Ch. 64 : Lomba Memasak

2.6K 414 445
                                    

Maaf ya author telat up, banyak urusan soalnya. Moga part ini ga mengecewakan ya, panjang kok :)

Sore nanti, Kaisar Cho akan melakukan perjalanan pulang ke kekaisarannya bersama para pengawal dan pelayan yang datang bersamanya. Banyak buah tangan yang Kaisar Liiu siapkan berkedok niat baik dari seorang menantu kepada ayah mertua. Meski sebenarnya tidak memerlukan benda-benda itu, sebagai rasa sopan dan menghargai, Kaisar Cho menerimanya dengan sedikit terpaksa.

Mentari masih tidak terlalu terik karena hari masih pagi. Tentu saja hal itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh seorang bocah perempuan yang masih asik menjelajahi dunia mimpi.

Li Xinxi tersenyum manis dalam tidurnya, entah apa yang ia mimpikan. Tetapi itu membuat Muxin yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum tipis. Ada rasa haru melihat senyuman itu, hatinya terasa hangat.

Li Xinxi mulai menggeliat pelan merasa terusik dengan cahaya yang menusuk kelopak matanya. Matanya masih dalam keadaan terpejam erat, menciptakan efek merah keoranyean saat ia melihatnya.

Li Xinxi mendesah kasar. "Ish! Muxin, mengapa kau membuka kain jendelanya? Aku masih mengantuk, Muxin!" ujarnya jengkel berusaha menutupi matanya menggunakan lengan kirinya.

Muxin terkekeh pelan. "Nona, sudah waktunya untuk bangun. Nona juga belum makan, bukan?"

Li Xinxi bergumam pelan. "Ya ya." Muxin memutar otaknya mencari cara agar Nona-nya dapat bangun. Pikirannya langsung terfokus tentang makanan.

Muxin mengabsen satu-persatu makanan yang ia ingat. "Hamba akan memasak banyak makanan. Dim sum, bebek peking dengan saus kacang merah, Ayam cincang Gong Bao, sapo tahu dan Chow Mien. Bukankah itu terdengar sangat lezat, Nona?" tanyanya melirik sekilas Li Xinxi yang langsung bangun dan duduk dengan air liur yang hampir menetes. Mata Li Xinxi langsung terbuka dengan sempurna saat mendengar makanan.

Li Xinxi menatap Muxin dengan tatapan penuh semangat. "Ah, Muxin! Kau memang terbaik!" ujarnya terdengar seperti rayuan. Muxin terkekeh pelan. "Nona ingin hamba memasakkannya? Nona tidak bisa memasak?" tanyanya sembari terkekeh geli.

Li Xinxi menatap Muxin garang. "Tidak! Aku bisa memasak! Memasak adalah satu keahlianku!" ujarnya  menepuk dadanya bangga.

"Benarkah?" tanya Muxin dan itu terdengar seperti meragukannya. Li Xinxi merasa harga dirinya benar-benar di pertaruhkan saat ini. Dirinya memiliki harga diri dan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Li Xinxi menggulung lengan hanfunya tinggi-tinggi. Matanya menatap tajam Muxin, tetapi tatapan tajamnya kali ini terlihat lucu di mata lawan bicaranya. Muxin diam-diam menggigit dalam pipinya. "Ingin aku tunjukkan kepadamu bagaimana Nonamu ini memasak, Muxin?" tanyanya sedikit angkuh.

Muxin merasa ikut tertantang. "Baik, ayo kita lomba memasak dan biarkan para pelayan disini menilainya. Apakah Nona merasa keberatan?" tanyanya.

"Tidak! Tidak sama sekali. Ayo kita ke dapur, Muxin!"

Muxin terkekeh melihat semangat Nona-nya. Ah, andai tuannya melihatnya, pasti ia akan turut merasa lega.

Beberapa menit kemudian, Muxin dan Li Xinxi sudah berada di dapur istana karena di pavilliunnya tidak ada dapur untuk memasak. Kepala koki melihat Li Xinxi, Muxin dengan pelayan-pelayan dari kediamannya datang ke dapur pun merasa heran.

Dengan sopan ia menunduk. "Maafkan hamba, Tuan Putri. Apa yang ingin Tuan Putri lakukan dengan berada di sini? Apakah Tuan Putri lapar? Akan hamba siapkan, Tuan Putri tidak perlu datang kemari nanti akan di antarkan oleh pelayan istana," ujarnya sopan. Pria berkepala lima itu memang terkenal akan kesopanan dan lemah lembutnya terhadap siapapun yang berbicara dengannya, baik itu para anggota istana maupun dengan para pelayan ataupun pengawal.

Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang