Ini pertama kalinya ruang meeting berukuran 2x2 di dekat zona SPD di back office WhyNot Retail terisi permanen oleh posisi baru Yoon Rene sebagai seorang Marketing Director. Dan ini juga pertama kalinya dia bisa mendengar lagu klasik berbahasa inggris khas 80an di dalam kantornya sendiri, tepatnya begitu dia membuka pintu ruangan Rene. Pria itu nampaknya sedang memasang lagu ditengah jam kerja. Sesuatu yang sangat tidak mungkin bisa dilakukan oleh staff sekelas Mingyu, apalagi bawahannya.
"Sore..." ucap Mingyu sambil menutup pintu. Rene mengangguk, mematikan volume dari lagu yang sedang dipasangnya, kemudian dengan gesture tangan mempersilahkan Mingyu untuk duduk di hadapannya.
Rene mengambil remote televisi untuk presentasi Mingyu kemudian menyalakannya. Dia membiarkan Mingyu mempersiapkan filenya sambil membalas beberapa pesan di ponselnya. Dia teringat beberapa kali dia memergoki Mingyu marah sendirian di mejanya, atau mengeluarkan suara yang agak keras di aula sana. Yang sebetulnya menjadi tujuan utama dia memanggil Mingyu ke ruangannya, bukan presentasi tentang job description dari SPD.
"Mingyu?" panggil Rene saat Mingyu baru saja membuka presentasi yang sudah tersambung ke televisi.
"Ya?"
"I think it would be better kalo kamu kirim presentasinya ke email saya aja, ya? I'm not in the mood for doing this.... basic things."
Mingyu menganga, "Tapi kan katanya Mas Rene- Sorry, Pak-"
"Just Rene, please."
"Oke, Rene. Kamu kan nyuruh saya buat bikin ini biar kamu paham soal SPD?"
Rene mengangkat bahu, "Guess I changed my mind. Saya kayaknya bisa paham sendiri. Gimana kalau sekarang kita bicara soal hal lain aja?"
Rene kemudian mematikan televisi, masih dengan wajah Mingyu yang kaget dan bingung setengah mati.
"Bahas soal anger management kamu, misalnya?"
Mingyu menghela napas. Kemudian dia menutup laptopnya dengan agak kencang, mendengus kesal.
"Saya sedang ada masalah keluarga, okay? Sorry kalau itu ganggu lingkungan kerja kamu. Tapi yang kamu liat itu gak kejadian setiap hari. Sorry kalo bikin gak nyaman."
Dari nada bicaranya yang terkesan terburu-buru, bisa disimpulkan oleh Rene bahwa sosok di hadapannya ini adalah orang yang tidak sabaran. Sangat berbeda dengan Seungcheol. Dan sangat menarik.
"Not at all. Nggak mengganggu kalau dari saya. Tapi kalau dari staff kamu, atau departemen lain, ya... maybe?"
Ngomong-omong, Rene ini di mata Mingyu benar-benar bisa merefleksikan seorang Yoon Jeonghan walaupun tidak sampai 80% menurutnya. Tapi gestur tangannya, cara bicaranya, yang menurut Mingyu dulu dikategorikan sebagai gestur 'cantik', itu ada semua pada Rene. Seolah mereka satu orang. Tapi lagi, Seungcheol pun sudah menjelaskan di telepon kalau Rene benar-benar putih soal Jeonghan, alias tidak tau apapun.
"Apapun itu masalah kamu dengan... siapa? pasangan kamu? Wonwoo?"
"Bukan soal Wonwoo. Ini masalah lain."
Rene mengangguk, "Yeah, okay.. whatever it is, saya harap kamu bisa professional di atas meja kerja, Mingyu. Kalau kamu butuh place to... release your anger atau apapun itu yang bikin kamu emosi, just go find somewhere else. Atau kamu bisa datang ke saya untuk menyalurkan itu. I don't mind, selama saya jadi bisa kenal staff saya lebih jauh."
Mingyu speechless.
"And remember, you're the leader of your team, so please act like one."
Rene mundur ke belakang, menempatkan bahunya pada sandaran kursi, berbeda dengan Mingyu yang seolah kembali emosi. Dia menggenggam laptopnya untuk bersiap pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanfictionSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter