Waktu

167 23 10
                                    

Waktu

[KD-048]


[Kisah Sebentar – Tulus]

[College!Au; Mystery; Yaoi; Hurt-Comfort; Rate-T]

Summary:

Jongin menyukai segala keteraturan waktu yang terjadi dalam hidupnya, tapi sebuah pertemuan tak terduga membuat keteraturan waktu itu berubah menjadi sesuatu yang genting dan hampir meledak.

Author's Note:

Kepada Prompter yang baik hati, aku memohon maaf apabila prompt darimu yang indah dan menakjubkan itu harus berakhir seperti ini. Aku mungkin telah gagal memenuhi ekspektasimu, tapi sungguh aku sudah berusaha keras melakukan yang terbaik. Aku tidak yakin kamu menyukai tapi besar harapan bahwa kamu tidak akan kecewa. Oh ya untuk Reader, harap perhatikan time stamps agar tidak bingung dengan alur ya.



April, 2018

Jongin mendesah untuk ketiga kalinya dalam lima menit. Otaknya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik hari ini. Mood-nya sedang kacau sejak pagi tadi. Saat hendak berangkat ke kampus mobil yang biasa ia gunakan tiba-tiba mogok, lalu ketika dia memutuskan naik bus, ia ketinggalan bus pertama. Alhasil, ia terlambat satu jam untuk mengikuti kelas biologinya.

"Berhentilah mendesah seperti itu. Paling tidak Mr. Jung mengizinkanmu mengerjakan tugas tambahan untuk menggantikan nilaimu yang kosong hari ini."

Jongin menolehkan kepalanya kepada laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu, sekaligus menjabat sebagai saudara sepupunya. "Itu tidak lebih baik. Seharusnya aku tidak perlu menambah daftar tugasku minggu ini."

Jongdae berdecak akan sisi perfeksionis sepupunya itu. Katakanlah bahwa Jongin tidak suka bertele-tele dan sangat menyukai keteraturan dalam hidupnya. Tapi, kadang-kadang Jongin juga bisa bersikap spontan seperti kebanyakan orang pada umumnya.

"Omong-omong, kau akan datang ke pesta yang dibuat oleh Sehun?" Jongdae kembali menikmati keripik kentangnya. Ia berjanji kepada ibunya bahwa dia akan diet dan membentuk perutnya kotak-kotak tapi yang sekarang ia lakukan adalah menikmati berbagai makanan di kantin fakultasnya demi memenuhi kebutuhan hasrat laparnya. Tak masalah menimbun kalori toh ibunya tidak tahu, katanya begitu.

Jongin menggeleng. Ia menyeruput jus alpukat miliknya yang beberapa saat yang lalu ia anggurkan.

"Aku bahkan tidak tertarik datang ke sebuah pesta. Apalagi pesta itu milik manusia albino yang sombong seperti Sehun."

Jawaban Jongin membuat Jongdae tertawa. Tentu saja di kampus mereka, Sehun terkenal dengan keangkuhannya. Pemuda yang terlahir dari keluarga kaya raya dengan orang tua yang memiliki bisnis besar dan menjanjikan di Korea Selatan.

Hal itulah yang membuat seorang Oh Sehun kerap memilih dan memilah teman. Ia tidak pernah bergaul dengan orang-orang kalangan bawah. Pemuda yang berpostur tubuh tinggi layaknya seorang model itu juga telah melayangkan bendera perang kepada Jongin sejak semester lalu.

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang