Bagian 7 ⅕

118 11 4
                                    

Maaf bagi yang berumur 17 kebawah harap jangan membaca, this chapter adult only. Saya ngga akan bertanggung jawab jika adek-adek sampai membacanya.

*WARNING 18+

.
.
.

"Fu-Fushiguro san?" Kejut Utahime, dia juga melihat suaminya di bopong Toji.

"Malam Uta san, maaf dia berat boleh saya taruh dia dimana" kata Toji.

Utahime membuka pintu rumahnya selebar mungkin membiarkan Toji dan suaminya bisa masuk ke dalam, Utahime memberi arahan pada Toji untuk meletakkan Satoru di ruang tamu.

"Terima kasih, sudah mengantarkan suami saya" kata Utahime sopan.

'Gojo bodoh, wanita sesopan dan secantik Utahime di sia-siakan' Toji ngebatin menatap Utahime lalu jatuh ke arah Satoru yang sudah tertidur.

"Tidak masalah, maaf saya tidak bisa berlama-lama. Saya pamit dulu" kata Toji kalem tapi dengan nada sopan.

Utahime hanya mengangguk paham, tak lupa mengunci pintu rumahnya.

"Ngg, air"

Utahime mendengar Satoru mengingau sesuatu.

"Satoru, ada apa?"

"Air... ambilkan air" kata Satoru

Utahime bergegas mengambil gelas dan mengisi air dari teko di dapur dengan tergesa-gesa mendekat suaminya.

"Pelan... teguknya" Kata Utahime membantu Satoru memegang gelasnya dengan benar, Satoru meminum airnya begitu tergesa-gesa karena dia merasakan tenggorokannya seperti terbakar.

Air sudah masuk dan Satoru kembali diam, sementara Utahime meletakkan gelas itu di meja ruang tamu. Baru saja dia akan berdiri tangan besar Satoru menahan pinggang ramping Utahime.

"Maaf" ucapnya begitu kecil persis bisikan.

"Maaf, aku minta maaf" ucap Satoru mengulang.

Bagaikan mimpi mendengar suaminya meminta maaf, hatinya begitu senang mengetahui suaminya mengaku bersalah padanya. Baru saja dia mendapatkan kegembiraan dia mendengar satu nama yang di lontarkan Satoru membuat tubuhnya bergetar.

"Shoko... aku minta maaf"

Utahime menangis mengetahui permintaan maaf itu bukan untuknya, dia meringis meminta lepas dari rengkuhan kuat suaminya. Memaksa untuk di bebaskan, tapi pria itu tidak mengizinkan Utahime untuk bebas dan lebih menarik tubuh kecilnya ke dalam pelukan Satoru.

"Lepas... aku bukan Shoko, lepas Satoru" kata Utahime meronta memukuli pundak dan lengan suaminya, dia bersih kukuh melawan tenaga suaminya. Sampai dimana mata coklat madunya membulat sempurna merasakan sesuatu lembut mendarat di bibirnya, dia menempelkan bibirnya dengan miliknya--ciuman pertamanya yang pernah ia inginkan dengan suaminya, ciuman pertamanya benar-benar gegabah dan tidak sabaran. Satoru mengigit bibir bawah istri sampai berdarah, dia menyiksa Utahime dengan perlahan lewat ciuman itu dan desahan lolos dari mulut Utahime. Ia mencengkeram begitu kuat rambut suaminya untuk minta di lepaskan, sampai akhirnya Satoru memberinya sedikit oksigen dan melanjutkan ciuman keduanya begitu panas. Tubuhnya bergetar karena pengalaman pertama yang belum dia coba-sengatan listrik menjalar di tubuh Utahime, dia mengeliat merasakan lengan suaminya yang bergerak di sekitar tubuhnya.

"Jangan menangis" kata Satoru, memberi jeda ciuman dan menciumnya lagi-dia menghapus air mata Utahime.

Utahime merasakan jemari nakal suaminya menyusup ke dalam bajunya, mengelitik kulit telanjangnya--dia terkesiap mendapatkan sentuhan langsung Satoru. Dia mengakhiri ciuman panasnya, mengarahkan mulutnya untuk menggigit daun telinga Utahime... itu bagian sensitif Utahime wajahnya praktis memerah tomat, dia menahan tangan Satoru yang sudah berada di bawah branya.
"Tidak... kumohon lepaskan aku" kata Utahime, berusaha melepaskan diri dari siksaan nikmat yang di berikan suaminya, Satoru tidak mendengar menyatukan lagi bibirnya dengan milik istrinya. Utahime mungkin akan meringis mengetahui bibirnya akan memar besok pagi. Dia membuka mulutnya mempermudah akses lidah suaminya masuk ke dalam, berciuman ala prancis yang menggugah selera.

Keduanya mendesah di setiap gerakan lidah yang saling bertautan, baju piayama terlepas dari tubuh mungilnya membuat kulit telanjangnya merespon dinginnya udara malam, Satoru memeluknya begitu protektif seakan tidak mau melepaskan Utahime. Dia melepaskan ciumannya lalu mengarah ke akses leher istrinya menciuminya, Utahime tidak punya tenaga lagi untuk melawannya--dia merasakan langsung kulitnya yang di gigit suaminya memberikan kesan ketandaan di setiap sudut kulitnya yang terbuka, dia hanya bisa menjerit karena perih menghantui tanda yang sudah di tinggalkan suaminya.

Satoru membuang sembarang bra Utahime yang menghalangi pandangannya, dia menangkup dengan tangan kanannya memainkan buah dada istrinya seperti remot mainan, mulutnya praktis mengisi yang satunya... menggigit manja menikmati kelezatan yang muncul di kepala Satoru, sementara Utahime mendesah melontarkan nama suaminya berulang kali air mata jatuh karena sensasi baru pada tubuhnya. Dia meninggalkan mainannya tadi kembali menciumi perut datar istrinya memberi tanda di sana begitu banyak sampai Satoru terhenti melihat celana piayama masih menggantung di kaki istrinya, dia beranjak kembali ke wajah istrinya menciumi wajahnya dan kembali ke bibir bengkaknya.

Satoru berdiri dari posisi duduk dan mengangkat tubuh Utahime ke gendongannya, Utahime bisa mencium bau tubuh suaminya yang dulu ingin dia rasakan--bagai mimpi dirinya sangat dekat dengan Satoru membagi seliva yang sama ketika ciuman, dia begitu protektif menjaga tubuh istrinya dengan stabil di pelukannya. Dan Utahime heran, kenapa Satoru bisa berjalan lurus sementara dia habis mabuk.

Dia mendobrak pintu kamar dengan kaki panjangnya, dan menutup kasar pintu itu sampai tertutup, dia sangat lembut menurunkan Utahime di kasur ukuran king milik mereka. Dia menyentuh lembut pipi Utahime sampai berbisik "aku minta maaf, Toji benar... aku, aku harus melepaskanmu Shoko" kata Satoru, wajahnya tergambar begitu tulus--mata biru samudranya memberi tahunya kalau di setiap ucapannya tadi dia tidak berbohong. "Aku memang mencintaimu, tapi berat untuk melepaskan Utahime aku tidak ingin kehilangan Utahime, dia istriku... aku minta maaf Shoko, kamu boleh menamparku"

Utahime menyentuh kedua pipi suaminya lalu memasang senyum--senyuman penuh makna yang di lihat ke-dua mata Satoru. Dia langsung memeluknya dengan erat seakan tidak ingin berpisah, Satoru membumbui wajah Utahime dengan ciuman--satu kata lolos dari mulut Satoru, seakan itu asli.

Dia mencium bibirnya lagi tapi kali ini begitu lembut tidak seperti tadi, gerakannya tidak terburu-buru. Dia menurunkan celana piayama istrinya dan membuang di bawah ranjang, Utahime yang menikmati ciuman suaminya tersentak merasakan sesuatu masuk ke lipatan celana dalamnya, dia mengerang tidak tertahan jari nakal suaminya mengosok klitorisnya dengan bersamaan satu jari perlahan mendorong masuk ke dalam lubang vaginanya, Utahime meringis tubuhnya mengkhianatinya karena terlalu terangsang pada pelayanan suaminya.

Dia tersentak lagi merasakan jari lain masuk, Utahime menggerang melontarkan nama suaminya. Satoru terus menerus memberi cupang di sekitar kulit telanjang istrinya. "A-ah sakit" dia menjerit karena jari suaminya masuk terlalu dalam--Satoru melepaskan jari-jari itu dengan cum yang Utahime tumpahkan.

Dia menarik paksa celana dalam istrinya, sama halnya dengan Satoru membuang semua pakaian yang masih utuh di tubuhnya. Dia dengan gegabah merentangkan paha Utahime begitu lebar dengan membimbing miliknya masuk perlahan ke dalam lipatan vagina istrinya, Utahime menangis merasakan perih di dalam dirinya dan hanya bisa berkata "Sakit... sakit Satoru" suaminya memeluknya lagi begitu protektif sambil menenangkan istrinya, mengelus pundaknya mencium sudut mata bekas air matanya--dan Utahime relax balas memeluk Satoru. "Tenang, aku akan pelan-pelan" bisik Satoru, Utahime hanya mengangguk.

Dia mengerakkan keluar dan kembali masuk secara perlahan, dengan ritem yang stabil. Utahime serasa terjaga meski dia tahu suaminya menganggap sedang meniduri Shoko, dia sedih, dia kecewa, dia juga marah... tapi dia ingat Satoru mengucapkan kata itu, meski tidak secara langsung karena suaminya mabuk, dia percaya kalau suaminya sangat mencintainya.

Dia percaya Satoru tengah bimbang akan perasaannya, dia juga percaya suatu saat nanti tuhan pasti memberikan kembali Satoru padanya.

.
.
.

Dia tumbang, karena kelelahan menghabiskan waktu bercinta yang cukup lama, mungkin ini baru pertama kali Utahime merasakannya.

Pandangannya mulai kabur dan Satoru ambruk di sampingnya memeluk Utahime begitu aman, sama halnya dengan Utahime... mereka pingsan setelah melakukan seks suami-istri.

Tapi mereka tidak tahu keesokan hari di pagi hari... meskipun ingatan mereka akan lupa, tapi tubuh mereka akan terus mengingat.

'Aku mencintaimu Utahime'

.
.
.
.
.
.
.
-BERSAMBUNG-
13-01-2022

Look at me (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang