Disaster -4-

1.8K 367 7
                                        

Tidak seperti Sungchan yang banyak kegiatan setelah jam sekolah usai, Jaemin lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Menikmati waktu istirahat selepas lelah bergelut dengan semua pelajaran yang terasa dipaksa masuk ke otak.

Tapi tentu Jaemin tak bisa hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun. Bisa-bisa nanti ada yang menyindirnya habis-habisan.

Jadi setelah cukup puas berguling-guling di atas kasurnya dia mulai bangkit. Mengganti baju seragamnya dengan baju rumahan. Lantas begitu saja turun ke bawah.

Sudah seperti program yang ditanamkan dalam dirinya, jika pulang cepat maka membantu ibu harus dilakukan. Berjalan menuju dapur dia mendapati ibu sedang membersihkan sisik ikan.

Ah ngomong-ngomong ibunya memang hanya ibu rumah tangga. Sedari dulu memang begitu bahkan saat Poppy masih hidup.

"Hari ini kita masak apa??"

Jaemin mendekat sambil tersenyum mengambil apron coklat yang menggantung di dinding.

"Hanya ada ikan dan beberapa sayuran. Menurutmu kita apakan??"

Mendengar balasan ibu membuat Jaemin berfikir sejenak.

"Terserah ibu. Aku juga tidak tau"

"Ck. Kamu tidak membantu sama sekali"

Terkekeh pelan Jaemin membiarkan ibu melanjutkan kegiatannya membersihkan ikan. Dia hanya menopang dagu menatap wajah ibu yang terlihat begitu bersinar.

Ibunya cantik. Selalu.

"Tolong bantu kupaskan ya"

Jaemin mengangguk meraih sayur yang ditunjuk ibu dan mulai mengupasnya. Tangannya lincah seolah ini memang pekerjaannya.

"Bagaimana dengan sekolahmu??"

Jaemin melirik sedikit.

"Baik. Beberapa ada kendala sebenarnya, tapi selebihnya baik"

"Kendala??"

"Hm kuis matematika dan bahasa asing sedikit sulit"

Ibu sedikit menoleh padanya dan tersenyum tipis. Mengingat sedari dulu Jaemin memang seperti musuh dengan pelajaran itu. Selalu mengeluh.

"Matematika masih menyebalkan??"

Lantas tanpa bisa dicegah senyum Jaemin kian lebar. Membalas dengan antusias pertanyaan ibunya.

"Tentu saja. Sekarang semakin menyebalkan! Ibu tau matematika adalah pelajaran paling tidak jelas! Selalu mencari nilai x dan y. Merepotkan"

Tawa ibu membuat Jaemin semakin bersemangat. Melepas pekerjaannya sejenak dia menghadap ibu.

"Lalu namanya juga aneh-aneh. Eksponensial, turunan, fungsi aduhh aku pusing. Padahal dulu kata ibu matematika hanya perlu ditambah dan dikurangi"

"Dulu zaman ibu sekolah memang begitu. Tanya ayah jika tidak percaya"

Jaemin mengangguk.

"Tapi ayah itu pintar matematika bisa mencari x dengan cepat. Sayangnya, ayah terlalu sibuk jadi tidak bisa sering-sering aku recoki"

Dia menggerutu dengan bibir tercebik membuat ibu kembali terkekeh.

"Padahal biasanya dulu kalau aku tidak bisa mengerjakan tugas matematika ada Poppy yang membantu kan"

Prak!

Pisau yang dari tadi ibu gunakan tiba-tiba jatuh saat Jaemin rampung dengan kalimatnya. Memecahkan suasana disana menjadi hening yang berkepanjangan.

DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang