti.

Yoongi menikmati setiap langkah yang sangat jarang ia rasakan, bahkan sangat tenang ketika puluhan titik air jatuh menimpa wajah putih pucat miliknya. Rasanya sangat damai dan sangat menyegarkan. Sangat menggambarkan sosok dirinya.

Drttttt!

Yoongi membuka matanya karena merasakan getaran pada saku celananya. Ponselnya berdering ternyata. Yoongi mencari tempat kering sebelum akhirnya melihat siapa yang mengganggu ketenangannya.

Jimin

Yoongi menggeser panel hijau, dan menempelkan benda gepeng itu ketelinganya. "Apa?" tanyanya langsung.

Suara nafas Jimin sangat terdengar seperti sedang berlomba memperebutkan gelar juara. Nafasnya sangat terburu-buru hingga suaranya tidak jelas.

"Tenanglah dan katakan yang jelas." Yoongi meninggikan suaranya satu oktaf.

"Taehyung, hyung. Taehyung dia-"

"Aku kesana. Sekarang!"

~~

Hening.

Wajah bingung dan rasa khawatir yang kentara adalah definisi Yang sangat sempurna untuk beberapa pemuda yang berada di depan ruangan salah satu pasien.

Seorang pemuda bertubuh pendek dengan mata bulan sabit mondar-mandir dengan kedua tangan yang saling tertautan. Mungkin sangat risih jika dilihat tapi dia juga bingung bagaimana cara menenangkan dirinya yang begitu khawatir.

Suara putaran roda brankar memecahkan keheningan. Ada satu pemuda sedang diam sambil berbaring dengan mata yang tertutup dan beberapa perawat mendorongnya, membawanya entah kemana.

Beberapa pemuda yang menunggu sejak tadi ikut mensejajarkan diri dengan brankar, walau dalam hati bertanya mau dibawa kemana dia?

"Bagaimana keadaannya?" Satu pertanyaan diajukan begitu sosok pria tua dengan jas putih keluar dari balik ruangan saudaranya.

"Buruk. Dia koma."

Seluruh tubuh menegang. Lima pasang mata mengarah pada pria tua yang baru saja mengatakan keadaan pasiennya.

Semua terguncang, bahkan salah satu diantara mereka telah merosot jatuh terduduk di lantai Rumah Sakit yang dingin. Air matanya jatuh tapi senyum diwajahnya terukir. Si tertua diantara mereka mencoba tegar di situasi seperti ini.

"Dasar bodoh. Dia lebih memilih tidur panjang di rumah sakit ini daripada pulang bersamaku. Ck." Dia. Si bungsu keluarga Kim yang mengumpat. Tubuhnya bersandar pada dinding putih bersih milik tempat dengan bau obat yang sangat pekat, kedua matanya tertutup dengan kedua tangannya yang terlipat diletakkan di depan dadanya.

Mianhae~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang