[14] Jalan Berdua

8K 1K 76
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

"Injun mau kemana? Nanti aku bilang supir buat mengantar ke sana.." tanya Jeno.

Renjun menoleh. Tampak berpikir. "Kita duduk di taman aja ya.. Di dekat sini ada taman ya, kan?"

Jeno mengangguk. Membuka pintu belakang mobil. "Ayo masuk, Injunie duluan" kata Jeno. Renjun tersenyum lebar. "Terimakasih Jeno!"

Jeno ikut masuk lalu menutup pintu. "Nanti kalau sudah 20 tahun Jeno akan belajar naik mobil dan dapat SIM. Jadi, kita bisa jalan-jalan berdua" ucap Jeno yakin.

Renjun terkekeh. "Iya, Nanti Injun juga akan belajar naik mobil dan dapat SIM di umur 20 tahun.."

"Injunie kecil.. kalau sudah 20 tahun akan tumbuh besar?" Tanya Jeno.

Renjun cemberut. "Injun akan tumbuh besar!!"

"Eh tapi.. Tinggi Jeno, Nana dan Haechan sudah bertambah 5 cm bulan ini. Renjun cuman bertambah 1 cm"

Renjun mencebik. "Renjun akan tumbuh tinggi! Lebih tinggi dari Nono, Nana dan Echan! Lihat nanti ya? Injunie akan minum banyak susu agar cepat tinggi!" Kata Renjun tidak terima.

Jeno terkekeh. "Iya iya.. Nanti Injunie akan tumbuh tinggi. Sekarang perasaan Injun lebih baik?" Tanya Jeno lembut.

Renjun terdiam, lalu tersenyum. Sadar Jeno mengajaknya bicara soal ini agar mukanya tidak tertekuk sedih lagi. Apa jelas terlihat?

"Oh? Itu tamannya!" Seru Renjun saat melihat keluar Jendela.

"Harusnya kita bawa tikar dan piknik di sini.. Ajak Nana dan Echan. Pasti asyik.." ujar Renjun dengan mata berbinar membuat Jeno tersenyum lembut.

Renjun sadar terlalu asyik menoleh ke arah Jeno yang masih setia menatapnya. "Ada apa?" Tanya Renjun bingung.

Jeno menggeleng. "Yuk, turun.." ajak Jeno. Segera membuka pintu lalu turun diikuti Renjun.

"Wahh.." Mulut Renjun terbuka. Suasana menyenangkan taman yang sudah lama tidak ia lihat.

"Mau beli ice cream?" Tawar Jeno sambil menunjuk tukang ice cream tak jauh dari sana.

Renjun menggeleng. "Sebenarnya ada satu cafe yang waktu itu Injun lihat punya menu ice cream lucu di dekat sini.. Injun mau kesana" cicit Renjun pelan.

Jeno tersenyum lebar. Meraih tangan Renjun lalu menggenggamnya. "Yuk, Cari cafe lalu makan ice cream di sana.."

Renjun ikut tersenyum lebar, mengangguk lucu. Setidaknya ia akan melupakan masalahnya bersama Jeno.

***

Renjun makan ice creamnya dengan bersemangat. Butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk mencari Cafe yang Renjun maksud. Tapi itu terbayar dengan makanannya yang enak dan penyajian yang lucu menurut Renjun. Buktinya sekarang Renjun memakan ice cream berbentuk beruang kutub.

"Injunie suka?" Tanya Jeno. Renjun mengangguk lucu. "Suka! Jeno suka?" Tanya Renjun khawatir.

Jeno mengangguk. "Kalau kau suka aku juga suka.." balas Jeno.

Renjun tertawa. "Jangan begitu, Jenoo.. kalau suka bilang suka kalau tidak yaa tidaak"

Jeno menatap Renjun intens. "Memang suka." Ucapan dan tatapan Jeno membuat jantung Renjun bergerak ribut. Ia juga merasa ada banyak kepakan kupu kupu didalam perutnya.

Renjun terkekeh. "Bagus deh, kalau Jeno sukaa" Renjun kembali menyuapkan ice creamnya.

Jeno mengusap sudut bibir Renjun, lalu kemudian ikut memakan ice cream miliknya.

"Tadi sebelum aku pergi, Sungchan menangis keras.." Jeno kembali membuka percakapan.

"Eh? Kenapa? Sungchan tidak mau jauh dari Jeno?" Tanya Renjun penasaran.

Jeno menggeleng. "Jaemin mencubit pipi Sungchan" jawab Jeno.

"Eomma marah?"

Jeno mengangguk. "Dia menghela nafas lalu setelah Sungchan tertidur terlihat menasehati Jaemin.."

Renjun mengangguk angguk. "Kalau nama adik Injun siapa?" Tanya Jeno.

Renjun menggeleng. "Belum tahu.. Kata Papa tunggu 3 bulan lagi saat baby lahir.." jelas Renjun.

"Besok Gegenya Injun akan datang, bersama Papa Huang.." ujar Renjun.

Jeno setia menanti kalimat yang akan keluar selanjutnya dengan senyum tipis yang tersemat.

"Jeno-ya.. Aku tidak tahu topeng seperti apa lagi yang harus dikenakan.."

Jeno terkejut. Nada dan cara bicara Renjun berubah, terdengar dingin dan tak tersentuh.

"Keluarga Huang. Rasanya sesak di dalam sana. Terlihat seperti keluarga yang hangat dan penuh tawa tapi nyatanya sebaliknya.." Renjun tertawa. "Menyebalkan.."

"Aku senang jika ada yang datang bertamu. Artinya rumah akan terasa hangat. Kau tahu? Jika bukan karena Mama aku dan Gege sudah dikirim ke sekolah berasrama oleh Papa Huang. Makanya saat aku meminta pergi aku tahu Papa bahagia.. Aku bukan menangisi kepergian Winwin Gege. Tapi, lebih ke--" Renjun tidak melanjutkan pembicaraannya.

Renjun menangis, tanpa suara. Renjun mengusap air matanya. Terkekeh pelan. "Menyedihkan, Aku lemah ya?"

Jeno menggeleng, tidak. Renjun sama sekali tidak lemah. Jeno tidak pernah bisa membayangkan hidup tanpa kasih sayang Eomma atau Appanya. Hidup Jeno selalu dilimpahi Kasih sayang.

"Jeno.. Aku benci Papa dan Mama kandungku.." desis Renjun.

"Mereka sibuk. Bahkan untuk sekedar memastikan aku baik baik saja.." lanjut Renjun.

"Kau tahu? Satu waktu Mama Winwin pernah masuk ke kamarku dan mencium keningku lembut, mengucapkan selamat malam dengan lirih. Tapi, Mama dan Papaku tidak.. Setiap malam ketika Mama dan Papa dirumah, Aku selalu menunggu hingga lewat tangah malam. Setiap hari. Tidak pernah sehari pun mereka masuk. Membuatku terlambat di Pagi hari dan dihadiahi tatapan tajam dan dingin. Lucas dan Hendery Gege juga begitu. Mereka jarang di rumah. Menghabiskan waktu di luar. Membuatku semakin kesepian. Maka dari semua alasan itu aku memilih di sini.."

Renjun tersenyum tipis. Jeno mengangguk balas tersenyum tipis. Mengusap kepala Renjun lembut. "Anak baik.."

"Tapi, Injunie tidak boleh membenci Papa dan Mama Huang ya? Mereka pasti punya alasan untuk itu.." balas Jeno lembut.

"Terimakasih karena telah berbagi Luka Injun dengan Jeno.."

Renjun memeluk Jeno erat. Jeno masih belum tahu semuanya. "Jeno.. jika, Renjun ceritakan semuanya. Jeno masih akan menyukai Renjunie?"

***

TBC

Aku ngetik apaaaa? Apaaaaaa? Gak jelas ya?

Ini gimana kalo tiba-tiba berubah jadi genre angst🙂

Gak deng canda🙂✌🏻

Btw, Besok Noren Huya😌🤡

Family - a Simple StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang