07. Circumstances

115 22 68
                                    

Vania menarik Jerrel ke rooftop studio, dia ingin memberitahu alasan yang sebenarnya pada Jerrel. Tidak perduli langit masih mencurahkan rintik hujan dan membasahi tubuh keduanya.

"Kamu udah gila! Ini masih hujan." Jerrel menarik lengan Vania untuk kembali ke dalam studio, tapi Vania malah menghempaskan tangannya.

"Aku nggak perduli, Jer. Aku harus jelasin semuanya ke kamu!"

Jerrel tidak tega melihat tubuh Vania basah kuyup karena hujan. Dia melepaskan jaketnya dan mengenakannya pada Vania.

"Okay, aku dengerin penjelasan kamu."

Hujan semakin deras, seakan tidak memberi restu pada Vania untuk menjelaskan tentang pertunangannya. Namun dia ingin hari itu juga Jerrel mengetahui kebenarannya.

"Jer, aku mau balikan sama kamu!" Suara guntur menggelegar tepat di saat Vania berbicara.

"Apa, Van. Nggak kedengaran! Bisa ngomong lebih kencang lagi?"

Vania mendekat ke arah Jerrel, jarak mereka begitu dekat. Hingga Vania mampu berbicara tepat di telinga Jerrel. "Aku bilang, aku mau balikan sama kamu."

Mendengar hal itu keluar dari mulut Vania membuat Jerrel tak habis pikir. Begitu mudahnya Vania mengajaknya kembali bersama, setelah Jerrel hampir saja mengakhiri hidupnya.

"Nggak bisa, Van. Kamu udah punya tunangan dan kita nggak bisa kaya dulu lagi." Jerrel berbalik membelakangi Vania, baru mengambil satu langkah, Vania sudah memeluknya dari belakang.

Jerrel bisa merasakan tubuh Vania menggigil karena air hujan. Sama seperti hubungan mereka yang sudah dingin dan tidak mungkin bisa kembali seperti sebelumnya.

"Seandainya kamu lebih dulu melamar aku, aku nggak mungkin tunangan sama Tio! Kamu tahu sendiri aku sering nyuruh kamu untuk segera melamar aku, itu bukan tanpa alasan!"

"Kalau aja kamu bisa menunggu aku sehari aja, mungkin kita nggak akan kaya gini." Jerrel mencoba berbicara selembut mungkin, dia tidak ingin menambah luka pada Vania. "Kamu harusnya tahu, waktu aku ngajak kamu ke taman. Aku ingin melamar kamu, tapi kamu malah pingsan dan seharian nggak ada kabar."

"Aku terpaksa menerima lamaran Tio, ayah aku bangkrut dia punya banyak hutang dan aku nggak tahu harus minta tolong ke siapa." Vania semakin mengeratkan peluknya pada Jerrel, menyalurkan rasa sakit yang ia simpan selama ini.

"Kamu tahu apa yang membuat hubungan kita jadi kaya gini? Itu karena kamu nggak pernah cerita apa-apa ke aku!" Jerrel mencoba untuk melepas pelukan Vania.

Keduanya saling menatap dengan tajam, meluapkan emosi satu sama lain.

"Kamu selalu sibuk sama kerjaan kamu, kamu nggak pernah perduli tentang hidup aku. Yang kamu lakuin selama ini cuma omong kosong tentang cinta!"

Jerrel tersenyum getir. "Terus buat apa kamu ngajak balikan? Kamu tahu sendiri sekarang keadaannya udah beda!"

Yang tersisa di antara mereka hanyalah rasa benci satu sama lain. Bagi Jerrel semuanya sudah berakhir. "Udah nggak ada lagi rasa cinta buat kamu."

Tubuh Vania bergetar hebat, setelah mendengar Jerrel mengatakan hal itu. Hatinya terasa teriris, sebab baru kali ini Jerrel mengatakan hal yang tidak pernah ia katakan sebelumnya. Kedua matanya sudah sembab sejak tadi.

"Ini adalah pilihan terbaik, daripada kita terus saling menyakiti."

Di tengah perdebatan Vania dan Jerrel. Claudia dengan santainya mendatangi mereka, dia menyerahkan payung untuk Jerrel pegang dan kemudian memasangkan hoodie berwarna pink pada Jerrel. Claudia menatap tajam ke arah Vania, tanpa rasa ragu Claudia berkata, "Dia milikku, jangan pernah berani mengganggu Jerrel lagi! Ayok, kita pergi dari sini."

Beautiful Butterfly | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang