13

1.3K 139 11
                                    

Beberapa Bulan Kemudian.

"Mas Veedan! Lihat minyak kayu putih cap badaknya dek Veero gak?"

Rose berteriak dari dalam kamarnya. Ceritanya dia sehabis mandiin anak tercinta. Tadi anaknya boker segede gaban dipampers, jadi Rose sekalian mandiin. Veero sudah mulai latihan berjalan. Anak tampannya memang keren abis deh.

Veedan lari terbirit-birit. Dia habis merapikan kebun karena tukangnya sedang pulang kampung ; ibu kang tukang kebun sakit. Mas Veedan pun masuk kamar dengan keadaan kucel lalu kaki tangan terkena noda tanah.

Oh Rose tentu berteriak.

Dia menutup mulut. "Ya Allah mas, kamu nggak cuci tangan sama kaki dulu hah? Kuman itu." Rosie kontan menggendong anaknya. Dia menarik handuk dari almari. Memberikannya pada Veedan. "Mandi sana deh. Ntar kita mau ke pesta ulang tahunnya si anak mbak Jeni."

Veedan menerima uluran handuk. Dia garuk kepala. "Lah itu sekarang bun? Kukira besok? Ngundang siapa bun katanya?"

Kepala Rose menggeleng. "Nggak tahu mas. Mbak Jeni kan medit alias pelit minta ampun." Julid Rose. Dia semenjak tinggal di kompleks ini jadi ketularan hormon julid. Sumpah deh rasanya Rose perlu diruqyah.

"Besok kalau dek Veero ulang tahun mas undangin Betrand Peto gimana bun?"

"Enggak Ardhito Pramono aja mas? Dia kece badai ulala gitu." Kata Rose menjawab Veedan.

Veedan berjalan melewati Rose lalu berkata. "Lah Ardhito kena narkoboy gitu." Gimana ya? Veedan itu super update sama berita-berita artis Indo. Soalnya dia penggemar berat Kang Sule sama sultan andara. Fanboynya goyang dombret sama gergaji mbak Inul Daratista. Pun suka lagu-lagu Nazar. Pokoknya semua artis Indo mas Veedan tahu deh.

Mas Veedan saja tahu Mayang dan Dody Sudrajat yang Rose bahkan tak tahu itu siapa? Katanya sih oknum yang baru-baru ini banyak dihujat  nitizen.

Pernah suatu hari mas Veedan ajak Rose ke konsernya Lesti. Rose tolak mentah-mentah. Dia bukanlah mas Veedan pecinta dangdut. Tapi, sebab Rose dijanjiin transferan lima puluh juta, akhirnya dia mau dan dek Veero dititipin mama mertua.

"Loh aku kok baru tahu kalau Ardhito pakai Narkoba?" Rose menaikkan alis. Dia mengecek berita melalui ponsel sambil tetap menggendong dek Veero. "Ya Allah, kok gantengnya aku pakai ganja."

Veedan menimpali. "Kalau Ardhito gantengnya kamu? Aku apaan dong bun?" Sebelum masuk kamar mandi Veedan bertanya.

Di sana Rose berpikir sejenak. "Hm, kalau mas itu adalah mesin atmnya bunda. Hahahaha."

"Entut bun." Buru-buru dia masuk ke kamar mandi. Rose melemparkan sandal lantai ke pintu. Dia berteriak karena Veedan pakai entut-entut segala. Namun, respon Veedan dari dalam kamar mandi membuat Rose kontan membulatkan mata.

"BUN TAR MALAM JATAH YA! MAS UDAH GAK TAHAN." Teriak Veedan.

Rose melongo. Menatap anaknya yang sedang dia gendong. "Huwah ayo dek lari! Itu ada om-om mesum mau menerkam mama." Kekehnya.

.

.

.

Sudah cantik, rapi wangi. Veedan dan Rose tinggal bersiap kepesta ulang tahun anaknya mbak Jeni.
Veedan sudah saran sih naik mobil saja, tetapi Rose tidak mau takutnya disangka pamer. Akhirnya mereka  naik pespanya Veedan.

Dek Veero didudukkan ditengah. Itu dua orang pakaian senecis bagaikan mau red carpet, tapi malahan terlihat lucu saat mengendarai pespa. Rose sampai harus mengangkat dressnya sampai lutut pakai satu tangan dan satu tangan lainnya memegangi dek  Veero.

Rose sedari tadi cemberut saja. Si Veedan melihat dari kaca spion dan berkata. "Makanya mas bilang apa? Naik mobil aja."

Brum..Brum..Treketek ketek. Pespa Veedan itu memang pespa modern yang mahal, tapi jarang dipakai pun sekarang suaranya bagaikan mesin terkena tbc.

"Ya kamu nggak bilang mas kalau pespamu belum diservice. Kalau aku tahu suaranya kayak tetua sakaratul maut gini ya nggak mau."

Suer Rose malu karena suara pespa mas Veedan sudah semacan ragam suara yang bisa-bisa seluruh penjuru kompleks mengira jika sekarang ini sedang terjadi agresi militer karena suara yang menggelora itu.

Brum...Brum...Treketek Treketek...

"Sibuk cari duit bun buat kamu. Jadi pespaku nggak sempet kurawat. Tuh lihat seberapa cintanya aku ke kamu sampai pespa aku anggurin." Ucap Veedan.

Kontan Rose menjawab. "Yaiyalah. Konyol sekali mas kalau kamu mau anggurin aku demi pespa." Humor Veedan itu agak absurd sih kalau di rasa. Rose suka capek sendiri. Nah belum lagi mas Veedan yang minta anak lagi kemarin. Dikira lahiran itu kayak buang hajat apa? Sekali blus ceprol langsung lega? Hiuh mungkin mas Veedan sekali-kali kudu merasa namanya hamil.

Astagfirullah. Maafkan mulut jahat Rose.

"Hehehe." Veedan cengar-cengir. Dia menghentikan pespanya dipelataran rumah Jeni.

Akan tetapi Rose menatap sekeliling buru-buru menepuk pundaknya mas Veedan. "Eh mas-mas kok pespanya kamu bawa masuk ke halaman sih."

"Ih yaiyalah pespa mahal masa iya taruh luar." Veedan menapakkan kaki ke tanah. Tidak sadar asa sesuatu di bawah sana.

Rose menutup wajahnya malu. Dia melirik ke sekeliling saat beberapa tamu menatap mereka aneh bagai pentolan yang disajikan di tengah panggung. Mas Veedan pakai acara pakai helm sport segala padal cuma jarak sekian meter. Sampai tak sadar kalau melakukan kesalahan fatal.

"Ya Allah mas, buka dulu helmu itu. Ini pestanya dihalaman rumahnya mbak Jeni. Kita udah masuk ke area pesta, tuh tamu-tamu pada liatin. Ini lagi roda pespamu dia tas red carpet aduh."

Tanpa babibu, Veedan buka helmnya dan dia menganga lebar saat dirinya melihat sekeliling. "Astagfirullah bun,  kebengekan macam apa ini?" Ikutan malu.

Selang beberapa detik, Jeni dengan gaun merah meronanya berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangan. "Woi! Itu kenapa pespanya masuk ke pesta! Kampret ya kalian."

Menepuk lagi pundak Veedan. "Yah maungnya keluar. Ayo mas cepat putar balik."

[THE END]

Thank you!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you!

Regards🍃
Eine, breathafterdie

Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang