1 - Ada Mayat Hidup di Hadapan Gadis Itu

84 19 7
                                    

Sebab, sebuah dongeng tidak pernah seindah itu.

"Cinderella?"

"Ya, Bu?"

"Hidupmu selesai."

Cinderella membeku. Baru kali ini tulang-tulangnya membatu ketika mendengar gertakan Ibu Tiri. Ia tahu Ibu Tiri sekadar mempermainkannya, sebab ancaman membunuh sudah jadi asupan telinga Cinderella hari demi hari. Namun, kali ini lain. Ibu Tiri tahu Cinderella berhasil ke istana dan menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Mengalahkan dua kakak tirinya yang malam itu bisa saja dipinang Pangeran, tetapi karena kehadiran Cinderella, Pangeran justru berpaling dari mereka dan memilih meminang Cinderella.

Cinderella telah melanggar larangan terberat Ibu Tiri: jangan pernah datang ke istana.

Jadi ini. Jadi ini alasan mengapa Ibu Peri tak pernah hadir dalam hidup Cinderella, mengapa Cinderella harus melakukan segalanya sendiri, dan semua ini ada kaitannya dengan mengapa Ibu Tiri tak pernah menunjukkan telapak tangannya.

Segulung asap gelap membumbung pekat di atas tongkat sihir Ibu Tiri. Kakak Tiri Pertama terisak, "Bunuh dia Ibu! Bunuh Cinderella!"

Asap bergerumul, kilat-kilat kecil menguar dari bubungan, lalu bola api terbentuk. Tanpa uluran waktu, api yang bergulung-gulung terlempar melewati kepala Cinderella. Gadis itu terjatuh, setengah rambut pirang gadis itu hangus, menjadikannya panjang di satu sisi, dan terpangkas hancur di sisi lain. Hangus.

Bola api menggulung lagi. Cinderella merangkak ke seberang ruangan, mencoba menggapai pintu keluar. Segulung bola api berdentum menghancurkan dinding rumahnya. Sekarang, semua pertanyaan terjawab: Ibu Tiri adalah Ibu Peri yang selama ini Cinderella tunggu. Ibu Tiri adalah seorang penyihir.

Kakak tiri pertama, Drizella berteriak marah karena Cinderella masih saja bernapas. Gelas kaca yang telah pecah dilempar, Cinderella memekik sambil melindungi tubuhnya. Kepingan kaca pecah berserakan di belakang Cinderella. Pandangan gadis itu terhenti mendadak, tubuhnya melemah tiba-tiba, bahkan melangkah menuju pintu pun ia tidak sanggup. Cinderella memandang ubin. Cairan merah mengalir deras di bawahnya, ia meraba dada kirinya dan tampaklah sebilah kaca mencuat menembus jantungnya. Ia gagal melindungi tubuhnya dari serangan Drizella.

Derak roda dan derap tapal kuda terdengar dari luar pintu. Sang Pangeran turun dari kereta kudanya. "Cinderella...." Kata-katanya terhenti begitu melihat gadis pinangannya telah tergeletak tak bernyawa di kediaman Nyonya Tremaine dan dua putrinya yang berhasil melenyapkan diri entah ke mana.

"Pangeran Charming!" Cinderella membuka mata.

Dedaunan hijau memenuhi penglihatannya.

Mimpi?

Cinderella kemudian duduk dengan tenaga yang tersisa.

Tiba-tiba sosok mengerikan muncul di hadapannya.

Cinderella berteriak nyaring.

Laki-laki berambut cokelat yang setengah botak, kulit pucat, sayatan basah tampak menggores tiap sisi tubuhnya. Busana pelayan pemuda itu tampak compang-camping dengan robekan yang berlumur darah kering. Bagian wajah adalah yang terburuk. Ujung bibirnya sobek, hidungnya bengkok, dan kedua matanya cekung tak terurus.

Cinderella berteriak panik, lalu tergopoh bangkit untuk berlari. Laki-laki itu menahan lengannya. Cinderella menoleh, pekikannya semakin menjadi. "Lepaskan! Lepaskan aku, Buruk Rupa!"

"Hei!" Laki-laki buruk rupa itu menarik lengan Cinderella hingga gadis itu terduduk. "Lancang sekali! Lihatlah dirimu! Kau tidak lebih baik dariku."

Wonderland: Tales of The Eight PawnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang