at the same day.
kebingungan reynald bertambah, ketika chala tidak kunjung menjawab dimana rumahnya. bahkan chala tidak membuka matanya, ia tetap tertidur yang reynald tidak ketahui bahwa chala sudah pingsan sedari tadi.
akhirnya reynald memutuskan untuk berhenti di suatu rumah sakit di depan nya, dengan cepat ia memanggil seorang satpam yang sedang menjaga saat itu. beberapa perawat pun, terlihat berlari mendekati reynald yang terlihat kesulitan menopang tubuh chala yang sudah tak sadarkan diri.
dengan cepat tubuh chala dibawa dan dibaringkan di hospital bed. seorang dokter menyuruh para perawat membawa chala ke ruangan ugd, dan meminta reynald untuk mengurusi administrasi milik chala.
"selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"
"saya disuruh mengisi administrasi"
"oh baik, ini formulir nya bisa diisi ya"
reynald mengambil formulir yang diberikan oleh staff, ia menggigit bibirnya bingung melihat beberapa pertanyaan yang bahkan reynald tidak mengetahui. untung saja saat itu tas chala ada padanya, ia mencari dompet milik chala dan untungnya ada kartu identitas milik chala.
"ini sudah" jawab reynald sembari menyodorkan kertas itu kembali. reynald kembali berdiri dan meninggalkan meja administrasi saat staff tersebut meminta reynald untuk menunggu.
sudah hampir 3 jam reynald disana, menunggu chala keluar dan mengatakan semuanya baik baik saja. namun tak ada satupun yang keluar, membuat reynald benar benar gelisah.
sementara di dalam, chala sudah terbangun dari pingsan nya. ia mendapati dirinya sedang terbaring dirumah sakit dengan beberapa dokter yang berlalu lalang, dokter yang melihatnya siuman langsung menanganinya.
"nyonya chala?" tanya seorang dokter.
"ya?"
"sudah sadar?"
"saya kenapa?"
"anda pingsan, untung teman anda berhasil membawa anda dengan tepat waktu karena jika tidak anda bisa kehilangan banyak darah"
chala terdiam, ia ingat bagaimana reynald membawa dia namun chala tidak ingat bagaimana bisa dia berakhir disini. kepalanya benar benar berat, bahkan untuk sekedar mengingat hal hal kecil.
"saya gapapa?"
semua terdiam. chala mengernyitkan dahinya mencoba mencari jawaban dari raut wajah mereka, tampaknya jawaban tak kunjung keluar dari mulut mereka membuat darah pada tubuh chala berdesir dengan cepat nya.
"setelah kami tindak lebih lanjut, dengan mengambil sampel darah dan me ngecheck dengan detail. dengan berat hati kami katakan anda terkena kanker otak"
bagai tersengat, tubuh chala mematung. kata kata dokter membuatnya ingin menghilang dan mencoba tidak mendengar apapun itu. namun sudah terlanjur, chala sudah terlanjur mendengar semuanya.
"dok, ini bohong kan?" chala bertanya dengan suara yang serak, dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"ada pihak keluarga yang bisa saya hubungi?"
"tidak ada..jangan dok"
"tapi--"
"saya gamau mereka tahu, sembunyikan saja biar semua saya yang urus"
dokter saling bertatapan satu sama lain, mendengar penuturan chala yang telah bulat. dokter mengangguk menyetujui nya, dengan tanda tangan chala diatas kertas yang berisikan perizinan chala untuk diobati lebih lanjut.
"untuk mengikuti prosedur, harap mengikuti kontrol secara rutin dan berkala"
"baik terimakasih"
chala beranjak dari tidurnya, dan berjalan keluar ruangan dengan beberapa perawat yang menjaganya dari belakang. terlihat reynald yang sedang terduduk di kursi tunggu sambil menyenderkan tubuhnya pada tembok.
"rey"
reynald tersentak dari lamunan nya, reflek reynald berdiri dan memeluk erat tubuh chala. tangan chala bergetar membalas pelukan reynald, bukan karena jantung nya tak karuan tapi karena tubuhnya yang lemas ditambah reynald yang memeluknya cukup kencang.
"ca gapapa? dia sakit apa dok?"
"engga ko kecapean aja"
"syukurlah, udah bisa pulang?"
"iya pulang"
reynald mengangguk, dan kembali membawa tas chala dan miliknya yang tergeletak diatas kursi. tubuhnya menggandeng chala yang sudah berjalan di sampingnya, chala tersenyum geli pada reynald membayangkan bagaimana dirinya dan reynald bisa selengket ini padahal semua orang tahu, mereka tidak bisa disatukan.
"rey, makasi ya"
"iya santai aja, untung nya gue juga belum pulang"
"sorry juga kalo gue sering kasar sama lo"
"udah deh ca, lo aneh kalo kaya gini"
chala terkekeh, baru kali ini chala ngerasain deket banget sama reynald kaya mereka gapernah berantem sebelumnya.
"bisa naik nya?"
"bisa"
chala menaiki motor reynald dengan berpegangan pada pundak reynald, kali ini tidak ada pelukan seperti sebelumnya mungkin karena chala sudah siuman. reynald sedikit kecewa, tidak ada lagi kejadian kedua.
"ga peluk?"
"mau dipukul?"
"hahaha"
reynald tertawa, chala yang melihat itu turut tertawa juga. ada perasaan aneh pada hati chala yang menggerumuh, mungkin karena chala tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.
chala menyebutkan dengan detail rumahnya, yang dijawab anggukan oleh reynald. mereka lebih memilih diam, ternyata canggung rasanya jika chala sudah kembali sadar. reynald hanya bertanya seputar dimana rumah chala, dan ternyata tidak jauh dari jarak rumah reynald bahkan satu arah.
"makasih ya rey" ucap chala saat motor reynald berhenti tepat di depan rumah nya, ia mengambil tas nya yang masih di gandeng oleh reynald. reynald menatap sekeliling rumah chala, mencoba mengingat setiap inci dari rumah chala yang besar. takut jika nanti ia akan menjemput kembali chala.
"duluan ya ca"
"hati hati rey"
reynald tersenyum, dan menancapkan gas motornya kencang. chala hanya bergidik ngeri melihat reynald yang seperti orang gila jika menaiki motornya sendirian tanpa disadari sedari tadi ia sudah diawasi oleh sepasang mata yang tengah menatap nya di balik jendela rumah.
"tadi gue cari ke sekolah, lo gaada" ucap athaya.
"iya sorry"
"siapa tu? pacar baru ya ciee"
"apaansih gajelas"
chala memasuki kamarnya dengan pipi yang memerah, ini gila chala bahkan tak tahu mengapa rasanya se menyenangkan ini bersama reynald padahal tidak seperti ini sebelumnya.
ah iya, mungkin chala salah. perlakuan reynald mungkin biasa, hanya saja chala menganggap nya terlalu serius. karena bukankah reynald sudah mempunyai kekasih?
__________
please vote dan komen yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
rumit.//
Teen Fiction"kalo semuanya terlalu rumit buat kita sekarang, aku milih pamit"