Happy Reading!!!
***
“Daddy kok di rumah, bukannya harus ke Jerman?” keheranan nampak jelas di wajah Rhea yang baru saja bangun dan hendak mengambil air minum di dapur Trika. Namun terkejut mendapati keberadaan Xyan di sana. Padahal kemarin pria itu sempat mengatakan bahwa hari ini ada perjalanan bisnis ke luar negeri.
“Jadwalnya mundur, jadi lusa,” katanya seraya melangkah menghampiri Rhea yang masih berdiri di ambang pintu dapur, lalu satu kecupan Xyan daratkan di bibir gadisnya itu.
“Kenapa?”
“Klien Daddy ada halangan.”
Dan Rhea memilih untuk mengangguk saja, setelahnya melanjutkan langkah mengambil minum karena Rhea memang bangun karena haus, dan sialnya semalam ia lupa mengisi ulang teko di kamar Trika. Padahal sekarang ia masih amat mengantuk, meskipun jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
“Trika masih tidur?” tanya itu bersamaan dengan pelukan Xyan. Membuat Rhea yang tengah meneguk minumannya tersedak kecil. “Are you oke baby?”
“Ah, ya, aku baik-baik saja,” ucap Rhea gugup, lalu berusaha untuk melepaskan tangan Xyan yang membelit perutnya. Rhea takut ada yang memergoki mereka dalam keadaan seperti ini. Meskipun para maid sudah selesai mengerjakan tugasnya membersihkan lantai dua di jam seperti ini, tetap saja Rhea takut tiba-tiba salah satu penghuni rumah datang dan melihat Rhea serta Xyan.
“Dad, ini rumahmu,” cicit Rhea saat tak juga berhasil menyingkirkan tangan Xyan. Laki-laki itu malah justru semakin mengeratkan pelukannya, dengan kepala yang sudah disandarkan di pundak Rhea. Nyaman memang, tapi Rhea tak tenang. Jika di apartemen mungkin Rhea akan menikmatinya, tapi tidak ketika di sini. Ada banyak orang yang berpotensi memergoki mereka, salah satunya Trika. Dan dia adalah orang yang paling berbahaya untuk nasib Rhea.
“Tidak akan ada yang melihatnya, baby. Trika tidak akan bangun cepat, terlebih setelah kelelahan.”
Itu memang benar. Tapi …
“Ahh, Dad,” desahan Rhea meluncur saat dengan sengaja Xyan meremas dadanya cukup kuat. Bukan hanya itu saja, bibirnya juga sudah mulai menjelajah leher bagian belakang Rhea dengan hisapan-hisapan kecil yang sukses membangkitkan gairah Rhea. Leher memang menjadi kelemahan Rhea, dan Xyan sejak awal sudah berhasil menemukannya, membuat pria itu dengan mudah mengendalikannya.
“Atur desahanmu sayang,” bisik Xyan tepat di depan telinga Rhea seraya memberikan jilatan-jilatan sensualnya yang membuat Rhea susah payah menahan desahan karena tak ingin suaranya sampai di dengar orang. Tangannya yang semula berusaha menahan Xyan, kini luruh lemas di samping tubuhnya. sedangkan Xyan semakin semangat memberi remasan di kedua dada gadisnya yang hanya di balut gaun tidur tipis berbahan lembut.
Sudah sejak semalam Xyan tergiur, tapi terpaksa harus di tahan. Sekarang jangan salahkan Xyan jika ingin mengeksplor tubuh menggiurkan Rhea. Salah perempuan itu kenapa tiba-tiba datang dengan penampilannya yang begitu menggoda. Memang tidak berniat menggoda, karena Xyan yakin Rhea tidak mengetahui mengenai keberadaannya. Tapi tetap saja Xyan tergoda, karena tubuh Rhea seakan sudah menjadi candunya. Sedikit pun Xyan tak mampu mengabaikan meski berkali-kali mengingatkan untuk menahan diri agar tidak menyentuh Rhea.
“Waktu itu aku pernah bilang kan kalau aku ingin melakukannya di kolam renang?”
Rhea tak lantas menjawab, berusaha mengingat mengenai kebenaran kalimat Xyan barusan. Hingga akhirnya ingatan itu Rhea dapatkan, dan sontak membuat pipinya memanas. Hari itu Rhea pernah membayangkannya. Dan sekarang bayangan itu kembali. Namun, mungkinkah itu akan segera terealisasikan?
“Bagaimana kalau kita melakukannya?”
“Dad, tapi—”
“Tidak di sini, Sayang. Di apartemen.” Selanya cepat seolah dapat menebak pikiran Rhea. “Bagaimana?” ucapnya meminta persetujuan begitu membalikkan tubuh Rhea jadi menghadapnya. Dan Xyan menarik kedua sudut bibirnya saat mendapati wajah merah gadisnya.
“Daddy tidak pergi ke kantor?” sejujurnya Rhea belum siap, tapi ketika mendapati gelengan dari Xyan membuat Rhea hilang kata-kata. Tidak tahu lagi harus mencari alasan seperti apa untuk menunda. Rhea ingin menyiapkan diri lebih dulu mengingat selama ini mereka tidak pernah melakukannya di luar ruangan. Kolam renang apartemen Xyan memang privat, tapi tidak ada yang tahu jika tiba-tiba ada seseorang di udara yang melihat aksi mereka.
“Jam dua siang nanti, aku tunggu di apartemen,” putus Xyan saat tak juga mendapat jawaban dari Rhea, lalu kembali melancarkan aksi mengerayangi tubuh bagian atas Rhea, dan menyambar bibir ranum perempuan itu. Mengejutkan Rhea yang tengah melamun.
Meskipun was-was dengan keadaan sekitar, Rhea tetap membalas setiap lumatan Xyan, menikmati ciuman dan sentuhan pria itu di sepanjang tubuhnya, sampai akhirnya Rhea mencapai pelepasan pertamanya hanya dengan tangan nakal Xyan di kewanitaannya.
“Nanti giliranku,” kata Xyan seraya mencium ringan bibir Rhea. Lalu pergi meninggalkan Rhea yang masih berusaha mengatur napas atas pelepasannya barusan.
Dengan tubuh lemas, Rhea berusaha berjalan kembali ke kamar Trika. Ia butuh menjernihkan pikiran dan segara membersihkan tubuhnya dari lelehan cairan di bawahnya, juga keringat yang membanjiri pelipis juga lehernya. Sebelum ada yang curiga, Rhea perlu membenahi penampilannya secepat mungkin. Beruntung Trika masih lelap di ranjangnya.
Tanpa menunggu Trika bangun, Rhea membereskan barang-barangnya dan keluar dari kamar sahabatnya itu dengan meninggalkan pesan di meja rias. Niat awalnya Rhea akan pulang ke rumah untuk menyimpan barang-barangnya lebih dulu. Tapi urung, Rhea memilih untuk langsung ke apartemen Xyan agar tak pulang pergi. Selain menghabiskan ongkos, Rhea juga akan kebingungan untuk mencari alasan jika adik atau ibunya bertanya. Untuk Trika sudah Rhea pastikan bahwa sahabatnya itu tidak akan mendatangi rumah atau restoran ibunya. Jadi Rhea tak perlu menambah kebohongan lagi. Toh, orang tua dan adiknya pasti mengira Rhea masih di kediaman Trika.
“Loh, Non Rhea mau ke mana?” salah satu maid menyapa ketika Rhea baru saja tiba di lantai satu rumah Trika.
“Mau pulang Bi,” jawabnya seraya tersenyum ramah.
“Tumben Non Trika gak ikut?”
“Masih tidur dia. Kecapean abis kemah,” ucapnya seraya terkekeh, di ikuti Bi Yeni, sang kepala maid di rumah besar ini. Salah satu orang kepercayaan Xyan untuk menjaga rumahnya sekaligus menjagai Trika ketika pria itu tidak ada di rumah. Segala kebutuhan Trika dan Xyan Bi Yeni yang mengurus. Termasuk ketika Rhea datang main atau justru menginap. Itu kenapa mereka cukup akrab.
“Bangun-bangun pasti ngerengek minta di pijitin,” kata Bi Yeni masih dengan kekehannya.
“Bibi siap-siap aja, ya,” dan setelahnya mereka tertawa bersama sebelum Rhea benar-benar pergi dari rumah itu. Niat hati ingin memesan taksi online, tapi ponselnya lebih dulu berbunyi dengan mana Xyan sebagai pemanggil.
“Ha—”
“Jalan dua ratus meter ke depan. Aku tunggu.” Setelahnya sambungan putus begitu saja, membuat Rhea mengerutkan kening seraya melirik ponsel di tangannya untuk beberapa saat. Kemudian menatap sekeliling, mencari mobil Xyan. Tak terlalu sulit, sebab di jalan perumahan elit ini tidak banyak kendaraan berlalu lalang mengingat masuk ke daerah ini memerlukan izin dari satpam yang berjaga.
Tak ingin membuat Xyan menunggu lama, Rhea mempercepat langkahnya dan mengetuk kaca mobil Xyan hingga si pemilik menurunkan jendelanya dan langsung meminta Rhea untuk naik.
“Daddy mau ke mana?”
“Menurutmu?” balik laki-laki itu bertanya, seraya menatap Rhea dalam. Membuat Rhea menghela dan memilih membuka pintu belakang demi menyimpan barang-barangnya, setelah itu ia duduk di kursi penumpang depan. Dan Xyan langsung melajukan mobilnya, meninggalkan kompleks perumahannya.
***
See you next chap!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy
RomancePada dasarnya cinta adalah milik semua insan, tak peduli tua atau muda. Yang jelas mereka berhak memiliki rasa suka. Sama halnya dengan Rhea. Namun fakta bahwa pria yang dicintainya merupakan ayah dari sahabatnya membuat perasaan Rhea tak mudah berl...