Kiyoomi mengukung Tobio diatas ranjang. Rambut mereka sudah acak-acakan begitu pula dengan pakaian atas mereka setelah sebelumnya pemanasan di ruang kerja.
Napas si blueberry terengah-engah. Tangannya meremas sarung bantal yang berada di bawah kepalanya. Matanya menatap sayu sang suami. "Yoomi.."
Pria itu melucuti pakaian si raven baru melepas pakaiannya sendiri sampai telanjang bulat. Kepala Tobio mendongak, sambil memeluk leher Sakusa yang ada di atasnya persis.
"Ahhh.." Yang lebih muda menyentak saat Kiyoomi menghisap ceruk lehernya kuat. Dia sedang sangat terangsang, desahan dan ekspresi Tobio sangat merangsang, namun entah kenapa miliknya tidak mau bangun.
"Y-yoomi please put it in.." Tobio yang tidak sabar meremas pundak Sakusa. Pria kekar itu menggeram sambil mengocok penisnya berusaha membuatnya tegak. "Wait baby.. Wait.. Argh Fuck!"
"Yoomi?" Mata Tobio terbuka dan ia melihat Sakusa yang tengah frustasi mengocoki miliknya sendiri. "Kenapa Yoomi?"
Tobio ingin terduduk namun langsung di dorong dan ditahan Kiyoomi agar pria manis itu kembali berbaring. "Tunggu. Sebentar. Fuck fuck!!" Ia mengumpat kenapa tidak bangun-bangun.
"Yoomi.." Melihat Sakusa yang marah-marah pada diri sendiri membuat ekstasi Tobio perlahan menghilang. "Kita bisa melakukannya besok kalau kamu sedang kelelahan—"
"TIDAK! AKU BILANG TUNGGU!!"
Jelas Tobio terhenyak dengan bentakan keras itu. Bibirnya jadi terbuka tak menyangka. Sebelum maupun setelah menikah, sosok diktator dan pengontrol Sakusa Kiyoomi tetap melekat kuat.
Sebagai seorang pria dan seorang dominan tentu akan mencoreng harga dirinya kalau sampai miliknya tidak mau bangun. Diantara para lelaki, ukuran, durasi, dan alat utama hubungan seksual ini adalah yang selalu dibangga-banggakan. Sudah stress karena pekerjaan kini makin stress karena tidak bisa berdiri dengan gagah seperti biasa.
Keduanya mulai berkutat dalam pikiran masing-masing. Sakusa berpikir dia tidak jantan lagi kalau sampai miliknya tidak bangun. Harga dirinya jatuh sebagai seorang dominan. Tidak bisa memberi kepuasan untuk pasangannya. Fuck. Mereka baru menikah. Umurnya masih sangat muda kenapa hal ini terjadi sekarang. Memalukan baginya.
Tobio hanya diam. Yang dia pikirkan justru dirinya merasa kurang untuk Sakusa. Dia ingat saat Sakusa bisa keras hanya dengan belaian tangannya tapi sekarang, dia sudah sampai telanjang Sakusa masih tidak bangun. Suaminya sudah bosankah? Dia sudah tidak menarik lagi kah? Sampai-sampai Sakusa tidak bangun.
Keduanya sama-sama merutuki diri masing-masing dalam hati. Merasa insecure. Namun tidak berani mengutarakan.
"Arghh fuck!" Akhirnya, Sakusa langsung menarik paha Tobio dan menyatukan tubuh mereka.
"Nghh Yoomi!"
.
.
.Memasuki bulan kedua pernikahan, sudah ada saja masalah aneh diantara mereka. Sejak malam itu entah mengapa keduanya jadi berjarak.
Antara Tobio yang merasa insecure dengan dirinya, dan Kiyoomi yang takut hal memalukan kemarin terjadi lagi. Tidak bisa keras saat pasangannya membutuhkan, dominan payah macam apa dirinya malam itu. Untuk tidak melukai harga dirinya, Sakusa memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan Tobio dulu.
"Yoomi.. Bekalnya—"
"Tidak perlu, nanti tidak kemakan lagi seperti kemarin."
Tobio hanya menunduk sedang Kiyoomi memasuki mobilnya. Rasanya sangat tidak nyaman saat mereka berjarak. Si blueberry masih berdiri diambang pintu meski mobil Sakusa sudah tidak kelihatan.
.
Ting Tong
Hoshiumi berjalan membuka pintu, rupanya Miwa yang datang. Ia mempersilahkan ipar keluarga Sakusa masuk ke ruang tamu sedang dirinya memanggil Tobio.
"Nee-san!" Tobio berlari kecil lalu memeluk kakaknya. Mereka berdua duduk di sofa.
Miwa tersenyum sambil mengelus-elus rambut yang lebih muda. Namun senyumnya tak bertahan lama kala menyadari mata adiknya sembab. "Tobio terjadi sesuatu?"
Si raven berusaha mengelak dengan menggeleng dan mengatakan semua baik-baik saja. Tapi yang sedang ia bohongi Miwa, kakak yang merawatnya sejak kecil, tentu mustahil. "Kau bisa cerita padaku Tobio.."
"Yoomi.. Dia sepertinya tidak menyukaiku lagi Nee-san.." Mata birunya kembali berkaca-kaca. Sontak sang wanita mengelus punggungnya. "Kenapa kamu menyimpulkan begitu?"
Bagaimana menjelaskannya, masa dia bilang 'burung kiyoomi tidak mau bangun saat berhubungan seks' tentu memalukan untuknya dan Kiyoomi juga.
"Hanya perasaanku saja Miwa-nee.."
"Tidak mungkin Sakusa berhenti mencintaimu Tobio, mungkin karena kalian selalu bersama dan melihat wajah satu sama lain setiap hari jadi terasa agak membosankan.. Tapi bukan berarti berhenti cinta.."
Tobio hanya mengerjapkan mata.
"Coba kamu lakukan sesuatu yang membuat Sakusa kembali tertarik denganmu lagi.. Melakukan sesuatu yang dia sukai.."
.
.
.Berbekal wejangan dari sang kakak, Sakusa Tobio pergi ke mall untuk membeli sebuah lingerie. Ia memakainya saat sudah di rumah.
Jam dinding menunjukan pukul 11 malam. Ia duduk diatas ranjang, memeluk lutut sambil wajahnya yang merah bersembunyi. Menanti tidak pernah sefrustasi ini. Kapan pintu itu akan terbuka. Sebaiknya dia ganti saja. Sebaiknya urung saja. Dia masih takut untuk bicara dengan Sakusa. Pikirannya ruwet.
Cklek
Sakusa yang baru pulang membuka pintu. Ia menatap Tobio yang bersimpuh diatas kasur. Tubuhnya membeku, matanya sedikit melotot, dan pipinya merona. "Tobio.."
"Yoomi.."
Perlahan Tobio merangkak ke ujung kasur, lanjut berjalan kearah Sakusa. Ia meraih jas hitam pria itu sedikit menariknya, bukannya ketarik malah dia yang menabrak dada Sakusa.
"Baby you so sexy.." Mata Sakusa masih melebar. Lima harian ini dia dan Tobio saling diam, tidak saling menyentuh maupun berhubungan badan dan sekarang ia disuguhi pemandangan indah ini.
Tobio dengan Lingerie dan stoking hitam tembus pandang. Ingin Sakusa terkam sekarang juga. Dan itulah yang dia lakukan. Kiyoomi menggendong sang istri melumat bibirnya dan segera mengukungnya diatas kasur.
"Mmhh Yoomii.." Hati Tobio berbunga-bunga, berhasil. Tubuhnya dibalik dan secara mengejutkan Sakusa menampar pantatnya. "Ahk!"
Pria itu menekan kepala Tobio kebawah, membiarkan pantatnya menjulang. Ia turunkan stoking istrinya tidak sabaran setelah itu membuka celananya sendiri.
Wajah Tobio sudah semerah udang. Tangannya yang meremas seprei mengerat kala Sakusa meludahi lubangnya. "Ngghh Yoomi.."
Sakusa meremas pipi pantat si manis. Ia mengocok penisnya frustasi. Kenapa masih susah bangun. "Bangsat keparat sialan!!"
Mendengar pria itu mengumpat, dan lama waktu ia tidak segera masuk, Tobio merasa ada yang tidak beres. Ia pun berbalik untuk melihat suaminya. "Yoom—"
PLAK
"Siapa yang menyuruhmu berbalik?!! Kau mau menghinaku ha!!"
Tangan Tobio gemetaran memegang pipinya yang kebas. Matanya berair dan perlahan menatap Sakusa. "Aku hanya—"
"Hanya apa?! Kenapa menatapku begitu! Oh kau meledekku karena aku sedang susah bangun sekarang?!"
Tobio menggeleng. "Ada apa denganmu Yoomi.."
Tekanan pekerjaan dan kondisi kebanggannya sendiri yang sedang bermasalah yang membuat Sakusa kacau. Ini masalah baru yang tidak pernah terjadi padanya sebelum-sebelumnya.
Bukan, bukan Sakusa membenci Tobio, dia hanya tidak bisa mengontrol dirinya. Pria itu menyadari sudah melukai orang yang dia cinta. Dia merasa menyesal namun disatu sisi rasa kesal juga tidak hilang. Dia masih merasa rendah, egonya terluka. Pria itu memakai bajunya dan pergi tidur di kamar lain.
Tobio yang ditinggalkan menangis. Ia meraih selimut guna membungkus tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Red (SakuKage) End
Fanfiction[Mature Content 🔞] Anugerah dan bencana, keduanya datang tanpa bisa dipilih. Demi menyelamatkan sang kakak, Kageyama rela melakukan apapun. Termasuk bekerja menjadi seorang penghibur di sebuah club malam milik Sugawara bernama "Dark Red" Disclaimer...