"Kita ada di dunia di mana realita menjadi fantasi dan fantasi mengubah realitas. Oleh karena itu, kau harus bisa memikirkan keputusan apa yang lebih baik dilakukan saat ini agar kau tak terjerumus ke dalam kegilaan." ~ Aidan
¤¤¤
Mugworth, salah satu kota di wilayah barat. Letaknya diapit oleh dua sungai yang mengalir dari utara, masing-masing berada di timur dan barat kota.
Di sebelah selatan Mugworth ditumbuhi oleh banyak vegetasi berkayu besar dan berdaun lebar. Beberapa bukit juga ada di sebelah utara dan selatan kota. Geografis inilah yang membuat wilayah di sekitar Mugworth menjadi habitat berkembang biak yang baik bagi monster.
Oleh sebab itu, banyak pemburu monster sering singgah di Mugworth untuk menjalankan misi.
Namun, daya tarik utama Mugworth bukanlah populasi monsternya, melainkan ada di puncak sebuah bukit di utara kota. Di sana, terdapat rubanah berukuran cukup besar yang selalu menjadi tujuan para pemburu mengunjungi Mugworth.
Giovanni mendengar cerita tentang rubanah itu dari Furash, dia menanyakan pada si ketua party apakah mereka akan memasukinya. Namun, Furash mengatakan kalau mereka tidak akan sempat melakukan penaklukan.
Pria itu takut, apabila mereka berlama-lama di Mugworth maka kelompok Thiago akan mengetahui keberadaan kelimanya. Karena ini, Furash berencana rombongan hanya akan singgah di Mugworth selama dua malam–maksimal tiga hari.
"Tuan, apa itu Mugworth?" Giovanni menunjuk ke barisan dinding gelap di kejauhan.
Furash dengan senyum menjawab, "Ya, dinding besar itu adalah dinding Kota Mugworth."
Giovanni semakin penasaran dengan wujud sebenarnya kota itu. Dia belum pernah melihat kota besar sebelumnya dan hanya mendengar tentang kemegahan kota-kota besar dari Bunda.
Rasa penasaran Giovannipun terpuaskan begitu sampai di Mugworth. Setelah melewati pos penjagaan dan masuk ke dalam, dia terkesima dengan jalanan kota yang luas dan jalur pejalan kaki yang terpaving dengan rapi.
Gedung-gedung besar berdiri kokoh menjulang. Toko-toko dari yang menjual makanan, pakaian hingga obat-obatan berjejer rapi di sepanjang jalan. Lalu lintas ramai akan kereta kuda baik milik pengelana maupun saudagar.
"Mengagumkan," gumam Giovanni memperhatikan ke sekelilingnya.
Dia terus terkesima dengan gedung-gedung dan keramaian Mugworth hingga rombongan sampai di sebuah penginapan.
Penginapan ini terletak jauh dari jalan raya dan berukuran kecil dibanding penginapan lain di Mugworth. Namun, bagi Giovanni dan partynya kualitasnya jauh lebih baik dibanding penginapan di El Murno.
Seusai memesan kamar, Furash meninggalkan rombongan untuk pergi ke gilda Kota Mugworth. Dia mengatakan ingin meminjam sebuah gerobak dengan seekor kuda untuk digunakan dalam perjalanan mereka selanjutnya.
Akan tetapi, seperti biasa ada yang kurang setuju dengan ide Furash ini.
"Uang, bagaimana dengan uangnya? Biaya sewa gerobak dan kuda cukup mahal. Tergantung tujuan kita selanjutnya, apa kita punya uang untuk menanggung biaya sewanya?" Raven ragu dana mereka cukup untuk itu.
Mendengar perkataannya membuat Furash tertawa. Raven pun menggaruk kepala karena bingung.
"Apa kau tidak tahu hak meminjam pemburu jika mereka sudah ada di level 5?" ujar Furash pada.
"Itu hanya diperbolehkan bagi para pemburu level 5 ke atas? Ini tidak adil!" ujar Alvia ketus. "Aku juga mau meminjam kuda sendiri jika tidak bisa memiliki satu."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasyKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...