•
•
•saran, coba dengarkan lagu ; satu kali, jatuh suka - tulus , sal priadi - mesra mesranya kecil kecilan dulu.
kadine ingin aku menujukan yang sebenar-benarnya tentang diriku, maka dipagi hari ini aku ingin mengajak dia mencium bagaimana wangi embun di kota kelahiran ku, yang sebenar-benarnya tentang diriku adalah kota ini ; kota hujan, yang menjadi saksi senyum sedihku yang tak perna menghakimi, tentang bagaimana langitnya pernah aku teriakan bahwa aku merindukan mu, kadine.
aku menepati janjiku, di pukul sembilan membawa kadine di sebelah ku, sosoknya yang tak terlihat siapapun kecuali aku, kita menaiki bus tidak saling berbicara karna ada beberapa penumpang tidak banyak tapi syukurnya ada dua bangku yang aku dan kadine bisa gunakan, tempat pertama yang ingin aku tunjukan adalah jalanan setapak kebun raya, yang berada di tengah kota, kamu turun di halte mall botani square tanpa membayar karna bus masih gratis di tahun ini, aku turun dengan perlahan menggenggam tangan dingin itu, dapat aku lihat dari ujung mataku bahwa disebelah ku ia sedang tersenyum samar tapi aku bisa rasakan getaran nya dari sini.
"kamu ngga takut di sangka aneh, mereka kan ngga lihat aku?"
"ngga peduli, toh, aku juga ngga peduli mereka sejauh ini dan ngga kenal juga" ucap ku, aku ingin percaya diri jalan bersama orang yang kucintai ntah manusia bumi memandang diriku aneh tapi sejauh ini aku ngga peduli.
aku berjalan beriringan, menikmati udara segar di pagi hari yang dirundung mendung sebab semalaman hujan, langit nya cukup redup jalanan setapak ini nampak sepi hanya ada beberapa orang berlalu lalang mungkin sebagian orang di rumah memilih merebah karna ini adalah hari Sabtu.
"langit nya muram, favoritmu" ucap ku pada kadine, gadis itu tersenyum seolah aku ingin bilang pada kadine, bahwa hal kecil kesukaan nya aku tak pernah lupa, bagaimana dia bilang ia paling suka cuaca dingin daripada panas, ia lebih suka berjalan kaki daripada menaiki kendaraan atau dia bagaimana ia lebih suka menyapa udara lepas seperti ini daripada manusia yang sedang berlomba-lomba dengan ambisinya.
Itulah kadine, kadine ku seseorang yang banyak mengajarkan ku berjalan dulu sebelum aku tahu gunanya kaki ku apa.
wajar, kalau ribuan orang di dunia ini bisa jatuh suka sama kadine, termasuk aku yang sudah lumpuh dan tak bisa berjalan jauh-jauh dari angan tentang nya.
"apakah hari ini akan hujan awan?" aku menggeleng menjawab pertanyaan Kadine "semoga tetap redup, tapi jangan menangis langitnya" pintanya, ntah pada dirinya sendiri atau bersuara pada tuhan di langit sana.
"kau mau dengar cerita kadine"
"apa?" tanyanya, aku mulai mengeratkan genggaman ku pada telapak dingin itu, setelah melewati ikon dari kita Bogor yaitu tugu kujang kami berjalan melewati jalan setapak yang sedikit kendaraan berlalu-lalang disini sepanjang jalan tersuguh kursi taman cantik, ada satu atau dua buah kursi yang sudah termakan cuaca tapi pasti sebentar lagi diganti karna beberapa kursi taman ini sudah ada yang dimodifikasi lebih baru, kamu menyebrangi jalanan lewat underpass bawah tanah yang dekat dengan berada di depan hamparan rumput kampus IPB, yang di dalamnya banyak potret-potret cantik tentang bogor, cahaya temaram yang hadir di setiap sudutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sandekala | WinRina.
Fanfictiona winrina fanfiction, Indonesia au ; warn gxg content. Aku mengenal nya, sebagai Kadine lalu dia mengenal ku sebagai Awan ; lelaki yang ku rangkai watak nya sedemikian tampan. © lokarasi, 2O21