Update! Jangan lupa vote dan komentarnya ygy❤️
Selamat membaca:*
🌼🌼
Setelah semua rahasia diketahui oleh Ardhani. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Meski Tiara agak tidak rela melihat Ardhani yang bertanggung jawab tanpa menikahinya, tapi Karina meyakinkan Tiara dan Kai kalau semuanya baik-baik saja. Dia menerima dengan hati yang lapang kalau takdirnya memang seperti ini. Bisa memperhatikan bayinya tanpa beban dan ketakutan saja membuat Karina sudah sangat bersyukur. Mungkin ini sudah jalannya, masa lalu biarkan berlalu. Sekarang Karina lebih baik fokus dengan kesehatannya dan bayi yang di kandungnya.
Ersa juga memberi semangat tanpa henti, perempuan itu yakin kalau Karina bisa melalui semua ini. Tentu saja dia harus biasa, Ersa saja bisa membesarkan putrinya seorang diri. Sementara Karina? Ada banyak orang yang mendukungnya. Termasuk Ayah dari bayinya. Sementara Riz, laki-laki itu masih tidak tahu soal kehamilannya, Karina tidak ingin laki-laki tahu mengingat bagaimana blak-blakannya Riz. Dia tidak mau rahasianya sampai bocor. Karina sudah berjanji kepada Ardhani.
Dahi Karina naik melihat ponselnya berdering. Perempuan mengambil benda persegi itu lalu melihat nama siapa yang tertera di layar.
"Halo?" sapa Karina.
"Kamu baik-baik saja?" pertanyaan itu langsung terdengar ketika Karina baru saja menyapa. Ardhani, laki-laki itu yang sedang meneleponnya sekarang.
Setelah beberapa hari dia sibuk dengan pekerjaan dan hidupnya, hari ini Ardhani baru kembali menghubungi Karina. Tentu saja dia tidak lupa dengan tanggung jawabnya kepada Karina.
"Aku baik-baik saja," balas Karina.
Ardhani mendesah di sana. "Syukurlah. Maaf aku baru menghubungi kamu. Belakangan aku sibuk sekali."
Karina tersenyum, rasanya seperti di perhatikan oleh Ardhani walau tahu perhatian itu hanya dituju untuk bayi di dalam kandungannya. "Tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir."
"Tentu saja aku khawatir. Bagaimana jika ada sesuatu yang terjadi? Atau kamu membutuhkan sesuatu sementara aku sedang tidak bisa melakukannya."
Karina mendengus mendengar kekhawatiran Ardhani. "Tidak usah berlebihan. Aku bisa melakukan semuanya sendiri."
"Tetap saja perempuan hamil itu harus di dampingi," omel Ardhani.
Karina berdecak. "Tidak perlu. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar kamu?"
"Aku baik-baik saja. Hanya masih merasakan morning sickness yang mengerikan di pagi hari," keluh Ardhani.
Karina terkekeh, dia masih ingat ketika untuk pertama kalinya Ardhani mengeluh karena bukan Karina yang harus merasakan mual di pagi hari, melainkan Ardhani. Laki-laki itu harus menderita dengan rasa mual dan banyak hal yang membuat indranya sensitif.
"Sepertinya anakku tidak menyukaiku," lanjut Ardhani lagi.
Karina tertawa. "Tidak usah berlebihan. Bukannya harusnya bagus? Dengan begitu aku tidak susah payah merasakannya."
"Tapi aku yang menderita," desah Ardhani. "Kamu sudah makan?"
"Belum. Sebentar lagi, ini belum jam makan siang."
"Ini sudah hampir jam makan siang. Lagi pula kamu sedang hamil, kenapa juga harus menunggu jam makan siang?" tanya Ardhani.
Karina mendesah. "Aku masih kenyang. Dari tadi aku tidak berhenti memakan camilan. Perutku lapar terus, ini menyebalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence (TAMAT)
RomantizmKarina harus menerima pil pahit ketika Dokter memberi tahu bahwa dirinya positif hamil. Fakta tentang kehamilan yang terjadi karena one night stand juga atas kesalahannya membuat Karina berantakan. ** Semuanya berawal ketika malam itu. Di mana Ardha...