21. Tragedi Lampu Mati

2.1K 108 0
                                    

Pagi ini seluruh warga desa Muara Sari sedang disibukkan dengan acara bersih dusun atau nyadran yang di rayakan setiap setahun sekali. Ini adalah kebudayaan turun temurun. Mereka semua bergerak menuju tempat yang di sakralkan masing-masing desa, yakni sebuah punden yang di tuakan atau dengan kata lain makam leluhur yang sudah babad dusun tersebut.

Jingga dan teman-teman perempuan nya dari subuh ada yang membantu Bu lurah dan juga Bu Narti, pemilik rumah lama mereka atau posko yang saat ini mereka tempati untuk memasak makanan dan juga lauk yang akan di bawa ke punden. Sementara yang laki-laki setelah membantu membersihkan punden kemarin, jadi akan langsung datang ke sana nanti.

Jingga sedari tadi masih memikirkan Raka. Ponselnya tak ada satupun pesan balasan darinya, bahkan saat centang dua tersebut berubah menjadi biru subuh tadi.

Dongkol, itulah perasaannya kini. Bagaimana dia melakukan aktivitas nya dengan benar jika tubuhnya saja di sini namun hati dan pikirannya di sana.

"Ah yang bener kamu Vy...." Suara Lusiana yang sangat keras di depan dapur membuatnya sedikit mencuri dengar karna penasaran. Oh ralat, bukan mencuri dengar, namun memang siapapun akan mendengarnya karna suara lantang Lusiana.

"Iya, ini juga mbak Sarah baru aja kirim foto mereka pas lagi ikutan seminar pranikah, terus nanti rencananya juga mau photoshoot prewedding gitu"

"Yaa ampuun... Berarti fix nih mbak Sarah sama pak Raka bakal jadi ipar kamu?? Yaa emang best couple banget sih" timpal Novi. Oke, mereka memang tiga serangkai, trio kwek-kwek atau trio macan apalah itu. Mereka cocok jadi agen lambe turah!!

Jingga langsung lemas mendengar gosip panas pagi ini. Rasanya ia tak percaya dengan yang di dengarnya. Namun melihat kenyataan pria itu dari semalam tak menghubunginya, bahkan tak merespon pesannya, itu adalah bukti yang konkrit bahwa selama ini pria itu memang mempermainkannya.

Jingga ingin menangis, namun ditahannya kuat-kuat. air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, namun ia berusaha mendongak melihat ke langit-langit agar air matanya tak tumpah. Sepertinya dia kembali ke posko saja untuk tiduran dan tidak ikut ke punden hari ini.

Tiba-tiba saja kepalanya pusing, dadanya sesak, asam lambungnya kambuh. Ah... Gara-gara mikirin dia lagi jadi kumat perutnya.

"Ngga, aku beliin sarapan ya. Nasi nya kan belum Mateng. Habis ini aku anter ke puskesmas" tawar sakti, namun jingga menolak. Meski begitu, sakti tetap saja pergi untuk membeli sarapan buat jingga.

-------------------------*******---------------------

Jingga masih enggan rasanya untuk makan. Padahal nasi jagung yang di belikan sakti 3 jam lalu itu adalah makanan favoritnya. Kalau dia sedang baik-baik saja hari ini, pasti pagi ini dia sudah makan 2 kali, mengingat hari ini mereka di kirim makanan dari Bu lurah, Bu Narti dan beberapa warga desa karna merayakan bersih dusun.

"Ngga... Makan dulu. Nanti sakit" ucap Dinda, namun jingga hanya menggeleng. Kini keinginannya untuk melihat balasan chat dari Raka sudah sirna. Ponselnya ia biarkan tergeletak sembarangan dari tadi. Berganti kecemasan dan kerisauan yang berakibat hilangnya selera makan.

"Ngga, kamu tau nggak, kalau hari ini mbak Sarah dan pak Raka sudah mulai photoshoot prewed di malang. Yaa ampun serasi banget deh mereka. Coba kamu lihat fotonya" Ivy tiba-tiba datang dengan membawa topik yang tak ingin dia dengar. Ia menyerahkan ponselnya di hadapan wajah jingga yang otomatis terlihat disitu ada pemandangan foto Raka dan Bu Sarah sedang bergaya mesra bak pasangan bahagia yang semestinya akan menjalani pernikahan.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang