13. Interview

2.8K 85 3
                                    

Ya, Jeni tidak menyangka Edward sangat marah hanya karena ia masih perawan. Tidak menyangka juga, bukannya senang atau merasa beruntung dia malah marah-marah tidak karuan. Benar-benar bikin  Jeni kesal.

"Kok kamu marah? Apa masih perawan itu berdosa heh? Kamu nyesel" teriak Jeni kesal.

Edward diam, memang seharusnya ia senang  tapi...?

"Kegadisanmu itu bukan hakku Jeni. Kenapa kamu ngelakuin itu ke aku?"
Edward juga teriak.

"Kamu marah? Teriak aja terus!"

Jeni turun dari tempat tidur, di pakainya lagi pakaian yang berserakan itu dengan buru-buru. Tapi ia mengernyit merasakan nyeri pada kewanitaannya.

"Jeni, kamu nggak papa?"
Edward mendekati Jeni lalu menyentuhnya. Namun tubuh Jeni menolak di sentuh.

"Jangan sentuh aku!" teriak Jeni sambil menangis.

"Aku minta maaf Ok?"

"Maaf, maaf, kamu nggak capek selalu bikin aku marah? Aku baru aja  ngerasain seneng, tapi kamu selalu bikin aku begini."

"Aku tidak bermaksud begitu, tapi kamu melanggar kesepakatan Kita."

"Aku tidak mau melakukannya dengan Romeo, apa kamu nggak ngerti-ngerti juga Edward Adipura?"

Edward diam tidak berkutik. Suara Jeni yang keras bikin kaget dan tidak menyangka suara Jeni bisa sekeras itu.

"Sekali aku bilang nggak mau ya nggak mau,  jangan maksa dong." Jeni belum selesai berteriak.

"Ya, maafkan aku Jeni, aku senang,  aku bahagia, aku juga merasa beruntung. Tapi aku hanya marah pada diriku sendiri. Maafin aku ya? Please."

Edward menggenggam tangan Jeni lalu menjatuhkan lututnya ke lantai.
Jeni menatap Edward yang memohon.
Pria itu tersenyum sambil mengedipkan matanya lucu sambil berlutut.

Jeni yang awalnya memberengut kesal akhirnya luluh. Jeni tidak bisa menahan senyum. Gadis itu menarik Edward supaya berdiri.

"Kamu maafin aku kan?" Edward memastikan.

"Kalau kamu gitu lagi, aku tidak akan maafin kamu, ngerti?" ancam Jeni.

"Ah, syukurlah, aku benar-benar takut tiap kamu melakukan ini."

Edward memeluk Jeni, lalu menciumnya dengan lembut.

"Mau apa sekarang? Pulang? Aku antar." kata Edward.

"Aku kan nyetir sendiri." jawab Jeni.

"Kok nggak bilang?"

"Aku lupa mau ngasih tahu kamu. Jeno memberiku hadiah mobil."

"Oh ya? Aku juga punya hadiah loh buat kamu."

"Oh ya? Hadiah apa?" Jeni berbinar senang.

"Kamu mau apa?"

"Lah?  Kamu mau ngasih aku apa? Ngaco deh kamu."

"Ada, tunggu ya!"

"Teeettt"

Bel pintu berbunyi. Jeni kaget. Siapa yang datang? Tiba-tiba saja Jeni khawatir.

"Siapa tuh?" tanyanya cemas.

"Laundry, sebentar."
Edward bergegas berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Pakaian anda Pak Adipura."

"Ya, maaf karena kalian harus mengantarnya kemari. Aku sudah transfer, dan ini tips, Terimakasih "

Edward menutup pintu setelah pria laundry itu pergi. Jeni baru ngeh kalau Edward hanya memakai jubah mandi. Jadi dia memang tidak punya baju di sini.

Edward's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang