03 - Pembalasan.

5.1K 356 9
                                    

Xavier terus tersenyum kala melihat wajah cemberut Alvy sedari tadi. Pria manis berdarah Thailand itu masih sibuk menata bajunya dan memasukannya ke dalam lemari.

Sepertinya Alvy masih marah karena Xavier tadi mempermainkan nya di pesawat. Namun, wajah cemberut Alvy malah membuat Xavier semakin gemas dan berhasrat.

Xavier pun mendekat, lalu memeluk pinggang ramping Alvy dari belakang. Ia tak segan menaikkan baju Alvy ke atas lalu memainkan puncak dada Alvy dengan jari-jari nya. Xavier bahkan tak segan meremas dada itu meski rata tak seperti wanita.

Alvy memejamkan mata diikuti dengan erangan. Ada rasa sakit bercampur nikmat begitu Xavier menarik-narik nipple nya.

"Jangan marah sayang," bisik Xavier sambil membenamkan wajahnya pada ceruk leher Alvy.

Xavier mengecupnya sensual, untuk memicu titik sensitif Alvy itu. "Vier ! Jangan menggodaku terus!"

"Kenapa hm? Apa kamu mau aku masukin sekarang?" tanya Xavier yang membuat Alvy kesal.

Pria itu berulah seolah-olah Alvy lah yang haus belaian. Padahal Alvy tahu, Xavier lah yang paling bernafsu di sini.

Terbukti dari kejantanan Xavier yang sudah mengeras tepat mengenai pantatnya. Milik Xavier juga terus mendesaknya, seolah menginginkan hal lebih.

Jiwa iseng Alvy pun muncul. Senyum nakalnya tercetak jelas di wajah Alvy. Secepat kilat ia membungkuk kan tubuhnya lalu menempelkan pantatnya ke milik Xavier. Alvy terus menggoyang dan menggesekkan milik Xavier dengan pantat sintalnya.

"Ah... Vy, " erang Xavier merasa kenikmatan.

"Nikmat sayang? " goda Alvy, ia bahkan tak segan untuk terus menggesek pantatnya ke milik Xavier yang padahal pantat Alvy masih terbungkus celana. Berbeda dengan Xavier yang memang telah menurunkan seluruh celananya.

"Aku gak tahan lagi Vy, "

Xavier semakin mencengkram erat pinggang Alvy, padahal hanya menggesek dengan pantatnya tapi Xavier sudah mengerang kenikmatan. Bagaimana jika Xavier benar-benar memasuki hole nya. Mungkin dia akan menjerit penuh kesenangan.

Kali ini, Xavier tak salah memilih. Wanita tidak merangsang apapun, tapi Alvy yang sudah beristri justru sanggup membuatnya kenikmatan.

Di saat Xavier hendak menghempaskan tubuh Alvy ke ranjang. Secepat kilat Alvy mendorong tubuh Xavier dan berlari meloloskan diri untuk masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya dari dalam.

"Alvy!!! " Teriak Xavier geram sembari mengurut miliknya sendiri.

"Aku akan mandi Vier, kamu tuntaskan hasrat mu saja sendiri. Rasakan pembalasan ku!" ledek Alvy dari dalam sana.

Xavier terpaksa mengocok miliknya sendiri, menuntaskan nya sendiri. Sungguh , Alvy begitu menyiksanya saat ini.

"Lihatlah saja nanti! Jika kau keluar dari sana, akan ku buat kau pingsan di bawah kungkungan ku Alvy! "

"Ya, aku tunggu Vier! " balas Alvy tak takut.

"Sialan kau Vy! "

Dari dalam sana terdengar tawa keras dari Alvy. Pria manis itu segera menyalakan shower dan membasuh tubuh nya.

Tak hanya itu, Alvy juga mendesah keras untuk memancing Xavier yang sedang bermain solo.

"Ah, sayang... Aku keluar, aku keluar! " detik itu juga Xavier memuntahkan muatannya hanya karena mendengar Alvy mendesah.

.....

"Bagaimana Ed, apa kau sudah mendapatkan rumahnya?" tanya Selena pada laki-laki yang berdiri di hadapan nya.

"Masih belum, sulit sekali membujuk pemiliknya."

Selena memejamkan mata, ia hanya punya waktu tiga hari sebelum kepulangan suaminya dan pemilik rumah itu sangat keras kepala.

Pemilik rumah itu terus mengulur waktu padahal Selena sudah membayarnya lebih dari harga yang ditetapkan.

"Aku harus mendapatkan rumah itu secepatnya sebelum suami ku pulang. Kalau bisa kau naikkan harganya lagi jadi dua kali lipat Ed." Perintah Selena pada asisten tampannya yang bernama Edric.

Edric hanya mengangguk.

"Terima kasih Ed, kau selalu bisa ku andalkan. Lalu , bagaimana dengan adik mu?"

Ed tersenyum hangat. Selena selalu bersikap baik dan perhatian padanya. Andai Selena belum menikah mungkin Ed akan sangat beruntung memiliki istri se cantik dan seperhatian Selena.

"Sudah sedikit membaik, terima kasih selalu membantu pengobatan adik saya Nona." jawab Ed gugup.

"Kau juga telah sangat berjasa dan membantu ku selama ini Ed. Jangan sungkan padaku. Sekarang kau bisa keluar. Istirahatlah." Ed pun membungkuk, tersenyum sopan lalu beranjak pergi.

Selena tipe wanita yang begitu baik, mandiri, perhatian serat tidak manja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Boss nya itu juga bukan tipe wanita yang mudah tergoda oleh pria lain. Tipe yang setia pada suaminya.

Terkadang Ed membayangkan mendapatkan istri seperti Selena. Pasti dirinya akan bahagia.

Saat sampai di luar ruangan Ed menghela napas. "Alvy sangat beruntung bisa mendapatkan Selena." ujarnya dalam hati.

Andai, Selena adalah wanita yang muda untuk di goda mungkin Ed akan merebut wanita itu. Tak peduli jika Selena telah memiliki seorang suami dan anak.

....

Suara deringan ponsel membuat Alvy langsung menyambar ponsel miliknya.

[ Vy, tadi aku gak sengaja lihat istri kamu ada perumahan samping rumah temanku. Dia masuk bersama laki-laki juga, laki-laki itu bahkan menggandeng tangan istri mu untuk mengajaknya masuk. Aku kirim fotonya ya? Kamu kenal gak sama laki-laki itu? ]

Itu adalah pesan dari Jun, Sahabatnya. Tak lama, Jun mengirimkan banyak foto-foto di mana istrinya sedang di gandeng oleh laki-laki tinggi dan besar masuk ke dalam rumah mewah.

Dan, Alvy tahu betul siapa laki-laki itu.

Tbc.

XAVIER (BL) - TAMAT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang