Aku pas nulis ini ngebayangin pertengkaran orang dewasa antara wanita dan pria 30tahun-an.
Happy reading.
***
"You know what? I got boyfriend and we already 2 year in relationship and i am bored of him. But, he is so nice to me and I don't wanna break up with him, at least i am not the one ask first."
***
Di apartemen tengah kota, perempuan itu bersama pacar nya tinggal bersama selama dua tahu lebih. Perempuan itu bernama Astri, dia sangat mencintai pacar nya itu namun ia hanya bosan dan apabila mereka harus putus maka Astri bukan orang yang akan mengatakan itu. Entahlah mungkin ini hanya masalah nyaman atau tidak? Bagaimana menurut mu?
Astri bukan tidak berusaha untuk membuat masalah, dia mencoba namun pacarnya tidak memiliki rasa cemburu seperti yang di harapkan Astri. Dia selalu mempertanyakan kemana rasa cemburu yang pernah ada ketika awal-awal pacaran? Kalau bosan dengannya kenapa tidak putuskan saja dirinya?
Suara sepatu melangkah memasuki apartemen itu. Perempuan itu celingak-celinguk mencari keberadaan pacarnya yang ternyata ada di dapur.
"Hi."
"Tumben ga mabuk?" Kata pria itu. Meskipun ia membelakangi, ia tahu bahwa Astri ada di belakangnya dalam keadaan agak waras.
Pacar nya Astri berbalik dan melihat Astri beberapa meter di depannya. Rambut serta dress Astri berantakan, seperti seseorang telah memperkosanya.
Tapi ada apa dengan caranya berdiri?
"Aku ga ke bar hari ini." Jawab Astri hampir meninggalkan tempatnya berdiri. Ia mengatakan itu karena tatapan pria di depannya sudah mengatakan itu.
"Oh, ke hotel?" pacarnya mulai menyeruput kopi bikinannya sambil terus menatap Astri yang terlihat kalut.
"NO."
"It means YES." Kata pria itu hampir tanpa intonasi
"Maksudnya apa sih, Haikal?"
Pacarnya Astri bernama Haikal mulai meninggalkan dapur sambil membawa kopi di tangannya. Seolah-olah mengabaikan Astri yang masih teka-teki di kepalanya.
"Haikal!"
"What?!" Haikal naik pitam, tapi ia masih memegang kopinya dengan stabil. "Kamu pikir aku gatau ya? Do you think i am that stupid? Always home late with those fucking hickey and look at you. Apa kau udah mulai terang-terangan selingkuh?"
Astri menyisir rambutnya karena merasa kalut serta gelisah di waktu yang bersamaan. Ia melemper purse nya ke atas sofa.
"Why don't you say anything? Apa kamu membenarkan pernyataanku? Seriously?"
Ada apa dengan Haikal? Betapa stabil tubuh nya sampai cairan kopi nya tidak bergerak?
"It's....a...a." Astri terlihat menggigit ujung bibir nya sambilmenyisir kemudian meremas rambut nya. Tipikal orang yang kalau berbohong sudah ketahuan dari awal.
Haikal terperengah seolah tidak percaya bahwa pernyataan nya tadi mungkin benar adanya dengan tidak adanya sanggahan dari Astri. Lagi, ia sedikit meremas akar rambut nya dengan kerutan dahi tidak santai. Jelas ia terlihat frustasi dengan apa yang telah terjadi namun di sisi lain yang ia harapkan terjadi. Ia bertengkar dengan Haikal. Tunggu, bukankah ini kesempatan bagus? Aku bisa putus dari nya, iyakan?
"Tunggu, Haikal!"
"Ayo putus!" Kenapa jadi aku yang bilang!
Haikal tidak jadi menghilang dari pandangan Astri setelah perempuan itu mengatakan kalimat itu. Pria itu mendekat dengan langkah santai namun raut wajahnya tidak baik-baik saja. Ia menatap lurus kekasihnya itu yang hampir tidak berdiri dengan lurus. Apa benar dia tidak mabuk?
"What did you say? Putus? Seriously?"
Astri tidak menyangka pria itu akan kembali dan akan menanyakan hal itu balik. Ia tertegun, terlihat menelan saliva yang terasa sudah menghalangi suara nya. Astri tau dia harus mengatakan sesuatu tapi entah kenapa ia merasa telah melakukan kesalahan. Apa aku benar melakukan hal ini untuk putus? Sementara Haikal masih di depan nya yang terlihat santai dan mengintimidasi. Apa yang harus aku lakukan?
"Aku bosan! Aku bosan dengan keadaan ini," Haikal hampir mengatakan sesuatu, "Not you. Tapi kita." Haikal tidak mengerti, "Hubungan kita tidak ada kemajuan, aku merasa bosan. Bahkan saat aku ingin berhubungan sex. Aku ngerti kamu sibuk, I mean us. Tapi apa salahnya meluangkan 15 menit untuk itu?!"
Haikal agak mengernyit dengan gerak tangan konyol yang Astri lakukan, sejak kapan ia melakukan itu? Dan benar-benar terlihat konyol.
"Jadi masalahnya apa? Sex? Let's just do it. You speaking too much, fck!" Timpal Haikal, yang mendapat ekspresi menilai Astri. Ia sudah sepenuhnya waras ketika pria itu bicara omong kosong.
"Are you mad?"... "Or at least ketika aku bilang aku jalan dengan teman lelaki ku, kau menegurku, atau marah, atau cemburu gitu. You know what I mean! Im wondering where is your jealousy when our relationship started."
Detik jam dinding terus berjalan tapi entah kenapa keadaan di apartemen itu tidak terlihat berjalan dengan baik. Mereka terdiam dan tenggelam dengan pikiran masing-masing. Astri mengambil langkah untuk sedikit menjauh dan duduk. Ia mencoba menenangkan dirinya yang ia pikir sudah cukup hilang kendali, namun ia bersyukur ia tidak melewati batasan. Lalu apakah yang telah ia katakan menyakiti perasaan Haikal? Apa aku akan benar-benar putus?
Sedangkan pria itu masih berdiri di sana, melihat punggung Astri. Sebenarnya ia tidak kalah frustasi dengan keadaan ini, ia telah mendengar Astri mengatakan putus yang mana membuat perasaan Haikal sakit. Ia tidak pernah membayangkan Astri akan mengatakan hal itu, bahkan di depan wajahnya. Kalau di pikir-pikir keadaan akhir-akhir ini memang agak renggang, mereka juga sudah jarang berhubungan sex tapi Haikal tidak menginginkan hal ini terjadi, kalimat itu hanya tidak pernah terbanyangkan sehingga ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Haikal masih berharap Astri tidak bersungguh-sungguh.
Haikal membuang minuman kopi nya ke wastafel dapur karena itu sudah dingin. Pandangannya melihat punggung Astri yang masih menatap jendela, kalau di perhatikan sebenarnya jendela itu memantulkan bayangan Haikal yang bergerak di dapur. Pria itu menghampiri Astri yang langsung mendapat pandangan perempuan itu.
"Apa?" Suara Astri
"Mau kopi?" ternyata Haikal menawarkan kopi.
Astri langsung membuang wajahnya lagi.
"Latte!"
Haikal tersenyum kecil sambil menuju dapur. Apa Astri tidak marah lagi? Apa iya? Aku harap Astri tidak benar-benar mau putus denganku.
***
SELESAI
Ini kayaknya lebih ke cerita dengan 1 latar ga si wkwk tbtb terlintas aja jadi aku lanjutin yang tadinya draft kasar.
Semoga kalian bisa ambil sesuatu dari potongan cerita di atas wk
Hope you enjoy.
Please klik bintang nya :*
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Story
Historia Corta"Cerita spontan dengan sedikit sentuhan komedi." Cerita ini bisa dibaca secara acak. #1 - shot 200818 #1 - oneshotstory 240618